,Setelah anak-anaknya tidur, Innes mengaji untuk almarhumah ibunya. Air mata masih mengalir, ketika ia melantunkan ayat suci Al-Qur'an. Hatinya masih tak percaya dengan kepergian sang ibu yang begitu mendadak hari itu. Belum sampai ia mewujudkan keinginan ibunya untuk bersama Sulllivan, orang yang ia cintai sudah tiada.
Tidak ada lagi yang bisa jadi tempat sandaran untuknya berkeluh kesah. Biasanya setiap ada apapun, ia akan lari pada ibunya. Diantara anak lain, hanya dirinya lah yang sangat dekat dengan almarhumah. Belum habis rasa dukanya, ia harus dikejutkan oleh keinginan ayahnya yang berubah dalam sekejap. Entah suatu perubahan atau memang sifat aslinya, Innes sendiri kebingungan saat ini.