Sesampainya di rumah, Sullivan langsung merebahkan badannya di atas kasur busa yang terletak di lantai. Ia tidur dalam posisi tengkurap demi menyembunyikan ekspresi wajahnya. Pikirannya berkecamuk karena antara bahagia dan sedih akan mendapat anak lagi setelah sekian lama kehilangan Ghailan.
Saat ini ia lebih memilih untuk diam. Beberapa kali Innes menggoda memanggil namanya, akan tetapi Sullivan tidak menggubrisnya. Melihat sikap suaminya yang berubah, Innes merasa tidak tenang. Terlintas di pikirannya juga bahwa sang suami mencurigai kehamilannya. Namun, ia menepis pikiran itu mengingat perubahan rumah tangga mereka yang belakangan ini sedang mesra.
Innes menikmati masa trimester pertama kehamilannya melewati morning sick, ia merasa sedih karena semakin hari Sullivan tidak lagi memperhatikannya. Mereka mulai seperti kemarin lagi, hidup masing-masing seperti orang asing.