ดาวน์โหลดแอป
5.91% Super Sexy Casanova / Chapter 23: 23. Take Over

บท 23: 23. Take Over

Waktunya kembali beraktivitas selepas makan pagi, membersihkan diri, dan berisitirahat sejenak. Sandra harus kembali memulai aktivitasnya saat ini. Kalau akhir pekan begini, hanya ada satu tempat yang menjadi tujuan Sandra, sebuah toko swalayan yang menjajakan berbagai macam camilan dan minuman ringan juga kebutuhan sehari-hari lainnya. Memang bukan toko yang besar, di tempat ini Sandra bisa menghabiskan waktu dengan bayaran di bawah standar. Tak apa, toh juga Sandra bekerja selepas siang datang sampai senja menjemput malam nanti. Separuh hari saja dan itu hanya terjadi kalau akhir pekan datang dan kuliah tak ada untuk menyela kesibukannya. Akhir pekan begini si gadis cantik itu juga enggan mengambil waktu lembur di dalam bangunan bar. Kalau Sabtu dan Minggu, Sandra Iloana memutuskan untuk mengakhiri pekerjaan tepat saat sang mentari lengser dari kedudukannya di akhir senja. Ia menggunakan aktivitas kosongnya untuk sejenak menarik napas lega atau menyelesaikan tugas kampus yang sempat tertunda. Sejauh ini agenda yang dilakukan oleh Sandra sudah tertata rapi dan nyaman untuk dilakukan olehnya.

Di tempat ini Sandra melayani banyak pelanggan yang datang dengan menjaga meja kasir sesekali datang ke rak makanan ringan untuk menunjukkan pada pelanggan kalau mereka tak bisa menemukan barang yang diinginkan. Sandra harus ramah dengan senyum manis yang selalu ada di setiap kalimatnya untuk pelanggan. Ramah dan sopan adalah point penting agar ia tak dipecat dari tempat ini.

"Panaskan mie-nya dan tolong antarkan itu ke atap. Aku ingin makan di sana," tutur seseorang pada Sandra. Tempatnya bekerja memang sedikit unik. Layaknya minimarket di luar negeri, tempat ini menyediakan sebuah area untuk pengunjung bisa makan dan menikmati jajanan yang mereka pesan. Seperti mie dalam cup misalnya. Ada dua tempat yang bisa dipilih, pertama adalah atap bangunan yang menghadap ke barat. Kiranya si bos yang membangun ini membuat pelanggan menikmati senja purna dalam bertugas kalau sedang makan di tempat ini sore hari. Juga, tempat kedua adalah di depan bangunan toko. Kalau atap penuh, maka pelanggan bisa menikmati dan duduk sejenak di depan toko sembari melihat lalu lalang orang-orang yang menggunakan jalanan.

"Nona, cepat kemari! Kalian tak menjual kaleng bir dengan dosis yang lebih?" Seorang pria menyela aktivitas Sandra. Gadis yang baru saja ingin memanaskan mie cup pesanan seorang wanita berkacamata bulat itu mau tak mau harus datang. Ia menyerahkan tugasnya pada si teman jaga. Kalau-kalau ditinggalkan lama, maka mie-nya tak boleh gosong.

"Ada yang bisa dibantu, Pak?" tanya Sandra dengan ramah kala gadis itu berjalan mendekat ke arah pria gendut dengan tato di tangan kirinya. Setelah gadis itu mendekat, ia baru sadar kalau si gendut tua ini sedang mabuk. Siang-siang begini? Ya, aroma alkoholnya benar-benar menyengat lubang hidung Sandra sekarang. Ia memang bekerja di dalam bar, tetapi jujur saja ia tak terlalu suka aroma bir murahan seperti ini. Membuatnya mual saja!

"Anda sedang mabuk, Pak?" tanya Sandra lagi. Pria yang ada di sisinya ber-hah ringan? Ia bak orang kikuk dengan sesekali mencoba berdiri tegap meskipun tubuhnya masih sempoyongan. Alkohol menguasai dirinya.

--ah, sungguh merepotkan!

"Di sini tak menjual minuman keras seperti punyaku?" tanyanya mulai ngelantur. Sandra hanya bisa menghela napasnya saat ini. Bekerja sebagai penjaga toko memang bukan hal yang mudah. Terkadang pengunjung gila dan tak sopan selalu saja membuat emosi yang ada di dalam dirinya naik ke permukaan.

"Bapak bisa pergi dari sini, kami tak menjual—" Ucapan Sandra terhenti kala pria gendut itu tiba-tiba saja menamparnya dengan keras. Membuat Sandra menggila dengan tatapan tajamnya saat ini. Sungguh, pria ini merepotkan dirinya saja.

"Hei! Kamu melotot padaku?!" pekiknya dengan nada meninggi. Pria itu menarik kerah baju milik Sandra. Membuat Sandra tertarik ke depan dengan kasar.

"Kamu cantik juga," ucapnya tertawa ringan. Mendengar kalimat pria gila di depannya itu. Sandra sigap mendorong tubuhnya dengan kasar. Membuat si gendut jatuh terbentur lemari pendingin di depannya.

"Kamu mendorongku? Akan aku laporankan ke atasanmu!" Pria itu mulai 'ngamuk' tak jelas. Ia bangkit dengan cepat dan kembali menarik tubuh Sandra dengan kasar. Ingin ia menampar pipi gadis tak sopan itu, tetapi sebuah tangan mencegah niat buruknya. Pergelangan tangannya dicekal oleh seseorang.

Sandra yang baru saja memejamkan rapat kedua matanya itu mulai membukanya perlahan-lahan. Jujur saja, ia menunggu pria itu untuk menamparnya, tetapi tamparan itu tak kunjung datang. Jadi, Sandra memberanikan diri untuk melihat apa yang terjadi di depannya saat ini.

Gadis berhidung lancip itu mulai membelalakkan matanya untuk menerima pemandangan asing yang tak pernah ia sangka-sangka sebelumnya. Sandra tak tahu dan ia tak pernah memikirkan ini sebelumnya. Pria yang menjadi mantan kekasihnya beberapa tahun lalu kini ada di depannya dan menyelamatkan harga dirinya. Ya, inilah yang Sandra tunggu sejak lama. Bima kembali muncul dan menjelaskan semuanya.

"Jangan kasar pada perempuan, Pak. Anda yang akan saya laporkan pada polisi jika begini." Suaranya begitu khas! Sandra mengingat suara Bima hingga detik ini. Memori lama dipanggil untuk bangkit dan datang kembali. Bima hanya berubah pasal fisiknya saja. Suaranya sama sekali tak berubah. Masih sama dan identik seperti dulu.

"Pergi dari sini, atau kalau tidak saya akan jamin Bapak masuk kantor polisi sebab mabuk, berbuat onar, dan melecehkan seorang gadis." Pria itu kembali berucap. Kini kasar ia menghempaskan pergelangan tangan pria gendut yang ada di sisinya itu. Mulai melirik Sandra tatkala pria yang ada di sisi mereka berdua berdecak kasar lalu pergi begitu saja.

"Bima ...." Sandra memanggilnya dengan lembut. Gadis itu terus memusatkan pandangan matanya untuk pria yang jauh lebih jangkung darinya. Hubungan Bima dan Sandra harus kandas begitu ia tahu sang mantan kekasih sudah menanam benih pada rahim wanita lain. Pengkhianatan yang dilakukan oleh Bima bukan hal yang ringan. Kalau diibaratkan sebuah kasus, Bima adalah pembunuh berantai yang tak punya hati nurani. Bukan hanya pembunuh biasa, pria ini berbahaya untuk Sandra. Bukannya apa, Sandra takut cintanya akan kembali hidup kalau terus bertahan di tempat ini. Hubungannya dengan Bima memang sudah tuntas hampir satu tahun yang lalu. Namun, perasaan di dalam hatinya belum benar-benar mati. Bahkan saat Bima berdiri di depan wajahnya saja, getaran di dalam hati Sandra Iloana masih ada dan masih terasa. Perasaan itu tak benar-benar mati. Waktu hanya mengubur dan membuatnya lupa sejenak.

"Sandra, bisa kita berbicara sebentar?" tanya pria itu tiba-tiba.

Sandra masih diam. Ia kokoh dalam mengunci bibirnya saat ini. Pandangan mata Sandra turun begitu saja.

"Please, Sandra ...."

--ah, sial! Mengapa harus memohon dengan nada seperti itu? Membuatnya goyah saja.

... To be Continued ...


Load failed, please RETRY

ของขวัญ

ของขวัญ -- ได้รับของขวัญแล้ว

    สถานะพลังงานรายสัปดาห์

    Rank -- การจัดอันดับด้วยพลัง
    Stone -- หินพลัง

    ป้ายปลดล็อกตอน

    สารบัญ

    ตัวเลือกแสดง

    พื้นหลัง

    แบบอักษร

    ขนาด

    ความคิดเห็นต่อตอน

    เขียนรีวิว สถานะการอ่าน: C23
    ไม่สามารถโพสต์ได้ กรุณาลองใหม่อีกครั้ง
    • คุณภาพงานเขียน
    • ความเสถียรของการอัปเดต
    • การดำเนินเรื่อง
    • กาสร้างตัวละคร
    • พื้นหลังโลก

    คะแนนรวม 0.0

    รีวิวโพสต์สําเร็จ! อ่านรีวิวเพิ่มเติม
    โหวตด้วย Power Stone
    Rank NO.-- การจัดอันดับพลัง
    Stone -- หินพลัง
    รายงานเนื้อหาที่ไม่เหมาะสม
    เคล็ดลับข้อผิดพลาด

    รายงานการล่วงละเมิด

    ความคิดเห็นย่อหน้า

    เข้า สู่ ระบบ