ดาวน์โหลดแอป
19.61% Dua Penguasa / Chapter 103: Bab103. Tamu tidak diundang

บท 103: Bab103. Tamu tidak diundang

Ruan Jian menggernyit heran mendengar kalimat pendek yang diucapkan oleh Ne Zha, kedatangan tamu? Sejauh dirinya tahu Ne Zha adalah orang yang jarang bersosalisasi. Jadi siapa yang akan menjadi tamunya?

Ya memang apa yang dipikirkan oleh Ruan Jian tidaklah meleset, hanya saja tamu yang diucapkan oleh Ne Zha bukanlah kenalan karena sosialisasi Ne Zha, melainkan orang yang kemungkinan tersinggung oleh pemuda itu.

Ne Zha menghabiskan seluruh makanannya lalu menegak hingga tandas air minumnya, setelah itu dia memasang tangannya untuk sanggaan dagunya dengan tumit yang menjadi tumpuan di meja.

"Kami sudah selesai makan, bukankah tidak sopan hanya bersembunyi dalam bayang-bayang ketika bertamu?" ujar Ne Zha dengan santai dan malas.

Ruan Jian masih bingung dengan apa yang diucapkan Ne Zha kali ini, dia segera menatap gurunya. Fu Daiyu tersenyum kecil menanggapi muridnya.

Tidak buruh waktu lama hingga tiga orang berjubah hitam muncul dari tempat persembunyian mereka.

"Harus kuakui kau memiliki mata yang jeli bisa menemukan kami yang bersembunyi sangat dalam," kekeh salah satu dari orang berjubah hitam tersebut, dari suaranya sudah jelas dia adalah perempuan.

"Aku tidak menggunakan mata untuk menemukan kalian," cetus Ne Zha dengan nada datar nan dingin.

Apa yang dikatakan oleh Ne Zha membuat perempuan itu tertawa kecil.

"Kalau begitu, kau pasti sudah tahu kedatangan kami kesini untuk apa?" ujar perempuan tersebut.

"Apapun itu, aku tidak akan memberikannya pada kalian," kilah Ne Zha tanpa mengalihkan pandangannya.

Tingkah Ne Zha yang sangat tidak perduli seperti itu membuat salah satu dari orang berjubah hitam yang kini berdiri pada posisi paling depan mengeram penuh amarah.

Aura yang mengerikan segera menguar dari tubuh orang tersebut lalu terfokus pada Ne Zha.

"Tidak akan terjadi kedua kalinya." Mata Ne Zha kini melintas penuh kilasan mengerikan.

Ketika aura membunuh itu terfokus dan siap menekan Ne Zha, tiba-tiba sebuah aura yang tidak kalah mengerikan menguar dari tubuh Ne Zha. Tidak seperti aura membunuh yang mencekam, aura yang keluar dari tubuh Ne Zha sangat tenang seperti Air, tetapi panas seperti Api, belum lagi perasaan yang menyenangkan layaknya herbal, liar serta kencang bagaikan angin dan sebuah beban layaknya baja ketika aura itu beradu dengan aura membunuh.

Orang berjubah hitam itu tak lain adalah Tetua Gu, dia terkejut saat Ne Zha berhasil menahan aura membunuh yang sangat kental darinya. Tetua Gu adalah Kultivator Alam Inti Kosong, walau kekuatannya jauh dari Enam Kaisar namun bukanlah hal yang mudah hanya untuk beradu aura dengannya.

Tapi pemuda dihadapannya ini? Bukan hanya pemuda itu berhasil menahannya, bahkan pemuda itu tidak terlihat menggerakan satupun jarinya saat berhadapan dengannya. Ne Zha masih dalam posisi tangannya yang menopang dagu dengan santai.

Bukan hanya Tetua Gu dan rekannya yang terkejut, bahkan Fu Daiyu sendiri sangat terkejut dengan hal yang dilakukan oleh Ne Zha.

"Aku masih lemah!" batin Ne Zha kesal, dia hanya sanggup menahan aura saja dan belum bisa menyerang balik.

Jika ada Han Xiao disini dan mendengar isi keluhan Ne Zha, kemungkinan besar pemuda riang itu akan memukuli kepalanya sendiri. Han Xiao sendiri belum tentu bisa beradu aura dengan kultivator Alam Inti Kosong seperti Ne Zha.

Kultivator Alam Inti Kosong bukanlah lelucon! Mereka adalah eksistensi puncak di Benua Angin Selatan, sedangkan disisi lain Ne Zha yang berhadapan dengan eksistensi seperti itu adalah Kultivator Alam Emas yang berada di dasar dunia kultivasi.

Tetua Gu segera menarik auranya, dia menatap nyalang pada Ne Zha, berbagai dugaan muncul di kepalanya. Tidak ada kultivator muda seperti Ne Zha yang pernah dia dengar di tiga kekaisaran.

"Apakah dia berasal dari Akademi?" pikir Tetua Gu.

"Kalian sebaiknya pergi, apapun yang kalian inginkan dariku lupakanlah. Karena aku tidak akan pernah memberikannya." Ne Zha memecah keheningan.

"Tida–"

"Kesabaranku terbatas." Potong Ne Zha saat perempuan tadi hendak angkat suaranya memprotes.

"Beraninya kau!" Tunjuk orang berjubah hitam yang sedari tadi diam, dia membuka tudung jubahnya dan memperlihatkan bahwa dia adalah seorang pemuda.

"Turunkan tanganmu," ujar perempuan disampingnya.

"Setidaknya kau pintar, pergilah atau..."

"Atau apa?!" Perkataan Ne Zha dipotong oleh Tetua Gu.

"Ini hari kalian berdua melihat matahari," desis Ne Zha dingin.

Fu Daiyu yang mendapatkan lirikan dari Ne Zha tanpa harus bertanya sudah mengerti, gadis cantik yang terlihat berumur belasan tahun itu berdiri dari kursinya.

Dengan sumpit di tangannya Fu Daiyu tersenyum kecil kearah Tetua Gu.

"Sebagai tamu yang tidak diundang kau sungguh arogan, kau bahkan mengeluarkan aura membunuh tanpa melihat sekitar," cela Fu Daiyu seraya melihat ke sekitarnya.

Para tamu penginapan yang menginap atau hanya sekedar makan kini tergeletak tidak sadarkan diri, bahkan diantara mereka terdapat beberapa kultivator.

Tetua Gu mendengus dingin, dirinya sungguh tidak peduli pada yang lainnya. Yang dia pedulikan dan prioritaskan saat ini adalah Biji Pohon Neraka yang ada di tangan Ne Zha.

"Tidak perlu ada pertumpahan darah, begini saja. Kita akan bertukar untuk Biji Pohon Neraka yang telah Tuan Muda dapatkan. Kami memiliki beberapa barang yang mungkin akan menarik perhatian Tuan Muda?" ucap perempuan itu lagi.

Ne Zha masih tidak peduli, dia bahkan tidak bergeming saat perempuan itu mengatakan barang yang akan menarik.

***

Ditempat temaram yang hanya mendapatkan cahaya dari empat lilin yang berada di beberapa sisi menghiasi ruang lembab yang terbuat dari batu stalaktit yang terbentuk alami menjadi hiasan tersendiri pada gua tersebut.

Seorang pemuda tengah duduk dengan tegap dengan mata yang terpejam, dalam setiap tarikan napasnya mempengaruhi tampilan pemuda tersebut. Dalam sekejap dia wajahnya memiliki keriput, dalam sekejap pula wajahnya kembali mengencang segar.

Sebuah kumpulan awan merah mengelilingi pemuda tersebut, perlahan-lahan awan-awan merah itu masuk sedikit demi sedikit ke tubuh pemuda tersebut. Raut kesakitan selalu berdenyut pada paras hangatnya.

Tak jauh dari pemuda tersebut ada seekor Monyet berbulu emas yang memiliki tubuh yang sangat besar layaknya beruang.

"Kultivasi anak ini sungguh mengerikan diluar nalar, aku harus keluar agar tidak terpengaruh," gumam Monyet tersebut lalu bergegas menjauh dari kedalaman gua.

Pemuda itu tak lain adalah Han Xiao, dia memiliki rencana untuk memaksakan membangun sepuluh Istana Takdir menggunakan kekuatan dari Awan Darah.

Akan terdengar gila jika ada yang mengetahui bahwa Han Xiao ingin membangun lebih dari sepuluh Istana Takdir, namun itulah kenyataannya. Pada ingatan Harimau Suci, jika Han Xiao ataupun Ne Zha ingin memiliki kelancaran Kultivasi menembus tingkatan setelah Alam Inti Kosong maka mereka harus menciptakan lebih dari sepuluh Istana Takdir.


Load failed, please RETRY

ของขวัญ

ของขวัญ -- ได้รับของขวัญแล้ว

    สถานะพลังงานรายสัปดาห์

    Rank -- การจัดอันดับด้วยพลัง
    Stone -- หินพลัง

    ป้ายปลดล็อกตอน

    สารบัญ

    ตัวเลือกแสดง

    พื้นหลัง

    แบบอักษร

    ขนาด

    ความคิดเห็นต่อตอน

    เขียนรีวิว สถานะการอ่าน: C103
    ไม่สามารถโพสต์ได้ กรุณาลองใหม่อีกครั้ง
    • คุณภาพงานเขียน
    • ความเสถียรของการอัปเดต
    • การดำเนินเรื่อง
    • กาสร้างตัวละคร
    • พื้นหลังโลก

    คะแนนรวม 0.0

    รีวิวโพสต์สําเร็จ! อ่านรีวิวเพิ่มเติม
    โหวตด้วย Power Stone
    Rank NO.-- การจัดอันดับพลัง
    Stone -- หินพลัง
    รายงานเนื้อหาที่ไม่เหมาะสม
    เคล็ดลับข้อผิดพลาด

    รายงานการล่วงละเมิด

    ความคิดเห็นย่อหน้า

    เข้า สู่ ระบบ