Ghailan meremas tangannya, ia merasa geram mendengar ucapan Sullivan tentang Kanaya. Ia kira Sullivan sudah berubah, nyatanya masih saja Papanya itu punya pikiran buruk pada Kanaya.
Hati Ghailan dipenuhi tanya, kenapa Shireen begitu akrab dengan Sullivan. Kecurigaannya semakin bertambah, karena ia mendengar Sullivan yang begitu akrab. Sebab ia tahu, tidak mudah untuk bisa klop dengan Papa nya itu.
"Kalau Tante Kanaya memang tidak setuju. Om, jangan khawatir, gue bakal mundur dari hidup kalian dan akan pokus kuliah saja," sahut Shireen.
"What? Kuliah?" Sullivan terperanjat.
"Yes." Shireen menganggukkan kepalanya, wajah Sullivan terlihat kaget.
"Biasa aja kali mukanya," goda Shireen. Ia tersenyum tengil.
"Serius, lo kuliah?" Sullivan masih tak percaya.
"Seriuslah, Ghailan ngarahin gue sekolah lagi. Ya, gaji sekarang juga lumayan. Daripada menggeluti dunia malam, mungkin ini yang dinamakan berkah."
"Kaya orang bener lo ngomong!"
"Biarin!"