ดาวน์โหลดแอป
60% Aruni / Chapter 3: Tinggal bersama

บท 3: Tinggal bersama

Aku memandang mereka yang menatapku penuh harap bergantian. Mereka menanti jawabanku perihal ajakan tante Lola untuk tinggal bersama dirumah ini, dan jujur saja aku ingin menolak, aku tidak mau merepotkan mereka apalagi aku merasa baik-baik saja tinggal dirumah nenek seorang diri.

Selepas menghela nafas, aku mulai membuka suara "Maaf Tante, Uni gapapa kok tinggal dirumah sendirian."

"Gapapa apanya atuh Uni. Tinggal sendirian tuh bahaya. Udah.. lagian tante tuh sebenernya gak butuh penolakan kamu. Kita cuman mau kasih tau kamu aja, keputusan mah udah bulat ya yah." Kata Tante Lola memaksa. Aku mau menolak kembali tapi om Surya lebih dulu menyela.

"Iya neng, bahaya tinggal sendirian. Disini juga sepi, kamar banyak gak ada yang nempatin. Sekalian nemenin Seira terus ada Bima juga, kalian berduakan udah temenan dari kecil."

Seira adalah adik kecil Bima umurnya baru 10 tahun. Bima ini hanya dua bersaudara dengan adiknya.

Aku melirik Bima yang tampak gak acuh sama sekali. Dia benar-benar kelihatan gak peduli dengan obrolan kami dan sibuk main dengan handphonenya. Aku kembali menghela nafas, lalu melihat kedua orangtua Bima lagi di depan. Gimana ya? Aku sepertinya sudah tidak bisa menolak, mereka kelihatan seperti tidak akan membiarkanku memilih opsi lain.

"Uni mau mandiri tante. Gak mau nyusahin tante dan Om." Aku masih berusaha ngebujuk tante Lola. Aku benar-benar merasa gak enak menumpang hidup pada keluarga yang bahkan tidak ada ikatan darah denganku. Sedangkan keluarga dari ayahku sendiri mereka gak peduli kalau ada keponakannya yang sebatang kara.

"Lagipula Uni belum rapihin barang-barang Uni." Elakku lagi

"Tenang aja neng, Bima nanti bantuin kamu."

Bima dengan cepat meliriku gak suka.

"Kok Aa ikut repot?" Sahut Bima cepat sekaligus mendapat pukulan dilengannya dengan cepat juga.

"Maneh budak lalaki! Bantuin segitu aja pake protes. Kalo gakmau kamu gak bunda kasih makan lagi ya a."

"Aa gak protes, cuman nanya!"

"Makanya gakusah nanya-nanya bikin kesel bunda aja kamu tuh." Bima melirik Om Surya keheranan.

"Bunda kenapa sih yah? Sensi banget hari ini?"

Om Surya segera merangkul Bima, membawanya ke ruang keluarga. Sebelum mereka menghilang aku sempat mendengar percakapan mereka kalau Tante Lola sedang datang bulan. Aku jadi ngerti pantas saja bawaanya jutek sekali. Dateng bulan emang bikin mood swing-swing naik turun sih.

"Laki-laki tuh emang sukanya bikin kesel ya Uni." Aku menoleh sembari tersenyum tipis.

"Iya Tante, suka gak peka lagi."

"Nahkan kamu ngerti, cuman kamu doang emang yang ngerti tante. Makanya tinggal disini ya? Kan seru kalo ada anak cewek seusia kamu. Bisa masak berdua, bisa curhat-curhatan. Soalnya Seira masih kecil sih." Tanya tante lagi soal aku tinggal dirumahnya. Mau gak mau aku gak punya pilihan selain mengangguk dengan senyum yang gak hilang sejak tadi.

"Kayanya Uni gak lihat Seira daritadi tan."

"Seira lagi dirumah neneknya. Nginep sampai minggu depan. Yaudah kamu mau istirahat ya? Tante udah siapin kamar kamu. Soal barang-barang kamu besok aja dirapihinnya. Sekarang istirahat dulu. Aa!!!!!! Kadieu!!!!" Bima datang dengan lesu, membuatku merasa tidak enak.

"Hmm?"

"Anterkeun Uni ke kamarnya ya. Yang tadi pagi bunda beresin."

"Sebelah kamarku?"

"Nah paham! Yaudah antar sekarang, kasihan Uni mau istirahat abis kamu culik." Tanpa protesan apapun Bima mengangguk lalu menatapku seolah berkata ayo ikut! Kemudian aku mengikutinya menuju tangga dan naik ke lantai dua, sebenarnya aku sudah tahu dimana kamar itu. Dulu aku sering bermain di kamar Bima. Jadi tanpa diantarpun aku tidak akan salah kamar kok apalagi karena kamar itu hanya bersebelahan dengan milik Bima.

Tapi ya sudah aku mengikutinya saja dalam diam hingga kini aku tepat didepan pintu bercat putih milik kamarku, kontras dengan milik Bima yang berwarna hitam. Diarea ini hanya ada kamar milikku dan Bima. Biar kujelaskan, betapa uniknya rumah Om Surya dan tante Lola ini. Om Surya sendiri yang mendesainnya, beliau seorang arsitek yang cukup punya nama dikalangan arsitek indonesia.

Rumah ini hanya memiliki dua lantai. Tidak terlalu besar tapi tidak bisa dikatakan kecil juga. Karena om Surya lebih mengutamakan punya taman besar yang mengelilingi rumah ini dibandingkan harus membuat bangunan super megah. Kenapa kukatakan begitu? Sebab om Surya benar-benar sangat kaya. Rumah ini merupakan rumah utama dari sekian banyak rumah yang om Surya miliki, tapi uniknya rumah ini justru merupakan rumah tersederhana diantara rumah yang lain. Mungkin itu salah satu kelebihan keluarga Bima yang tidak pernah sombong dengan apapun yang mereka miliki. Meskipun aku meragukan anak laki-lakinya sih. Berandalan itu sering buat masalah dan membuang-buang uang untuk hal gak berguna.

Kembali pada rumah Bima, Area lantai satu, dari pintu masuk ada ruang Tamu, masuk lebih dalam ruang keluarga dengan taman samping juga kolam renang yang mana sebelah taman itu merupakan kamar utama om Surya dan tante Lola. Area belakang merupakan dapur bersih, ruang makan dan dua kamar tamu, satu kamar pembantu lalu dapur kotor.

Naik ke lantai dua, bagian ini terpisah menjadi dua antara kanan dan kiri, area tengah ruang keluarga menjulang keatas hingga atap yang diatasnya juga ada jembatan penghubung kamar. Kamar Seira dilantai dua sebelah kiri dengan balkon menghadap taman depan, sedangkan Kamar Bima dan kamar yang akan jadi milikku sama-sama memiliki balkon yang menghadap taman belakang. Menuju kamar Bima kami hanya menaiki satu tangga lalu menyebrangi jembatan penghubung ditengah.

Bima membuka pintu dengan pelan, bergeser sedikit memberiku akses untuk masuk. Dia hendak meninggalkanku tanpa bicara sepatah katapun tapi aku telah lebih dulu mencegahnya, menarik ujung baju Bima dengan wajah tertunduk.

"Maaf." Kataku lirih, dia menepis tanganku pelan, membuatku mengadah menatap dirinya yang menjulang tinggi bersandar pada kusen pintu. Salah satu alisnya terangkat, seperti bertanya apa maksudku meminta maaf.

"Lo kerepotan karena gue."

"Emang."

Aku mendengus, mendengarnya secara langung lebih menyebalkan ternyata "Yaudah maaf."

"Gitu caranya minta maaf?" Aku Mendecak sebelum bertanya "Terus harus gimana?"

Memajukan tubuhnya wajah Bima beberapa cm didepanku. Oh aku gak tahu wajah dia bisa seganteng ini dilihat dari dekat. "Bima sejak kapan lo ganteng?" Celetukku tak tahan, membikin Bima secara otomatis menjauhkan wajahnya sembari mengusap tengkuknya. Kulihat wajahnya sedikit memerah.

"Pujian lo gak mempan."

"Gak mempan apa? Gue ngomong yang bener kok. Lo perawatan ya?" Tanyaku sembari menyentuh pipinya yang mulus. Lagi-lagi Bima menepisnya. "Gakusah pegang-pegang."

"Apasih pelit banget." Lirikan tajam Bima membuatku ciut membisu

"Lo barusan minta maaf. Dimaafin juga belom udah bikin kesel lagi."

"Iya maaf, tapi guekan cuma penasaran. Kenapa—

"Gak usah banyak tanya." Bima menoyor kepalaku. "Kalo mau minta maaf gakusah pake tapi. Kalo lo emang ngerasa bersalah mulai besok sebelum tidur lo harus bikinin gue susu." Katanya cepat dan kali ini benar-benar pergi sebelum aku sempat membalas. Tapi karena dia menuju ke kamarnya aku yakin pertanyaanku masih bisa didengarnya

"Jadi pentolan sekolah masih suka minum susu sebelum tidur?" Bima mendelik menyeramkan sementara aku tercekat. "Hehe oke susu coklat ya." Dan blam... bunyi pintu tertutup sebagai jawaban Bima.

Aku masih didepan pintu tersenyum tipis merasa senang. Ini kali pertama aku tersenyum selama satu minggu ini. Ternyata aku memang harus mengikhlaskan nenek, dan kurasa juga berada disini bisa memperbaiki hatiku sedikit demi sedikit bersamaan dengan membaiknya hubungan antara aku dan Bima. Kita bisa berteman seperti dulu lagi. Ya Semoga seperti itu....


Load failed, please RETRY

สถานะพลังงานรายสัปดาห์

Rank -- การจัดอันดับด้วยพลัง
Stone -- หินพลัง

ป้ายปลดล็อกตอน

สารบัญ

ตัวเลือกแสดง

พื้นหลัง

แบบอักษร

ขนาด

ความคิดเห็นต่อตอน

เขียนรีวิว สถานะการอ่าน: C3
ไม่สามารถโพสต์ได้ กรุณาลองใหม่อีกครั้ง
  • คุณภาพงานเขียน
  • ความเสถียรของการอัปเดต
  • การดำเนินเรื่อง
  • กาสร้างตัวละคร
  • พื้นหลังโลก

คะแนนรวม 0.0

รีวิวโพสต์สําเร็จ! อ่านรีวิวเพิ่มเติม
โหวตด้วย Power Stone
Rank NO.-- การจัดอันดับพลัง
Stone -- หินพลัง
รายงานเนื้อหาที่ไม่เหมาะสม
เคล็ดลับข้อผิดพลาด

รายงานการล่วงละเมิด

ความคิดเห็นย่อหน้า

เข้า สู่ ระบบ