Regan tahu, Aneska bahkan orang lain pasti tidak akan percaya dengan apa yang diucapkannya barusan. Tetapi, jika orang yang sudah mengenalnya sedari kecil pasti akan percaya dan tahu hal apa yang membuatnya seperti ini. Contohnya Mamahnya, kakaknya Syifa dan orang terdekat lainnya.
"Kalo nggak percaya tanya aja sama Mamah," ujar Regan.
Aneska menghentikan tawanya. Ia menatap Regan yang juga sedang menatapnya. Ia mencoba mencari-cari kebohongan dari mata itu. Namun ia tak menemukan kebohongan, melainkan menemukan kesenduan dan penderitaan yang mendalam yang dipancarkan oleh mata hitam kelam itu.
Ia berdeham, merasa bersalah pada Regan. "M-maaf, Gan. Seharusnya gue nggak ketawain lo tadi."
"Santai"
Aneska melangkah menghadap Regan, ia mengusap air mata Regan yang mengalir tanpa disadari cowok itu. "Kenapa nangis?"
"N-nangis?" ulang Regan sambil meraba pipinya.