Di sebuah malam yang kelam, Hana berjalan dengan langkah setengah berlari menuju pulang sehabis dari bekerja. Entah kenapa, perasaan nya tidak tenang, seperti ada seseorang yang mengikutinya.
Semakin cepat ia melangkah, perasaanya semakin tidak tenang.
Ia pun akhir nya mengambil langkah berlari. Namun hati nya semakin tidak tenang.
Ia bingung, apa yang sebenar nya terjadi pada diri nya kini.
Ia tidak berani untuk menoleh ke belakang, apapun yang terjadi ia akan terus lurus ke depan.
Akhir nya ia pun sampai di tempat biasa nya menunggu angkot datang.
Tak lama kemudian, akhir nya yang di tunggu- tunggupun muncul. Iya melambaikan tangan nya, dan masuk ke angkot tersebut. Di sana ada beberapa penumpang, satu anak kecil, tiga ibu- ibu, dan empat bapak- bapak. ia pun dapat bernafas lega.
Angkot pun melaju. Kini hidung Hana mencium bau tak sedap, yaitu bau anyir. Rasanya ia ingin muntah, tapi di tahan nya.
Ia lihat para penumpang terdiam mematung, tak ada satu kata pun yang terdengar keluar dari mulut mereka. Wajah para penumpang terlihat pucat.
"Adek, hendak kemana malam- malam begini?" Karna merasa aneh, Hana pun menyapa seorang gadis kecil yang duduk di samping nya sambil memeluk boneka Barbie.
Gadis kecil itu menoleh ke arah Hana, kemudian ia tersenyum mengerikan. Tiba- tiba saja darah segar keluar deras dari hidung dan mulut gadis kecil tersebut. Sontak itu membuat Hana berteriak ketakutan. Dan penumpang lain melihat ke arah Hana dengan senyum mengerikan yang kemudian darah segar juga keluar dari hidung dan mulut mereka.
Hana beranjak ke arah supir, ia menyuruh si supir untuk menghentikan angkot. Namun setelah supir menoleh ke arah nya, ternyata supir itu juga mahluk yang sama seperti penumpang lain nya.
"Aaaaaaaaaaaaa." Hana berteriak histeris.
"Tidak." Gadis itu terbangun dari tidur karna mimpi buruk barusan. Ia masih duduk di kursi pinggir jalan raya. Hana mengelus dada nya sembari menghela nafas panjang.
"Apa aku ketiduran disini? Sukurlah cuma mimpi." Seru nya.
Ia mengambil ponsel dari saku celana, ia lihat ternyata sudah tengah malam. Jam menunjukkan pukul 23:58 dini hari. Ia terkejut bukan main, ternyata dia lama ketiduran di sana.
Jalanan telah sepi, ia kebingungan. Jam segini mana ada angkot lewat.
Tidak ada pilihan lain, ia harus pulang dengan berjalan kaki. Tidak mungkin ia tidur di sana sampai pagi.
Dengan langkah lesu, ia pun melangkahkan kaki nya.
Sampai dia melewati lorong gelap yang terkenal sangat mengerikan itu, lorong dimana ia terjebak beberapa bulan lalu, lorong dimana di temukan mayat yang tercabik- cabik. Hana mulai merinding.
"Aaaaaaaaaaaaaaaaaaaa." Sebuah teriakan keras terdengar di telinga nya. Ia pun menoleh ke kanan dan ke kiri, mencari sumber suara tersebut.
"Aaaaaaaaaaaaaaa." Suara terdengar lagi, dan ternyata sumber nya dari dalam lorong gelap itu. Hana bingung harus bagaimana, apa yang harus ia lakukan.
Apa dia abaikan saja? Tapi bagaimana jika seseorang membutuhkan bantuan nya?
Tapi untuk masuk kesana Hana sangat ketakutan.
Ia lama berpikir. Dan dengan sifat Hana yang begitu baik dan tulus, akhir nya ia memasuki lorong dengan hati penuh kekhawatiran.
Ia menggunakan ponsel nya sebagai penerang.
Semakin lama, Hana semakin masuk ke dalam yang kini semakin gelap.
Disana ia tak menemukan apapun, hanya terdengar suara jangkrik yang saling bersahutan, menambah suasana yang kini mengerikan semakin mengerikan lagi.
Hana merasakan cairan hangat menetes di kening nya. Ia pun mengelap kening itu dengan jemarinya yang lentik.
"Apa ini?" Hana mencium jemari yang tadi ia gunakan untuk mengelap pucuk kening nya.
"Darah." Saat bau amis tercium di hidung mancung itu. ia pun semakin gemetaran.
Dengan perasaan campur aduk, ia pun memberanikan diri untuk melihat ke atas.
Ia penasaran, dari mana darah itu berasal.
Perlahan ia mengangkat kepala nya, menengadahkan ke udara.
Mata Hana membulat, wajahnya berubah pucat, keringat dingin mengucur deras.
Terlihat sosok mahluk mengerikan menyeringai ke arah nya, mahluk itu terbang di udara, mata nya keluar dari tempat nya, wajahnya hancur lebur, deretan gigi nya di penuhi taring.
Tubuh Hana jatuh lunglai ke tanah. Mahluk itu turun dan mendekati Hana, wajah Hana dan mahluk tersebut sangat dekat.
"Ingatlah! Diriku adalah dirimu!" Kata- kata itu keluar dari mulut mahluk mengerikan yang sekarang terbang di depan Hana.
"TIDAAAAAKKK...."
"Hana, bangun, kamu kenapa? Hey Hana," Nara menggoyang tubuh Hana.
Hanapun mengerjap kan mata nya dengan wajah pucat dan keringat di seluruh tubuh nya.
"Hana, kamu mimpi buruk?" Nara khawatir.
Hana diam mengatur nafas nya yang kini masih memburu.
"Ini minum dulu," sembari menyodorkan segelas air putih.
"Jam berapa sekarang Ra?" Tanya Hana setelah merasa lebih tenang.
"Masih jam 00 :30, ayok tidur lagi, aku ngantuk banget!" Ujar Nara sambil menenggelamkan dirinya kembali ke dalam selimut tebal.
"Mimpi di dalam mimpi? Aneh sekali," batin Hana .
Kini Hana takut untuk memejamkan matanya lagi, takut bermimpi buruk seperti tadi.
Ia terjaga malam itu. Mengerjakan semua pekerjaan rumah untuk menahan kantuk nya. Dia tidak mau di ganggu mimpi yang sangat mengerikan seperti tadi.
"Hana tadi malam kamu kenapa?" Nara membuka percakapan, memecah suasana hening di meja makan.
"Aku mimpi buruk Ra,"
"Mimpi buruk gimana sayang?" tanya si Bibi penasaran.
"Panjang bi cerita nya, horor banget," jawab Hana sambil meng ekpresikan wajah ketakutan.
"Mimpi adalah bunga tidur, gak usah terlalu di pikirin,"
"Iya Bi, oh iya udah waktunya. Kita ke sekolah dulu. Ayo Ra,"
"Iya, hati- hati di jalan."
Kedua gadis itupun berangkat ke sekolah dengan bus. Pikiran Hana masih berkecamuk dengan mimpinya semalam, teringat dengan kata- kata mahluk mengerikan itu. "Ingatlah! Diriku adalah dirimu!" Seketika bulu kuduk Hana berdiri, mengingat mimpinya semalam.
"Akhirnya sampai, Hana, woy, Hana." Suara Nara mengagetkan Hana yang kini tenggelam dalam lamunan nya.
"Ah, udah sampai rupa nya,"
"Hey, tubuh mu disini, tapi jiwa mu kemana Han?"
"Maaf, aku agak sedikit kecapean."
"Ya udah, yuk turun," ajak Nara.
Kedua gadis itupun keluar dari bus, dan mulai melangkah ke sekolah.
"Hanaaa," panggil seorang pria berwajah tampan yang tak lain adalah Alex.
"Woooo cowok ganteng itu kayak nya naksir kamu," ujar Nara sambil melihat ke arah Alex di sebrang sana.
"Apa'an sih, udah deh. Aku ke kelas dulu." Hana dengan wajah lesu tak semangat.
"Huuuu jadian deh jadian," goda Nara.
Hana tak menghiraukan ocehan sepupunya, ia terus melangkah menuju kelasnya.
"Hana, kenapa kok wajah kamu pucat gitu?" Tanya Alex yang kini sudah duduk di samping nya.
"Entahlah, aku sangat mengantuk, semalam aku kurang tidur, huuuuam," Hana menguap.
"Tidurlah, mumpung masih pagi, aku akan membangunkan mu nanti, setelah bel berbunyi,"
"Tidak, aku takut,"
"Takut kenapa?"
"Semalam aku mimpi buruk."
"Pasti sangat menakutkan, hingga kamu gak mau tidur meskipun mengantuk,"
"Ouh, aku takut mimpi itu datang lagi."
"Ceritakan semua mimpimu padaku, jangan di simpan, biar kamu bisa tidur nyenyak."
"Benarkan?"
"Iya."
"Jadi semalam .....Bla bla Bla," Hana mencerita kan semua nya pada Alex.
"Sebuah mimpi di dalam mimpi," ucap Alex.
"Iya, bukan kan itu aneh?"
"Tidak aneh, aku juga sering bermimpi seperti itu!"
"Benarkah?"
"Iya."
Triiiiiiiing...
Suara bel tanda masuk berbunyi, murid- murid berhamburan menuju kelas masing- masih.
"Yah sudah bel, tunda dulu ya tidur nya. Nanti tidur di jam istirahat saja." tutur Alex dengan suara lembut nya.
"Iyaaa," Hana terdengar lemah.
Di jam pelajaran, sesekali Hana tertidur. Namun segera bangun, ia mengucek kedua mata nya. Mencoba tetap fokus pada guru yang sedang menerangkan.
Satu jam berlalu, akhirnya yang di tunggu- tunggu berdering...
Kriiing...
Jam tanda bahwa pelajaran telah usai, para murid berhamburan keluar menuju kantin untuk mengisi perut nya yang sudah keroncongan.
"Akhirnya..." Hana menaruh kepala nya di atas meja, berbantalkan lengan kurus nya.
Alex menatap nya sambil melukiskan senyum di bibir indah nya.
"Kamu gak ke kantin?" tanya Hana.
Alex menggeleng.
"Kenapa?"
"Tidurlah, aku akan menjagamu disini!"
"Menjagaku?"
"Tidurlah." Tangan Alex mengelus rambut Hana lembut. Mata kedua nya bertatapan.
Ada rasa tak biasa di antara mereka.
Dada mereka terasa berdebar-debar.
"Baiklah, aku akan tidur," terukir senyuman manis di bibir Hana, kemudian ia memejam kan mata nya.
Hana sudah terbang ke alam mimpi. Mimpi yang sangat indah.
Alex masih mengelus rambut Hana, mata nya menatap wajah gadis yang tertidur pulas seperti bayi, bibir nya menyunggingkan senyum indah.
Mentari menerobos masuk dari jendela kaca kelas, menerpa wajah Hana yang sedang tertidur.
Alex mengambil buku.
Dan menghalangi mentari menerpa wajah gadis itu menggunakan buku di tangan nya.
Bersambung...