Tatapan Shena kosong, duduk di luar ruangan tempat Arga di periksa. Ingin menangis, namun air matanya tak lagi bisa terjatuh. Mungkin karena sudah terlalu banyak meluruh, membuat Shena cukup muak.
"Shen. Gue antar lo pulang ya?" titah Andres, dia mencoba membuyarkan lamunan Shena.
Gadis itu mendelik. Menatap nanar wajah Andres, yang membuat lelaki itu sulit mengartikannya.
"Aku di sini aja Kak. Nungguin Arga!" jawab Shena datar.
"Nanti lo sakit Shen! Lo bisa hubungi gue lagi kok. Gue bisa antar lo ketemu Arga!" pungkas Andres meyakini Shena.
"Aku gak punya tempat tinggal lagi kak. Aku hanya punya Arga satu-satunya!"
Andres tercengang, sesaat keheningan itu menyelimuti dirinya dan Shena. Beberapa kali Andres berpikir semua tak masuk akal di benaknya.
"Maksud lo? Tinggal sama Arga?"
Shena mengangguk.
"Dimana orang tua lo? Rumah lo? Apa lo gak memiliki itu semua?"