Maryati melepaskan cengkraman tangannya dari rambut Sinta. Sinta memegangi kepalanya yang terasa ngilu, akibat pegangan kuat dari Maryati. Ia bergegas masuk ke kamar mandi dan menuruti perintah nenek tirinya tersebut. Sambil terisak pelan, ia sedih karena diperlakukan demikian.
Di ruang tamu, Maryati merebahkan tubuhnya diatas sofa. Kakinya ia selonjorkan, setengah naik ke atas telivisi. Wajahnya tersenyum semringah setelah memperlakukan Sinta seperti itu ia merasa puas. Hatinya berbunga-bunga, karena akan semakin menyenangkan untuk menyiksa kesayangan suaminya.
"Kalian semua tunggu lagi pembalasannku, Innes, Akang suamiku tersayang, gimana kalau kesayangan kalian. Akan aku rusak sekuat tenagaku, cih," desis Maryati.
Pukul 21.30 Innes baru tiba di rumah, Sinta yang baru selesai cuci piring. Segera membuka pintu, saat mendengar suara ketukannya. Sinta menyambut kedatangan Aminah dengan senyum semringah. Namun, Mama-nya itu malah menampakkan raut wajah yang kusut