Usai membanjiri pahanya hingga sperma mengalir ke betis, Natta berbalik lagi untuk mengangkat satu kakinya sendiri. Aku mengerti dan kupengangi lutut dalamnya. Natta merangsang terus penis lemasku karena mulai lelah ejakulasi. Dia menggigiti leherku seperti kucing. Dadaku tidak luput dari endusan taringnya yang tajam. Dia kudorong karena aku tiba-tiba tidak sabar. Natta paham penisku berdiri lagi sehingga langsung memasukkannya ke anal mandiri.
Siapa pun di dunia, ini adalah seks terpanjang yang pernah aku alami. Dengan menarikku ke dinding, lalu berpegangan ke lemari adalah cara Natta mengajariku seks dengannya yang berlangsung di masa depan. Dia memintaku masuk lagi sambil menggoyang pinggulnya sehingga tidak tahan untuk tak menampar bokong itu, tetapi dia menangis. "Akhhhhhh! Nnhhhnghh---hiks ... sakit ...."
Sial, sial. Aku lupa kontrol diri, sampai tenaga dalamku ikutan keluar.