ดาวน์โหลดแอป
13.21% 90 HARI MENCINTA / Chapter 46: YANG ADIL

บท 46: YANG ADIL

Calista menatap kakak sulungnya dengan tatapan mata tajam.

"Kau habis melakukan kesalahan apa, dan apa yang harus aku lakukan untuk membantumu?" tanya Calista dengan tegas. Dominic menggaruk-garuk kepalanya yang tidak gatal. Adik bungsunya ini selalu bisa menebak apa yang ia inginkan.

"Aku dalam masalah besar, Cal."

"Kalau dalam masalah besar, brownies sekotak ini tidak cukup untuk bayaranku."

"Astaga, kau ini perhitungan sekali pada kakak sendiri."

"Jelas, karena aku yakin kau membutuhkan otakku untuk menyelesaikan masalahmu. Aku heran, kalian, kau dan Elena kan adalah kakak-kakakku. Tapi, kenapa aku yang harus selalu membantu menyelesaikan masalah kalian."

"Ya, bagaimana Cal. Diantara kita bertiga kau yang paling pintar dan paling bijaksana."

"Kau ini memuji atau bagaimana, kak?"

"Ayolah, Cal."

"Katakan dulu apa masalahmu. Jika cocok bayarannya aku akan bantu. Brownies ini hanya biaya konsultasi."

"Ya Tuhan, bagaimana jika kau sudah menjadi seorang pengacara hebat."

"Oh, jelas bayaranku akan bertambah mahal, mungkin lebih mahal dari pada bayaran Mami."

Dominic hanya bisa menghela napas panjang. Tapi, saat ini yang bisa membantunya hanya Calista. Ia tidak bisa mempercayai siapapun saat ini.

"Kezia..."

"Ah, ya artis top itu tadi siang datang ke sini, mengacau dan dengan berani membentak Tante Arasy. Dia mencarimu, dia pikir saat ini kau sudah menjadi pengangguran. Jadi, siang bolong dia datang ke sini."

"Tadi, dia ke kantorku dan kami sempat bicara. Dia ingin kembali kepadaku."

"Lalu? Kau terima dia kembali?"

"Jelas saja tidak, tapi satu hal yang aku bingung."

"Apa?"

Dominic menarik napas panjang dan mengembuskannya berulang-ulang ia mencoba mengumpulkan keberanian untuk bicara. Lalu, perlahan ia pun menceritakan semua kejadian yang menimpanya setahun yang lalu. Kejadian itu hanya Dody tentu yang tau, tapi sampai hari ini rapi tersimpan.

"Jadi, kau sudah meniduri perempuan ulat bulu itu?"

"Aku harus bagaimana? Pasti Laela akan marah jika mengetahui hal ini. Begitu pula dengan Mami dan Papi. Tapi, sumpah demi Tuhan, aku tidak sengaja, Cal. Aku tidak tau kalau malam itu dia menjebakku dengan memasukkan obat di minumanku."

Calista menghela napas, ia membuka kotak berisi brownies di hadapannya lalu mulai memakan isinya.

"Enak, kak. Kau beli di toko kue Tante Arasy, ya? Tau saja aku paling suka toping almond. Tapi, rasanya sogokan ini kurang untuk tugas seberat itu. Aku harus bisa meyakinkan Papi dan Mami. Lalu, aku juga harus bisa membungkam mulut nenek sihir Kezia itu kan,ya. Apa ada kemungkinan dia mempunyai rekaman video ketika kalian malam pertama?"

"Kau ini Cal, aku serius."

"Aku juga, Kezia itu gadis yang licik. Bahkan untuk mengikatmu saja dia menggunakan cara licik sampai mengorbankan kesuciannya segala. Apalagi hanya membuat video. Siapa yang tau kalau malam itu kalian ada yang merekam."

"Aku memang tidak bisa mengontrol emosi dan hasratku. Tapi, bukan berarti aku lupa sampai tidak sadarkan diri. Malam itu aku dan Kezia sama-sama menikmati hubungan itu, bahkan sampai berulang-ulang. Dan, aku ingat Kezia hanya fokus kepadaku dan bahkan saat pertama kali melakukan itu, aku ingat dia menangis meski bibirnya meminta aku untuk terus melakukannya."

"Memang malam itu kau melakukannya berapa kali?"

"Aku tidak ingat berapa kali. Yang aku ingat hasratku betul-betul bergelora, begitupun dengan Kezia. Bahkan dia sampai mencoba berbagai gaya yang membuatku merasa puas meskipun dia merintih kesakitan."

"Wanita kurang waras!" maki Calista sebal.

Dominic hanya menghela napas panjang.

"Lalu bagaimana?"

"Apanya?"

"Masalah ini."

"Katakan dengan jujur pada Papi dan Mami saat mereka pulang. Lalu, saat melamar Laela kau harus mengatakannya pada gadis itu. Kecewa pasti, marah mungkin. Tapi, cinta yang sejati pasti bisa memaafkan. Apalagi kau tidak sengaja melakukannya. Jika dia berani datang lagi, aku yang akan menghadapinya. Apalagi jika dia berani mengganggu Laela."

"Ah, kau ini memang adikku yang paling baik hati."

"Hei, ingat tidak gratis, kak."

Dominic menelan salivanya dan ia melihat seringai licik di wajah Calista.

"Baiklah, kau minta apa?" tanya Dominic lemas membuat gadis cantik itu tertawa.

"Sepertinya, jika di mobilku di pasang televisi dan speaker baru aku akan lebih nyaman jika mengemudi. Ketika aku menunggu di kampus, aku bisa sambil menonton televisi, jadi aku tidak bosan jika harus menunggu satu atau dua jam. Apa lagi jika ada bantal yang lucu di mobilku. Aku lelah jika harus bolak balik pulang ke rumah hanya untuk makan siang. Aku bisa membawa bekal dari rumah dan menikmati di mobilku yang nyaman seperti kamarku sendiri."

Dominic hanya mengembuskan napas mendengar permintaan adiknya yang tidak murah itu.

"Besok, aku libur kita beli semua yang kau mau. Kita ke toko aksesoris mobil dan beli semua yang kau mau."

"Begitu baru kakakku. Masalahnya, persoalan yang kau hadapi ini rumit, kak," kekeh Calista.

"Iya, nona Calista Syailendra Putri. Kita beli besok ya cantik, puas?!"

"Ah, tentu aku puas sekali kak."

Dominic pun menggelengkan kepala dan segera keluar dari kamar adiknya. Sementara Calista langsung meraih ponselnya dan menghubungi seseorang.

"Ya pokoknya, Om cari tau mengenai gadis itu,Om. Dia sudah mengganggu Kak Dom, aku nggak mau nantinya apa yang sudah terjadi diantara mereka dijadikan senjata oleh gadis itu," kata Calista di telepon. Calista menghubungi Sandy, sejak dulu Arjuna memang berpesan jika ada masalah dia diizinkan untuk menghubungi Sandy. Sandy memang orang kepercayaan Arjuna, jika ada sesuatu Arjuna memang selalu menghubungi Sandy.

Setelah menghubungi Sandy, Calista pun segera keluar kamar dan langsung menuju ke dapur. Selama Zalina tidak ada di rumah, ia yang selalu membantu Arasy dan Sutinah untuk memasak makan malam.

"Hai Cal, bantu Tante sini," kata Arasy saat melihat Calista masuk ke dapur.

"Masak apa kita malam ini, Tante?"

"Bikin apa ya, Tante juga bingung nih."

"Itu ada udang, cumi, buat tomyam aja sih, kalau hanya bikin tomyam, aku juga bisa sendiri. Tante duduk manis aja, biar aku yang masak deh."

"Yakin malam ini kau yang memasak, Cal?"

"Aku sedang senang malam ini, Tante karena besok ada yang mau membelikan aksesoris mobil baru. Jadi, aku saja yang memasak," kata Calista sambil mengedipkan sebelah matanya.

Arasy hanya tertawa kecil melihat kelakuan Calista. Tapi, akhirnya ia pun membiarkan Calista memasak sendiri di dapur. Bahkan Sutinah pun ia usir keluar dapur.

"Tumben non Calista memasak sendiri," kata Sutinah.

"Dia sedang senang karena besok mau merampokku, Tante," sahut Dominic.

"Kenapa bisa?"

"Aku curhat soal Kezia, Tante."

"Perempuan itu ke kantormu?"

"Iya, Tante."

"Lalu?"

"Aku usir dia, Tante."

"Bagus. Perempuan seperti itu jangan kau beri hati, nanti malah minta jantung. Gadis seperti itu bisa nekad, Dom. Sama seperti mantan babu di rumahmu dulu. Siapa yang tau dia akan menjebakmu. Apa lagi dia itu artis. Pergaulannya bebas, bahkan kau sendiri pernah memergoki dia bersama lelaki lain kan? Tidak ada yang bisa menjamin hubungan mereka hanya di lokasi syuting. Mana tau kan dia sampai ke hotel. Banyak kejadian yang seperti itu, jadi kau harus berhati-hati, Dom."

"Iya, Tante. Itu sebabnya tadi aku langsung mengusirnya, Tante."

"Kau tidak pernah melakukan hal yang aneh-aneh dengannya, kan?"

"Maksud Tante, kau dan dia nggak pernah melakukan hal yang macam-macam, kan?"


Load failed, please RETRY

ของขวัญ

ของขวัญ -- ได้รับของขวัญแล้ว

    สถานะพลังงานรายสัปดาห์

    Rank -- การจัดอันดับด้วยพลัง
    Stone -- หินพลัง

    ป้ายปลดล็อกตอน

    สารบัญ

    ตัวเลือกแสดง

    พื้นหลัง

    แบบอักษร

    ขนาด

    ความคิดเห็นต่อตอน

    เขียนรีวิว สถานะการอ่าน: C46
    ไม่สามารถโพสต์ได้ กรุณาลองใหม่อีกครั้ง
    • คุณภาพงานเขียน
    • ความเสถียรของการอัปเดต
    • การดำเนินเรื่อง
    • กาสร้างตัวละคร
    • พื้นหลังโลก

    คะแนนรวม 0.0

    รีวิวโพสต์สําเร็จ! อ่านรีวิวเพิ่มเติม
    โหวตด้วย Power Stone
    Rank NO.-- การจัดอันดับพลัง
    Stone -- หินพลัง
    รายงานเนื้อหาที่ไม่เหมาะสม
    เคล็ดลับข้อผิดพลาด

    รายงานการล่วงละเมิด

    ความคิดเห็นย่อหน้า

    เข้า สู่ ระบบ