บท 36: Malam Kedua di Beijing (3)
บรรณาธิการ: Wave Literature
"Daging perut babi, sayuran asin, tausa, daun bawang, jahe dan bawang putih, iga baikut, beras ketan…"
Aksen Jiameng Nenek begitu kental, tetapi Nyonya Du dapat memahaminya. Di pagi hari saat Ye Tianxin keluar untuk ujian, mereka berdua mengobrol di toko buku.
Nyonya Du merasa kehidupan nenek ini begitu keras. Putrinya tidak memberi kabar selama lebih dari sepuluh tahun dan membesarkan cucunya seorang diri. Wanita seperti itu benar-benar hebat dan layak dikagumi.
"Nenek, apakah ada lagi?"
Ye Tianxin mengulangi daftar bahan apa saja yang nenek minta untuk dibeli.
Ketika nenek mendengarkannya lagi, dia menambahkan, "Saus pasta kacang."
"Benar juga, hampir saja melupakan bahan yang paling penting."
Untuk membuat masakan Jiameng yang lezat, jika tidak ada saus pasta kacang, maka akan kehilangan jiwa dari hidangan lezat ini.
"Kalau begitu aku pergi dulu, ya."
Ye Tianxin mengumpulkan semua kotak makanan pesan antar dan memasukkannya ke dalam kantong. Dia akan membuangnya ke tempat sampah saat keluar.
Nenek khawatir Ye Tianxin tidak punya uang, jadi dia menarik tangan Ye Tianxin dan menyelipkan sebuah tas kain ke dalam pakaiannya.
Nenek bilang itu tas kain, tapi sebenarnya bukan.
Sebenarnya itu adalah sapu tangan dengan sejumlah uang yang dibungkus di dalamnya. Dia memberikan uang itu langsung ke tangan Ye Tianxin.
Nenek mengingatkan dan berkata, "Saat kamu di jalan, jangan buru-buru dan hati-hati, jangan sampai terluka. Ketika kamu melihat pakaian yang bagus, belilah beberapa untuk dirimu sendiri…"
Ye Tianxin memegang tas kain dan mengangguk dengan penuh semangat. Dia terus menahan untuk tidak menangis, sampai dia naik bus, Ye Tianxin baru mulai menangis hingga wajahnya dipenuhi air mata.
Dia membenamkan kepalanya di antara lengan tangannya seperti anak kecil, dan dia menangis tersedu-sedu menahan rasa sedihnya.
"Gadis kecil, ada apa? Apakah kamu sakit?"
Seorang paman baik hati yang duduk di sebelah Ye Tianxin memberikan tisu kepada Ye Tianxin. Ye Tianxin mendongak, dan dia memandang paman itu dengan mata penuh air mata, "Paman, aku tidak apa-apa, aku tidak sakit, terima kasih."
Jika harus mengatakan di mana yang sakit, itu mungkin bisa dikatakan hatinyalah yang merasa sakit.
Gu Yancheng dan Lu Qingxin yang muncul di depannya seperti sebuah batu yang dilemparkan ke danau hatinya yang damai, air danau itu membentuk gelombang sedikit demi sedikit.
Di luar jendela bus banyak terdapat gedung-gedung tinggi.
Di dunia ini, setiap orang berjalan dengan cepat, semua orang berjuang untuk hidup.
Hanya dia yang bekerja keras untuk membuat nenek hidup satu hari lebih lama.
Ye Tianxin pergi ke rumah sakit terlebih dahulu, menanyakan tentang pendaftaran dan hal-hal terkait lainnya, kemudian menggunakan kartu identitas neneknya untuk mengurus kartu medis terlebih dahulu. Dia lalu naik bus ke pasar sayur terdekat dan membeli berbagai bahan yang dibutuhkan nenek, membeli baju untuk nenek, lalu naik bus kembali ke toko buku.
Kali ini ketika kembali, Ye Tianxin berdiri di depan pintu toko buku, dia mendongak dan melihat huruf 'Du' besar ditulis dengan kuas di papan nama toko buku.
Nyonya Du bermarga Du.
Tapi nama belakangnya jelas bukan nama aslinya.
Dia mungkin juga memiliki nama asli.
Tapi, siapa nama aslinya?
"Kamu putri Du Juan, ya?"
Ketika Ye Tianxin hendak mendorong pintu untuk masuk ke dalam ruangan, dia mendengar suara seorang pria. Dia berbalik dan melihat pria yang berdiri di bawah tangga. Wajah tampan itu penuh dengan kecemasan.
Itu adalah dia.
Dia adalah raja di industri film.
Semua aktris yang ada di bawahnya telah menjadi aktris internasional.
Aktris yang bermain di filmnya, selain memiliki namanya sendiri juga punya nama lain, "Xin Girl".
-- ได้รับของขวัญแล้ว