ดาวน์โหลดแอป
13.12% Raja Bucinnya Kanaya / Chapter 34: Terbebas dari Raja Bucin Bagian 3

บท 34: Terbebas dari Raja Bucin Bagian 3

Setelah sebelumnya Al memeng berhasil menyelinap kekamar pujaan hatinya itu tanpa ketahuan dan pergi karena di permintaan Kanaya. Walaupun masih merindukan pujaan hatinya itu Al merasa sangat lega karena setidaknya sudah bertemu dengan Kanaya meskipun dalam waktu yang singkat.

Hari ini adalah hari terakhir dimana mereka akan di pingit dan besok tepatnya Jum'at siang adalah acara pernikahan mereka yaitu sesi ijab-kabul dan kemudian akan dilakukan dengan sesi resepsi selepas shalat Jum'at.

Kali ini Al sangat tidak sabar dengan hari esok, karena mungkin jika hari esok berlalu Tentunya Status nya dan Kanaya akan berubah, dan tidak akan ada yang menjadi penghalang mereka karena mereka telah terikat.

"Nak sarapan....?" ucap Ayana yang menepuk pelan bahu anak semata wayangnya itu yang hanya asik melamun di pagi hari ini.

"Iya... Mama...." ucap Al dengan lemas.

"Mengapa kamu sangat tidak bersemangat pagi ini nak. Bukannya besok kamu akan melaksanakan ijab kabul jika kamu berubah pikiran papa akan membatalkan....." ucap Khalid.

"Tidak Papa aku sangat..... senang...., tidak sabar menunggu hari besok." ucap Al dengan spontan yang tentunya tidak ingin pernikahannya dengan pujaan hatinya Kanaya di batalkan hanya karena pagi hari ini.

Memang Al sedikit ngantuk dan lesu karena kemaren malam tidak bisa tidur setelah memikirkan senyum manis Kanaya pada saat pertemuan mereka waktu itu.

Wajah cantik Kanaya yang terlihat sangat mengkhawatirkan, takut jika sampai Al ketahuan dan mereka tertangkap oleh Papa dan Abangnya pastinya perjodohan mereka diundur atau akan di batalkan karena tidak lulus sesi pingit.

"Papa Al sudah tidak sabar untuk menikah dengan Kanaya sepertianya?" ucap Ayana pada suaminya.

"Iya Ma..., padahal kan tinggal besok." ucap Khalid.

Papa dan Mama Al memang selalu kompak jika membuatnya kesal di pagi hari, sudah jelas-jelas Al sangat mencintai Kanaya. Mereka masih saja menggoda Al dengan kekompakan dan keromantisan mereka.

Al juga ini melakukan hal itu bersama dengan Kanaya. Jika saja pernikahan mereka bisa di percepat Al akan meminta calon Papa mertuanya itu menikahkan nya dengan Kananya saat ini juga. Tapi tentunya hal itu tidak akan terjadi karena ayah mertuanya itu ingin melihat Al dan Kanaya menyelesaikan masa pingitan mereka ini secara baik dan benar.

Al hanya bisa cemberut saja saat melihat Mama nya itu tampak sangat cantik dan mengisi piring kosong dengan makanannya kesukaan ayahnya tersebut untuk sarapan.

"Apakah sudah cukup Suami ku?" tanya Ayana sambil tersenyum pada suaminya.

"Iya sudah cukup sayang nanti kalau kurang kan bisa tambah lagi." ucap Khalid pada Istrinya.

"Mama..... aku gak di ambilkan juga....?" ucap Al dengan manja.

"Al, Mama.... kan cuman punya Papa, kamu ngambil makan sendiri kan udh gede juga bentar lagi juga bakalan nikah masih manja aja." ucap Khalid.

"Mama...." ucap Al yang tidak menghiraukan ucapan Papa nya saat ini Al dalam mode malas gerak.

"Iya nak bentar Mama ambilkan, segini cukup?" tanya Ayana yang menunjukkan posisi nasi sedang pada anaknya.

"Cukup Ma, Al mau lauk Ayam goreng, sambil Ama sayur sop aja." ucap Al.

Ayana pun hanya menurut dan mengambil makanan untuk putranya tersebut dan setelah selesai baru kemudian mengambilkan makanan untuk dirinya sendiri.

Sebenarnya Ayana paham, Al bersikap maka Karena memang Al sedikit iri karena tidak bisa melakukan hal-hal yang dilakukan Papa dan Mamanya. Padahal sebenarnya lagi Al juga akan menikah dan mereka bisa makan malam, pagi, sore dengan romantis.

Sarapan terasa sangatlah khidmat di rumah Orang tuannya Al, sedang di tempat lain tepat di rumah orang kandungnya tampak Kanaya sedang asik mencuci piring sambil mendengarkan musik.

Tentunya saat ini Kanaya tidak dapat mendengarkan saat ada seseorang yang menggilnya karena volume musik di putar dengar suara yang cukup keras sehingga membuat nya sedikit bertenaga untuk melakukan aktivitas pagi hari ini.

"Rara..., Ra...., Kanaya...?" ucap Aira yang dari tadi memangil adiknya tersebut yang berada di samping dari Rara yang fokus melamun sabil mendengarkan musik.

"Aapa.....?" ucap Kanaya yang meresa sangat kaget karena tiba-tiba ada yang meluk bahunya dengan kencang.

"Kamu ngelamun terus, biar aku yang lanjutin cucu piring, kamu di panggil Mama dan Papa, disuruh keruang tamu sekarang." ucap Aira yang merupakan pelaku yang telah membuat Kanya kaget.

"Sekarang?" tanya Kanaya.

"Iyalah sakarang masak besok." ucap Aira.

"Hehehehe.... kirain besok." ucap Kanaya sambil terkekeh dan membersihkan tangannya yang penuh busa.

"Ada-ada saja kamu...., sepertinya karena efek besok mau menikah otak mu sedikit lolak." ucap Aira.

"Lolak tu apa?" ucap Kanaya dengan polos.

"Lolak tu....., loading lamak." ucap Aira yang merasa sangat gemas dengan sikap polos Kanaya.

"Oooooh.... loding lama.., eh enak aja.... gak ya....," ucap Kanaya yang tidak terima setelah mengetahui makna kata Lolak.

"Gak gimana orang itu aja tadi masih loding." ucap Aira.

"Iya loding dikit, tapi gak loading lama." ucap Kanaya yang kemudian pergi menuju ke ruang tamu.

Sedangkan Aira hanya bisa menggelengkan kepalanya meresa sedikit takjub dengan adiknya yang hanya memiliki selisih 1 tahun lebih tapi tidak sampai dua tahun ini.

Sebenarnya Aira juga sangat ingin menikah jika ada seseorang laki-laki yang baik dan berhati tulus yang berani melamarnya didepan Ayahnya. Mungkin jika Arka dan dan Aira tidak terperangkap Friendzon merek pastinya telah bertunangan saat ini.

"Kanaya nak, sebenarnya apakah kamu selama ini tidak melanggar aturan dalama pingitan ini?" tanya Jalal.

Sebenarnya Kanaya bingung harus menjawab apa, tapi Kanaya tidak pandai berbohong. dan tentunya jika Kanaya berbohong seseorang dapat dengan mudah menebaknya karena Kananya akan bersikap aneh jika dia bohong.

"Tidak Papa..." ucap Kananya sambil menunduk dan tidak berani menatap kearah mata ayahnya karena jika Kanaya melakukan hal itu dia akan ketahuan berbohong.

"Kalau gak tapi kok gak berani liat ke Papa si....?" tanya Rahma.

"Gak Mama.... beneran...." ucap Kanaya sambil mengigit jarinya karena takut ketahuan berbohong.

Tentunya sikap dari Kanya itu mudah ditebak oleh Rahma yang merupakan matan psikolog dan mengetahui gerakan tubuh seseorang yang berkata jujur ataupun bohong. Lagi pula Kanya tidak perlu berprilaku aneh dan wajah nya yang sedang cemas memperlihatkan bahwa saat ini Kanaya sedang menyembunyikan sesuatu alias berbohong.

"Iya..., Kanaya berani kok Mama...." ucap Kanaya yang memberanikan diri untuk mentap kearah wajah Papanya yang saat ini sedang menatap kearahnya dengan serius.

Kanaya hanya dapat tersenyum manis untuk mengurangi rasa geriginya dan tentunya Kanaya sebenarnya tidak ingin jika Al dihukum. Kanaya sangat kasihan dengan Al yang kemarin sepertianya terlihat sangat tersiksa, Walaupun Kanaya sebenarnya juga belum siap menikah dengan Al tapi Kanaya juga tidak tega melihat wajah Al yang lesu saat dengan terpaksa Kanaya harus mengusirnya.


ความคิดของผู้สร้าง
Chesi_putri Chesi_putri

Bismillahirrahmanirrahim tolong jangan lupa simpan keperpustakaan, komentar, review dan vote terimakasih.

Load failed, please RETRY

ของขวัญ

ของขวัญ -- ได้รับของขวัญแล้ว

    สถานะพลังงานรายสัปดาห์

    Rank -- การจัดอันดับด้วยพลัง
    Stone -- หินพลัง

    ป้ายปลดล็อกตอน

    สารบัญ

    ตัวเลือกแสดง

    พื้นหลัง

    แบบอักษร

    ขนาด

    ความคิดเห็นต่อตอน

    เขียนรีวิว สถานะการอ่าน: C34
    ไม่สามารถโพสต์ได้ กรุณาลองใหม่อีกครั้ง
    • คุณภาพงานเขียน
    • ความเสถียรของการอัปเดต
    • การดำเนินเรื่อง
    • กาสร้างตัวละคร
    • พื้นหลังโลก

    คะแนนรวม 0.0

    รีวิวโพสต์สําเร็จ! อ่านรีวิวเพิ่มเติม
    โหวตด้วย Power Stone
    Rank NO.-- การจัดอันดับพลัง
    Stone -- หินพลัง
    รายงานเนื้อหาที่ไม่เหมาะสม
    เคล็ดลับข้อผิดพลาด

    รายงานการล่วงละเมิด

    ความคิดเห็นย่อหน้า

    เข้า สู่ ระบบ