ดาวน์โหลดแอป
3.73% 90 HARI MENCINTA / Chapter 13: IBU YANG BAIK

บท 13: IBU YANG BAIK

Zalina membuka matanya untuk beberapa saat ia berusaha mengingat apa yang telah terjadi. Beberapa saat kemudian, ia langsung bangkit dan melangkah keluar ruangan, saat pintu terbuka ia langsung menghampiri Arjuna dan duduk di luar bersama dengan Sandy dan Tanu. Melihat istrinya keluar, Arjuna pun bergegas menghampiri.

"Mas, Elena bagaimana?" tanya Zalina.

"Tenang sayang, Elena sedang ditangani oleh dokter. Tadi dokter sudah keluar dan memberi kabar, tunggu saja, ya."

"Pelakunya?"

"Itu juga sudah diurus, sayang. Herman sedang di kantor polisi dan mengurus semua. Kau tenang saja, Herman juga sudah meneleponku tadi."

Zalina menghela napas panjang. Ia merasakan kepedihan yang teramat sangat di hatinya. Ia juga merasakan kemarahan yang benar-benar meledak pada Damian. Andai dia ada di sini ingin rasanya Zalina kembali menghajarnya.

"Apa yang kau pikirkan, sayang?" tanya Arjuna.

"Tidak ada, Mas. Aku hanya sedang memikirkan Elena. Dia pasti merasa syok, aku akan membawanya pulang ke rumah kita. Seharusnya, kemarin aku memaksanya untuk kembali ke rumah kita," kata Zalina.

"Tidak ada yang tau apa yang akan terjadi, Lin. Jadi, yang perlu kita lakukan sekarang bukan menyalahkan diri. Tapi, memikirkan bagaimana cara untuk mengatasinya. Apa yang harus kita katakan pada Elena misalkan. Saranku, kau ceritakan pada Mbak Arasy. Dia seorang psikolog, pasti dia bisa mengatasinya."

Zalina tidak mengangguk, "Iya, Mas. Aku akan bicara dengan Mbak Arasy dan juga pada Ratu."

"Iya, Ratu kan calon psikolog. Tapi, di antara semua itu, yang paling penting adalah dukungan kita sebagai orangtua. Aku setuju jika kita membawa Elena pulang. Dia akan merasa lebih nyaman di rumah kita. Aku setuju jika kau juga tidak mengizinkan Damian untuk bertemu dengan Elena."

"Akan aku patahkan tangannya jika dia berani masuk ke rumah kita dan mengamuk seperti kemarin," kata Zalina dengan berapi-api.

"Tidak sekasar itu juga, Lin."

"Kalau dia memaksa seperti kemarin, aku bisa nekad juga mas."

Percakapan mereka terhenti saat dokter yang merawat Elena keluar.

"Bagaimana putri saya, dokter?" tanya Zalina.

"Seperti yang sebelumnya saya katakan pada suami Ibu, putri Ibu mengalami pendarahan dan luka pada bagian intinya. Juga saya menemukan luka di bagian belakang juga. Tapi, kami sudah menjahitnya. Apakah putri Ibu telah mengalami pelecehan? Jika iya, apakah sudah melaporkan kepada yang berwajib?"

"Iya, pelakunya sudah kami laporkan pada yang berwajib."

"Saya sarankan Ibu menghubungi seorang psikolog untuk membantu pasien mengatasi trauma."

"Baik, dokter. Terima kasih banyak, dokter."

"Sama-sama, Bu. Putri Ibu dan Bapak akan kami pindahkan ke ruang perawatan. Saat ini masih dalam pengaruh obat bius, mungkin dalam waktu dua atau tiga jam lagi pasien akan sadar. Mohon di dampingi ya, Bu, Pak."

Zalina mengangguk, ia menyandarkan kepalanya ke dalam pelukan suaminya dan mulai menangis.

"Sabar, sayang. Kita akan menghadapinya bersama-sama."

"Sakit rasanya Mas. Aku tidak sanggup membayangkan bagaimana sakitnya hati Elena sekarang."

"Aku mengerti, tapi kau harus kuat supaya kau bisa memberi semangat pada Elena. Jika kau lemah, maka Elena akan lemah. Lebih baik kita solat subuh berjamaah dulu. Setelah itu, aku akan pulang sebentar memberi kabar pada anak-anak."

"Baiklah, Mas."

Arjuna dan Zalina pun langsung menuju mushala dan segera menunaikan ibadah solat subuh berjamaah. Setelah itu, Arjuna pun segera pulang untuk membawakan segala keperluan Zalina juga Elena. Sandy dan Tanu pun pamit untuk meneruskan pekerjaan mereka juga memberi keterangan ke kantor polisi.

Zalina duduk di samping ranjang Elena. Dibelainya rambut Elena perlahan dengan penuh kelembutan.

"Sayang, kau dengar Mami? Mami sangat mencintaimu, apapun yang nanti terjadi padamu, kita akan menghadapinya bersama-sama. Mami akan mendampingimu dan juga merawatmu. Ingat kan, Kak dulu ketika Kakak baru tinggal bersama Mami? Kakak selalu terbuka pada Mami. Jadi, Mami ingin mulai sekarang Kakak kembali terbuka pada Mami. Kita buka lembaran baru ya, Kak," ujar Zalina.

Air mata Zalina menetes perlahan. Ia merasa begitu sakit melihat putrinya dalam kondisi seperti ini. Tanpa sengaja, Zalina melihat tanda merah di leher jenjang Elena, seketika batinnya sebagai seorang Ibu terluka dalam. Perlahan ia menyibakkan sedikit selimut Elena dan membuka sedikit pakaian anaknya. Hatinya bertambah nyeri melihat tanda merah di tubuh Elena. Ia pun dengan cepat kembali menyelimuti tubuh Elena.

Tepat saat ia menyelimuti Elena, gadis itu membuka kelopak matanya.

"Kak, kau sudah sadar? Apa yang kau rasakan, nak?" tanya Zalina dengan lembut. Elena mengerjapkan matanya perlahan,ia menatap Zalina.

"Mami, kenapa Mami di sini? Aku di mana?" tanya Elena lirih. Ia merasa kepalanya begitu sakit dan terlebih lagi bagian belakang tubuh dan inti tubuh wanitanya terasa begitu perih dan nyeri. Elena berusaha mengingat apa yang sudah terjadi. Dan, saat ia dengan samar mengingat apa yang terjadi, Elena pun menjerit histeris membuat Zalina langsung memeluk putrinya itu.

"Bunuh saja aku, Mami. Aku tidak mau hidup lagi! Aku sudah hancur!"

"Sttt...kau ini bilang apa sih Kak? Ada Mami di sini. Mami akan selalu menemani dan mendampingimu." kata Zalina.

"Tapi, aku ini sudah kotor Mami. Dia sudah mengambil kehormatanku, aku terlalu ceroboh. Harusnya aku tidak mabuk-mabukan, apa yang harus aku lakukan sekarang, Mami..."

Selama beberapa saat hanya terdengar raungan tangis Elena. Zalina hanya memeluk putrinya itu dengan erat sambil menahan tangan Elena agar tidak menyakiti dirinya sendiri. Setelah merasa lelah, Elena hanya terisak lemah.

"Kak,apa Kakak mengingat apa yang terjadi semalam?" tanya Zalina.

"Aku ingat semalam aku minum banyak sekali Mami. Dan, aku ingat saat Mike membawaku ke dalam mobil. Setelah itu aku tidak ingat dia membawaku ke mana. Hanya saja, setelah beberapa lama, aku merasa kedinginan dan aku merasa ada yang meraba tubuhku. Aku berusaha berontak, tapi tubuhku masih terasa lemah, sampai akhirnya di-dia...mengambilnya dan aku tidak tau lagi apa yang terjadi."

Zalina mengembuskan napasnya perlahan. "Kak, Mike sudah diamankan di kantor polisi. Sekarang, Kakak hanya perlu fokus untuk memulihkan kesehatan kakak. Nanti, jika sudah boleh pulang, kakak tinggal kembali dengan Mami dan Papi."

"Aku udah nggak layak, Mami."

"Siapa yang mengatakan kalau kakak ini tidak layak?"

"Aku udah kotor, Mami. Aku sudah tidak sempurna sebagai wanita. Siapa yang mau lagi denganku?" ujar Elena.

"Kak, apa yang terjadi kepadamu bukanlah keinginanmu sendiri. Itu semua kecelakaan, bukanlah kesalahanmu. Satu-satunya kesalahanmu adalah kau pergi ke tempat yang salah."

"Aku malu untuk pulang ke rumah Mami. Aku. Sudah membuat Mami menangis," sahut Elena.

Zalina menggelengkan kepalanya. "Mami sudah berkata padamu, kan? Kau tau ke mana harus pulang. Lalu, kenapa kau pulang ke rumah yang salah?" tanya Zalina dengan lembut.

"Maafkan aku, Mami. Aku menyesal tidak menurut dan mendengarkan perkataan Mami."

"Sudahlah, Kak. Sekarang yang paling penting Kakak bisa sehat dulu ya."

Elena mengangguk lemah. Zalina perlahan membaringkan Elena kembali dan menyelimuti gadis itu.

"Tolong temani aku ya Mami."

"Iya, Mami tetap di sini. Istirahatlah dulu, Ka," ujar Zalina.

Tiba-tiba, pintu di ketuk. Zalina pun beranjak dan segera membuka pintu. Ia mengerutkan dahinya saat melihat siapa yang datang.

"Maaf, kalian siapa dan mencari siapa?" tanya Zalina.

**


Load failed, please RETRY

ของขวัญ

ของขวัญ -- ได้รับของขวัญแล้ว

    สถานะพลังงานรายสัปดาห์

    Rank -- การจัดอันดับด้วยพลัง
    Stone -- หินพลัง

    ป้ายปลดล็อกตอน

    สารบัญ

    ตัวเลือกแสดง

    พื้นหลัง

    แบบอักษร

    ขนาด

    ความคิดเห็นต่อตอน

    เขียนรีวิว สถานะการอ่าน: C13
    ไม่สามารถโพสต์ได้ กรุณาลองใหม่อีกครั้ง
    • คุณภาพงานเขียน
    • ความเสถียรของการอัปเดต
    • การดำเนินเรื่อง
    • กาสร้างตัวละคร
    • พื้นหลังโลก

    คะแนนรวม 0.0

    รีวิวโพสต์สําเร็จ! อ่านรีวิวเพิ่มเติม
    โหวตด้วย Power Stone
    Rank NO.-- การจัดอันดับพลัง
    Stone -- หินพลัง
    รายงานเนื้อหาที่ไม่เหมาะสม
    เคล็ดลับข้อผิดพลาด

    รายงานการล่วงละเมิด

    ความคิดเห็นย่อหน้า

    เข้า สู่ ระบบ