Lalisa POV
Pagi ini aku merasa tidak semangat sama sekali. Bukan karena aku belum sarapan. Aku tidak semangat karena sudah satu minggu Jennie unnie tidak meneleponku. Tidak biasanya Jennie unnie mengabaikanku. Biasanya Jennie unnie meneleponku 3 kali sehari hanya sekedar menanyakan apa yang aku lakukan.
Aku sudah bertanya pada Jisoo unnie. Kata Jisoo unnie, Jennie unnie pergi ke New Zealand mengunjungi eomma-nya.
Aku bertambah sebal saat pagi ini aku tidak menemukan mata kucingnya lagi dan lagi. Biasanya Jennie unnie menungguku di parkiran dan mengantarku ke kelas.
Aku berjalan gontai dan memasang wajah sebalku memasuki kelas.
"Lalisa" sapa Bambam yang sudah duduk di kursiku.
"Wae?" jawabku lemah
"Aku pantau semakin hari wajahmu semakin tertekuk. Ada apa gerangan nder?" Bambam
Bambam hafal semua tentang diriku. Kami sudah bersahabat sejak kecil sampai sekarang karena kedua orang tua kami. Bisa dibilang kami tidak akan bisa terpisahkan.
Aku sudah mengganggap Bambam sebagai sudara kembarku sekaligus oppa ku. Kami saling mengenal dan hafal satu sama lain. Bahkan saat aku pindah ke Korea Bambam memilih untuk mengikutiku pindah ke Korea walaupun dia harus tinggal sendirian di apartemennya.
"ani" sungguh aku sangat sebal saat ini.
"Lalu?" Bambam.
"Tidak ada. Pergilah! Lili mau duduk" usirku.
Saat Bambam ingin bertanya lagi, guru sudah masuk ke dalam kelas. Bambam berjalan kembali ke bangkunya.
Selama pelajaran aku tidak memperhatikan penjelasan yang guru berikan. Aku sibuk mengecek handphoneku. Melihat semua notifikasi yang menumpuk. Siapa tau ada notifikasi dari Jennie unnie.
Lagi dan lagi aku menghela nafas kasar saat tidak menemukan notifikasinya dari sekian banyak notifikasi yang masuk pada handphoneku.
Di New Zealand
"Apa yang Lili lakukan ya?" gumam Jennie. Jennie bangkit dari kursinya menju balkon kamar. Memandangi tumpukan salju sisa badai semalam.
"Baby eomma sedang apa?" Son ye jin eomma Jennie.
"Kamjagiya, eomma mengagetkan Jennie"
"ani, Jennie hanya melihat salju eomma" Jennie
"Apa Jennie sudah memikirkan rencana eomma ?" eomma Jennie
"mianhe eomma, Jennie akan tetap kembali ke Korea" Jennie menundukkan kepala tidak berani menatap eomma-nya.
"Gwenchana. Eomma tidak memaksamu. Mungkin ada alasan yang membuatmu berat untuk meninggalkan Korea. Eomma akan selalu menghargai keputusan putri kecil eomma ini ne" Son ye jin mengelus lembut surai rambut Jennie.
Hubungan antara Jennie dan eomma-nya tidak sebaik hubungan Jennie dengan appa-nya. Sejak kecil Jennie tinggal dengan appa-nya di korea. Sedangkan eomma-nya terpaksa tinggal di New Zealand mengurusi bisnis.
Son ye jin sudah berkali kali membujuk Jennie tinggal dan pindah ke New Zealand namun Jennie selalu menolak.
Pernah Jennie terpaksa tinggal beberapa tahun di New Zealand tapi Son ye jin melihat Jennie menjadi berubah. Menjadi lebih murung dan tidak semangat akhirnya Son ye jin harus merendahkan egonya untuk membiarkan putrinya kembali lagi ke Korea.
Son ye jin selalu memberikan kebebasan kepada putri satu satunya ini. Menurutnya hanya kebahagiaan Jennie yang paling penting dihidupnya.
"Besok eomma akan mengantarmu ke Korea ne. eomma sudah lama tidak mengunjungi Korea" Son ye jin.
Di Korea
Lalisa POV
Aku merasakan seseorang menginjak kakiku. Segera aku menolehkan kepalaku dan menatapnya dengan tatapan tajam. Walaupun tidak setajam Jennie unnie, xixixi.
"Hehehe, mian. Lalisa nanti aku main ke mansionmu, ne?" Dahyun. Manusia itu yang menginjak kakiku
"Boleh" jawabku datar.
"Wae? Ada apa dengan wajahmu itu? Pasti karena Jennie unnie?" Lalisa hanya membalas dengan anggukan.
Dahyun merasakan sahabatnya itu semakin murung setiap harinya. Dan faktor utama penyebabnya adalah sunbae-nya a.k.a bucin Lalisa a.k.a Kim Jennie a.k.a kucing orennya Lalisa.
"Lalisa tunggu di sini sebentar saja. Aku akan mengambil kunci mobilku. Sepertinya tertinggal di laci meja" Dahyun
"Jangan lama!" Lalisa
Sudah lebih dari 10 menit tapi Dahyun tidak kunjung kembali. Tiba tiba saja perhatianku teralihkan saat mendengar suara kucing yang persis aku dengar saat kejadian Jennie unnie menabrakku.
Aku mencoba menajamkan telingaku mencari sumber suara. Dan aku menemukan seorang namja sedang bermain dengan kucing kecil yang lucu. Lucunya sebelas dua belas dengan Jennie unnie, xixixi.
Kucing itu tiba tiba saja menghampiriku menduselkan kepalanya dan tubuhnya di kakiku. Dengan gemas aku mengangkat dan menggendong tubuhnya yang agak gempal itu. Mengelusnya lembut.
"Suka kucing?" tanya namja itu.
"hemm hemm" angguku semangat
"tapi eomma tidak memperbolehkan Lili merawat kucing. Kata eomma Lili boleh merawat kucing saat Lili sudah dewasa" jelasku sedih.
"Kiyowo" aku melihat namja itu tersenyum kecil
"Kau lucu sekali. Aku Jungkook satu tingkat diatasmu" namja itu memperkenalkan dirinya.
"Aku La-"
"Lalisa. Dan cukup panggil aku Jungkook" serobot Jungkook.
Aku hanya mengkerutkan keningku.
"Kenapa dia bisa tau namaku. Apa dia peramal?" batinku.
Normal POV
Lalisa dan Jungkook duduk di bangku tunggu. Lalisa sedari tadi sibuk mengelus perut buncit kucing gembul itu dan mengabaikan Jungkook yang masih setia memandanginya dari samping.
"Lili boleh membawanya pulang" Jungkook menunjuk kucing gembul dipangkuan Lalisa.
"ani, Lili akan ijin eomma dulu" Jawab Lalisa menampilkan senyumnya.
"Kiyowo" Jungkook
"nde?" Lalisa
"ani" Jungkook
Hening kembali mengisi ruang diantara Jungkook dan Lalisa. Jungkook tidak menduga jika Tuhan sebaik ini dengan dirinya. Bisa merasakan berada didekat Lalisa yang selama ini hanya bisa dilihatnya dari kejahuan.
"Ekhem" dehem Jungkook
"Leo"
"Leo, nugu?" Lalisa dengan wajah bengongnya
"Kucing gembul itu. Aku memberinya nama Leo" Jungkook
"ooh, Hi Leo" Lalisa menirukan suara anak kecil saat memanggil Leo.
Jungkook hanya bisa menahan senyumannya melihat tingkah Lalisa yang kelewat lucu itu.
"Sepertinya Leo lebih nyaman dengan Lili" Jungkook
"Lili suka Leo" Lalisa
"Bawalah Leo pulang! Aku memberikannya sebagai hadiah ulang tahunmu" Jungkook
"Lili tidak sedang ulang tahun hari ini" Lalisa
"Tak apa. Tidak baik menolak" Lalisa hanya mengangguk anggukkan kepalanya.
"Aku pulang dulu" Jungkook bangkit. Mengacak rambut Lalisa dan pergi dengan senyum yang mengembang.
Ternyata sedari tadi seseorang mengamati mereka dari kejahuan.
~to be continued
update setiap hari kamis, stay tuned!
Jennie POV
Aku membanting alarm ke sembarang arah saat melihat jarum menunjukkan pukul 11.00. Segera ku langkahkan kaki menuju kamar mandi dan bersiap siap. Bergegas menuruni tangga menimbulkan suara gaduh yang menyita perhatian eomma-ku
"Jangan tergesa-gesa nanti kamu bisa terjatuh, nak" Aku mengabaikan eomma-ku. Sudah tidak ada waktu lagi. Aku harus segera ke sekolah.
"eomma Jennie pergi dulu" pamitku mencuri kecupan di pipinya.
"Hati hati di jalan"
Aku mengendari mobil dengan kecepatan tinggi. Menghiraukan bunyi klakson, rambu lalu lintas dan nasihat eomma-ku.
Memasuki gerbang Kim's schools dan memarkirkan mobil sembarangan.
Aku menuruni mobil berjalan melewati lorong meilhat banyak siswa berlalu lalang. Ternyata sudah memasuki jam istirahat. Jadi ku putuskan melangkahkan kaki menuju kantin.
Ku edarkan pandanganku mencari gadis yang tidak ku temui lebih dari semiggu. Dan betapa terkejutnya aku saat melihat gadisku tengah makan disuapi oleh seorang yeojja.
"Aishh. Aku menantang maut untuk cepat bertemu dengannya. Dan dia sedang bersama dengan wanita lain. Ini tidak bisa dibiarkan" batinku mempercepat langkahku.
Belum sempat suapan itu masuk kemulutnya aku segera menepis tangan yeojja itu membuat sendok digenggamannya terjatuh. Semua orang yang ada di meja menatapku termasuk Lalisa.
"Apa yang kau lakukan?" tanya yeojja itu.
"Seharusnya aku yang bertanya seperti itu. Apa yang kau lakukan?" tanyaku balik dengan tatapan tajamku.
"mwo? Kenapa kau balik bertanya?"
"terserah aku lah" jawabku sinis.
"Jangan pernah mendekati Liliku!" Suaraku meninggi.
Aku sudah tidak tahan menahan sesak di dada ditambah dengan melihat sikapnya itu. Dari semua orang yang aku temui hanya dia yang berani membalas tatapanku.
"Apa urusanmu? Dasar wanita aneh".
"Berani beraninya kau-" sudah cukup emosiku memuncak saat ini.
Normal POV
Jennie sudah tidak bisa menahan amarahnya pada yeojja di sebelah Lalisa. Dengan sengaja Jennie menumpahkan segelas orange jus keseragam yeojja itu.
"Jennie-ya" Jisoo melototkan matanya.
"Ikut aku!" Jennie mengabaikan suara riuh yang disebabkan olehnya.
Jennie menggenggam lengan Lalisa. Menariknya paksa meninggalkan kantin. Tidak ada penolakan dari Lalisa. Dia hanya meringis kesakitan meraskan cengkraman pada lengannya.
"unnie ini sakit" Lalisa yang tidak tahan lagi.
"mianhe" Jennie menghentikan langkahnya. Melepas genggaman tangannya.
Nafasnya kembang kempis meraskan sesak di dadanya. Air matanya menumpuk semakin banyak di kelopak matanya. Jika saja Jennie tidak berada di keramaian sudah dipastikan bahwa air mata itu terjun bebas saat ini juga.
Tiba tiba saja Lalisa meraih lengan Jennie mendekatkan tubuhnya dan memeluknya erat serta mengelus punggung Jennie untuk memberikan ketenangan.
"I miss u" Lirih Lalisa yang masih bisa didengar Jennie.
Akhirnya dinding pertahanan Jennie runtuh. Air matanya mengalir deras mendengar perkataan Lalisa.
Cukup lama mereka berpelukan. Hening. Tidak ada percakapan keduanya. Hingga Jennie melepaskan pelukannya meraih tangan Lalisa.
"mianhe. Ini pasti sakit" Mengecup singkat memar kemerahan di pergelangan tangan Lalisa.
"ani" Lalisa menggelengkan kepalanya.
Lalisa POV
Aku tidak menyangka jika hari ini Jennie unnie muncul dihadapanku. Tanpa aku kehendaki air mataku jatuh di pipiku. Entah mengapa aku merasa sangat merindukannya. Saat ini aku hanya ingin memeluknya. Aku menariknya membawanya dalam dekapanku.
"I miss u" lirihku. Aku merasakan basah pada bahuku saat Jennie unnie membalas pelukanku. Aku menundukkan kepala kulihat Jennie unnie menangis.
"Apa aku melukainya?" Batinku. Saat aku hendak melepas dekapanku Jennie unnie semakin mengeratkan pelukannya.
Aku menikmati pelukannya mencium kuat aroma tubuh yang aku rindukan selama ini hingga Jennie unnie meregangkan pelukannya.
"mianhe. Ini pasti sakit" aku melihat Jennie unnie meraih tanganku dan mengecup singkat pergelangan tanganku yang kemerahan.
"ani" kugelengkan kepalaku. Aku merasakan ada ribuan kupu kupu yang terbang memenuhi perutku ditambah detak jantungku berdetak lebih ribut.
"Kenapa hanya Nini yang bisa membuat Lili gila seperti ini?"
Normal pov
Saat ini Jennie dan Lalisa berada di kamar Lalisa. Jennie memaksa Lalisa membolos dan pulang bersamanya. Jennie memilih pulang ke masion Lalisa. Karena di mansionnya ada eomma-nya.
"Sejak kapan Lili punya kucing?" Jennie mengelus lembut pipi Lalisa yang tidur dipangkuannya.
Lalisa nampak berpikir keras sebelum menjawab pertanyaan Jennie.
"Satu minggu setelah Nini meninggalkan Lili" jawabnya sedikit menyindir.
Sebenarnya Lalisa menunggu Jennie untuk menjelaskan sebab kepergiannya yang tiba tiba. Tapi Jennie tidak kunjung menceritakannya bahkan membahasnya pun tidak.
"Namanya siapa?" Jennie mulai mengintrogasi Lalisa
"Leo" Lalisa
"Lili bertemu Leo di mana?" Jennie
"Di sekolah" Lalisa
"Di sekolah sebelah mana?" Jennie
"Di gerbang, Nini" Lalisa
"Saat itu Lili dengan siapa?" Jennie
"Tidak dengan siapa siapa" Lalisa.
"Kok bisa?" Jennie.
"bisa apanya?" tanya balik Lalisa
"Kok bisa ketemu Leo?" Lalisa mulai sebal dengan pertanyaan pertanyaan yang Jennie lontarkan.
Lalisa pun menceritakan kejadian dimana dia bertemu dengan kucing buntal itu hingga Jungkook oppa memberikannya sebagai hadiah ulang tahunnya. Jennie yang mendengar cerita lalisa hanya memasang wajah tidak suka.
"Baru sebentar aku tidak di dekatnya. Sudah banyak sekali yang berusaha mencari perhatian pada gadisku ini. Tidak bisa dibiarkan" batin jennie.
Selama ini Jennie bersikap posessif kepada Lalisa. Jennie bahkan membatasi pertemanan Lalisa. Hanya orang orang tertentu yang boleh dekat dengan gadisnya itu.
"Oh iya Lili. yeojja tadi siapa?" Jennie teringat kejadian di kantin.
"yeojja?" Lalisa
"yeojja yang menyuapi Lili" Jennie
"Oh, Tzuyu maksud Nini?" Lalisa
"Jangan sebut namanya!" Jennie
"Bukankah Nini tadi bertanya nama yeojja yang menyuapi Lili. Namanya yeojja itu Tzuyu, Nini" Lalisa semakin memperjelas.
"Cukup! Jangan sebut lagi namanya dan jangan berdekatan dengannya. arraso?" Jennie
"ishh, menyebalkan" lirih Lalisa
"Siapa yang menyebalkan?" Jennie menatap tajam Lalisa
"ani, Lili yang menyebalkan" Lalisa mempoutkan bibirnya
"Ini kenapa bibirnya dimajukan?" Jennie menekan-nekan bibir lalisa.
"tidak tau" Lalisa
"Baby" Jennie
Tidak ada jawaban dari Lalisa.
"Baby marah sama Nini?" Jennie
"tidak tau" Lalisa
"Kenapa baby sejak tadi marah marah terus?" Jennie
"tidak tau" Lalisa mengalihkan pandangannya dari Jennie
"Baby kok jawabnya tidak tau terus sih" Jennie tetap mengelus lembut pipi Lalisa.
"Nini menyebalkan. Kenapa bertanya terus pada Lili. Seharusnya yang bertanya itu Lili. Kenapa Nini tiba tiba pergi dan tidak mengabari Lili?" Lalisa menatap tajam Jennie.
~to be continued
update setiap hari kamis, stay tuned!
ความคิดเห็นย่อย
คุณลักษณะความคิดเห็นย่อหน้าอยู่ในขณะนี้บนเว็บ! เลื่อนเมาส์ไปที่ย่อหน้าใดก็ได้แล้วคลิกไอคอนเพื่อเพิ่มความคิดเห็นของคุณ
นอกจากนี้คุณสามารถปิด / เปิดได้ตลอดเวลาในการตั้งค่า
เข้าใจแล้ว