"T-tapi.. kenapa lo bisa sih tadi? Bener-bener gak masuk akal. Lo apain bokap gue? Kok dia bisa ijinin lo? Lo sekongkol sama dia? Demi apa Fin??" Tanya Bianca secara beruntun. Menuntut penjelasan dari Finsa.
"Bi.. emang harus ada alasan ya untuk melindungi orang yang disayang?"
Bianca tidak menjawab. Perempuan itu terdiam sambil agak melamun. Finsa berdecak kecil dan kembali agak menarik tangan Bianca untuk diajaknya melanjutkan langkah mereka yang menaiki anak tangga.
Rumah besar dan terdiri dari lantai tiga itu tetap saja terlihat mewah dengan segala pernak-pernik pajangannya. Banyak sekali benda-benda berbahan keramik yang mudah pecah. Namun satu kekurangannya, yaitu tidak ada sama sekali foto keluarga.
"Di mana foto keluarga lo?" Tanya Finsa sambil menyisiri lorong lantai dua yang terang benderang.
Bianca hanya mengedikkan kedua bahunya. "Dimuseumkan sejak Mama meninggal." Ucapnya. Perempuan itu tidak sadar bahwa tangan kanannya tetap berada di genggaman tangan hangat Finsa.