"Pak Bagas, ada yang ingin bertemu dengan Anda. Dia sudah menunggu di ruangan."
Kalimat itu lah yang membuat Bagas segera kembali ke ruangannya, meksipun masih ada beberapa hal yang perlu dikerjakan setelah sidang berakhir. Katanya, gadis yang cantik. Mungkin berasal dari luar negeri sebab wajahnya tak mencerminkan orang Indonesia asli. Paras yang sempurna, ditambah dengan fisik yang diidam-idamkan banyak kaum hawa untuk punya hal yang sama. Selepas mendengar namanya, Bagas semakin yakin apa yang harus dibicarakan dengannya pagi menjelang siang ini.
"Akan lebih baik kalau kamu meminta bertemu di kafe atau semacamnya. Di sini, tak ada makanan yang bisa ku hidangkan selain teh celup dan kue kering. Ini budaya lama, bukan?" Kekehan ringan muncul dari celah bibir pria itu. Tersenyum manis pada gadis yang duduk di ujung sofa.