"Gadis ini berani berbohong pada kita!" Wawan membuka matanya dengan ketidakpuasan, tapi senyuman di matanya mengungkapkan suasana hatinya yang baik saat ini.
"Beraninya aku berbohong pada paman? Paman adalah pilar keluarga kita. Aku tidak bisa berbuat seenaknya pada paman!" Fariza tersenyum melihat Wawan yang sedang mengaduk adonan besar di mangkuk dengan wajahnya yang pura-pura kesal.
"Dasar gadis ini! Bukankah kamu mengatakan bahwa akan ada ujian pada tanggal 15? Kenapa kamu tidak pergi untuk belajar?" Wawan berpura-pura tidak sabar dan melambai padanya.
"Benar, kami tidak membutuhkanmu di sini, lebih baik kamu baca buku dan usahakan masuk perguruan tinggi agar bisa melampaui si Dewi itu!" Arum juga menyatakan dukungannya untuk cucunya. Kata-katanya segera mendapat dukungan dari semua orang di ruangan itu kecuali Wildan.