Shena berdiri dengan tangan terkepal kuat. Matanya memerah tanda kemarahan telah memuncak di dalam sana, dada yang bergemuruh hebat membuat sesak seakan melilit erat lehernya.
Dia hanya tertegun, ketika mendapati lelaki itu berdiri santai di tepi danau dengan kedua belah tangannya masuk ke dalam saku celana.
"Lo udah datang Shena?" dia tersenyum sumbing. "Baju dan warnanya menarik!" sambung Bara.
Shena mendelik, bola matanya membulat penuh. Dia memang sangat menyukai pakaian berwarna hitam, terlebih lagi, emosi yang memuncak di dalam hati Shena menandakan akan terjadi sebuah petaka.
Dia mengikat surai sepinggang itu agar menampakan wajah ovalnya yang cantik. Celana jeans ketat berwarna hitam di timpali jaket kulit hitam pekat, teramat cocok dengan warna tubuhnya yang putih.
"Lo bahagia?" Bara tertawa remeh. "Sejak kapan lo bahagia? Orang-orang itu hanya neraka di dalam kehidupan lo!" sanggahnya.