Kanaya dipindahkan ke ruangan rawat, wanita itu masih brlum sadar dari masa kritisnya. Oksigen, selang infus, dan beberapa alat terpasang di tububnya. Sullivan menatap nanar sang istri yang terbaring lemah di ranjang.
Saat menoleh ke belakang, Sullivan baru menyadari kalau Zoevanca masih bersamanya. Sejak siang membawanya pulang ke rumah, rekan barunya itu terus mendampingi. Sullivan bertanya-tanya, apakah Zoevanca seorang janda? Hingga larut malam masih bebas berkeliaran di luar rumah.
"Va, bangun." Sullivan mengguncangkan badan Zoevanca.
"Emmmhh." Zoevanca menggeliat seperti bayi yang malas bangun.
"Sudah dini hari, kenapa tidak pulang?"
"Buat apa pulang, palingan berantem lagi."
"Mau bagaimana pun, perempuan bersuami tidak baik keliaran tengah malam. Apalagi dengan orang lain, bisa timbul salah paham," ujar Sullivan tersenyum tipis.
"Iya iya Pak Sulli saya pulang." Zoevanca bangkit lalu merapikan pakaian dan rambutnya.