Ghailan mengecek semua keperluan rumah makan, ada beberapa barang yang habis. Demi kepuasan konsumennya, ia selalu menjaga kualitas masakan. Meski bernuansa makanan kampung, ia tidak main-main dengan progress koki nya.
"Ten, mau temenin saya belanja?" tanya Ghailan pada Tendy, salah satu karyawan terbaiknya.
"Boleh, Pak," jawab Tendy.
"Syut, jangan manggil Bapak, nanti Shireen dengar." Ghailan menyimpan jari di mulutnya.
"Lupa, habisnya gimana ya. Meski udah lumayan lama, aneh saya harus bertindak seperti teman," jelas Tendy.
"Sudah, kita ngobrolnya di mobil saja."
Saat di lorong dapur, Ghailan berpapasan dengan Shireen. Kekasihnya itu menyunggingkan senyum manis. Namun, ia hanya menanggapinya dengan sikap biasa.
Shireen merasakan sikap Ghailan yang berubah drastis. Sempat galau karena ia takut hubungan mereka kandas, di saat kepercayaannya pada Ghailan begitu tinggi. Tapi setelah berpikir jernih, Shireen pasrah apapun yang terjadi.