Mike sendiri menawariku pindah tempat atau pulang sekalian, tapi aku menolak karena itu buang-buang waktu. Tidak masalah, Phi. Toh aku juga sudah sangat lapar.
Sayang pilihanku punya konsekuensi besar, sebab Pim dan circle-nya tiba-tiba masuk seolah mereka baru pulang pesta. "Wah ... Tuan Acie!" sapa-nya karena merasa kenal padaku. Aku pun tersenyum dan mengangguk kecil. Lalu mereka duduk tak jauh dengan kami berdua.
Sebetulnya aku tidak masalah dengan Pim-nya, karena dia baik—sejauh penilaianku. Namun, jauh di lubuk hatiku penasaran. Kenapa circle dia orang-orang yang seperti itu? Secara kompak aku dan Mike pun saling berpandangan. Lalu menguping diam-diam sambil menikmati makan malam. Obrolan mereka ternyata seputar fashion, kerjaan, gosip, dan life-style sehari-hari—bahkan yang lelaki pun pro dengan komplotan sosialita itu.