Putri dan Oliv tengah mencari kontrakan yang biaya perbulan murah. Setelah mendapatkannya, Putri mengajak Oliv untuk datang ke restoran tempat ia bekerja. Oliv pun diterima berkerja disana berkat bantuan Putri, sebenarnya pemilik restoran tidak ingin menerima Oliv karena berkas lamaran tidak lengkap. Tapi Putri membujuk pemilik restoran untuk menerima Oliv, bekerja disana.
"Bisa langsung kerja, terus jangan terlalu capek. Kasihan kandunganmu," ucap Manager restoran.
"Makasih, Buk.." balas Oliv.
"Sama-sama, Putri langsung ganti baju juga. Bentar lagi restoran buka.." sambung Manager.
"Siap, Bos.." balas Putri.
Putri memegang tangan Oliv dan membawanya ke ruang ganti pelayan restoran. Oliv diterima dengan baik oleh seluruh pekerja disana, ia begitu bahagia dan senyuman manis tak pernah luntur dari bibirnya.
"Makasih sudah membantuku," ucap Oliv.
"Santai, Kak.." balas Putri.
Tiba-tiba ada salah satu pelayan menghampiri mereka dan langsung menarik tangan Putri keluar ruang ganti. "Kenapa? Kok kaya orang baru dapet rezeki nomplok tu muka," tanya Putri sambil terkekeh.
"Eh Putri, ini lebih dari rezeki nomplok mah. Itu si cowok ganteng cariin kamu, buruan sana gih. Kak Oliv biar aku yang urusin. Kayanya wajahnya babak belur lagi deh, kasihan tu muka ganteng kena hajar terus.." jelas salah satu pelayan restoran.
Putri terkejut dan langsung berlari keluar restoran, terlihat Adit tengah berdiri menatap Putri yang berjalan kearahnya. Pria itu tersenyum manis, kemudian memberikan minuman dingin yang ia beli untuk Putri.
"Dipukuli lagi? Sama Ayah kamu?" tanya Putri.
Adit hanya mengangguk dan menarik tangan Putri untuk duduk di kursi. Ia langsung merebahkan kepalanya di bahu gadis cantik itu, sambil memejamkan kedua matanya.
"Seperti ini dulu ya, posisi ini sangat nyaman.." gumam Adit.
Putri hanya diam dan memberanikan diri untuk mengusap punggung tangan Adit, sedangkan Adit tengah memainkan jari kecil milik Putri dengan lembut. Sesekali ia terkekeh saat membandingkan jari tangannya dengan jari tangan Putri. Gadis itu menatap kepala Adit, dan merasa iba pada pria tampan yang sekarang ada di sampingnya ini.
"Aku rasanya ingin mati saja dan meninggalkan dunia yang kejam ini, semalam Kakak perempuanku sudah meninggalkan aku seorang diri di rumah bagaikan neraka itu. Tadi di kantor, aku dipukul oleh ayahku karena lupa membawa laporan. Hidup ku ini selalu menderita," jelas Adit menahan tangisnya.
"Kak, setiap kehidupan pasti ada saja masalah yang harus kita lewati. Kakak harus optimis ya, jangan pesimis. Aku yakin banget, Kakak bisa melewati masalah yang sedang Kakak hadapi sekarang. Aku janji akan membantu, untuk menyelesaikan masalah mu. Terus, ayo kita cari Kakak perempuan mu.." jelas Putri untuk menenangkan Adit.
Pria itu menggelengkan kepalanya dan menatap wajah Putri dengan lekat. Ia mengusap pelan pipi chubby milik gadis cantik itu dan memperlihatkan senyuman manisnya, sedangkan Putri menatap lekat kedua mata Adit.
"Biarkan kakakku mencari kebahagiaannya, aku tidak ingin dia menderita lagi. Apalagi saat ini dia tengah hamil, aku tidak ingin dia menjadi stress.." sambung Adit.
"Tapi, aku kasihan padamu, atau pergi saja dari rumah itu, agar Kakak tidak dikasari lagi oleh orang tua Kakak..." balas Putri.
Adit kembali menggelengkan kepalanya, "belum saatnya, jika sudah waktunya aku pergi dari rumah itu. Pasti kamu orang yang pertama aku beritahu.." jawab Adit.
***
Adit tengah makan siang di restoran tersebut, ia terus saja menatap kearah Putri yang sedang melayani pelanggan. Namun, tatapan pria itu langsung beralih kearah wanita yang tengah mengantar makanan ke meja pelanggan.
"Kak Oliv?" gumam Adit.
'Ngapain, Kak Oliv disini? Apa dia kerja?' batin Adit.
Saat Adit akan menghampiri Oliv, tiba-tiba ia melihat Sinta tengah masuk ke dalam restoran bersama pria yang berstatus sebagai karyawan Adit. Wajah pria itu langsung berubah menjadi datar dan kembali duduk di kursinya. Para pelayan yang mengetahui kehadiran Sinta dan Bimo langsung menatap malas. Tapi, karena ingin profesional mereka harus berusaha tetap tersenyum pada pelanggan yang datang ke restoran.
"Kak Oliv, lihat deh. Itu cewek mainin hati cowok ganteng loh. Aku heran, perasaan cowok sebelumnya cakep, kece, kaya tapi kok tu cewek mau sama cowok modelan kaya gitu?" ucap salah satu pelayan.
"Mungkin cinta, btw yang mana ya?" Tanya Oliv.
Pelayan yang ada di sampingnya langsung menunjuk ke arah meja yang di duduki Sinta dan kekasihnya. Tentunya Oliv terkejut dan semakin terkejut saat melihat adik laki-lakinya juga tengah berada di restoran ini.
'Adit,' batin Oliv.
"Nah, itu cowok yang di duain sama si betina titisan genderowo. Padahal itu cowok ganteng 'kan, Kak. Tapi tu cewek malah milih cowok yang duduk di depannya. Tampang pas-pas'an padahal ya, gantengan Tuan Adit.." sambung sang pelayan.
"Benar, padahal gantengan yang duduk tak jauh dari mereka. Kelihatan sekali mata duitannya, lagi butuh pergi ke cowok yang kamu ceritain itu. Pas udah dapet duit banyak pergi ke yang pas-pas'an. Semoga tu cewek kena karma kalau bisa azab sekalian. Bikin kesel..." balas Oliv.
Pelayan itu mengangguk dan langsung menghampiri Sinta untuk menulis pesanan mereka. Oliv terus saja menatap Adit yang memasang wajah datar, ia terus fokus kearah ponsel miliknya.
'Apa Adit melihatnya? Kasihan sekali adikku,' batin Oliv.
Putri memegang bahu Oliv, sontak membuat gadis itu terkejut. Oliv langsung memutar tubuhnya dan tersenyum saat mengetahui Putri yang ada di belakangnya.
"Jangan melamun atuh, kasihan dedek bayinya. Manager kita, nyuruh Kakak makan tuh," ucap Putri.
"Benarkah? Kamu sudah makan?" tanya Oliv.
"Bentar lagi, Kak. Duluan aja, Putri mau antar makanan pesanan pelanggan dulu.." balas Putri yang berjalan kearah Adit.
Oliv yang melihat Adit yang tiba-tiba tersenyum langsung terkejut. Sepertinya Adit sangat bahagia saat bersama Putri, gadis itu merasa lega saat melihat senyuman adiknya. Ia pun langsung masuk ke dapur, dan memilih untuk makan dan beristirahat sejenak.
"Maaf lama," ucap Putri sambil menatap makanan di meja.
"Gapapa, sini makanannya aku laper banget.." balas Adit sambil tersenyum.
Sinta yang mendengar suara Adit, langsung mencari darimana sumber suaranya. Saat ia sudah menemukan sumber suara itu, Sinta langsung mengambil ponsel dan mengirim pesan pada Adit.
Isi pesan :
~ Enak ya, bilang orang selingkuh. Kamu aja selingkuh...~
Setelah mengirim pesan, Sinta kembali meletakkan ponsel-nya. Sudah 5 menit berlalu, namun Adit tidak juga membalas pesannya. Malah, pria itu tengah makan dengan lahap di meja makan, sambil menatap Putri yang tengah membersihkan meja restoran.
"Shit!"
"Kenapa sayang?" tanya Bimo.
"Adit susah sekali di dapatkan lagi, jika dia terus menghindariku, uang kita akan menipis.." jelas Sinta.
"Tenang sayang, aku ada ide agar Adit bertekuk lutut dengan kita.." balas Bimo.
"Bagaimana caranya?" tanya Sinta.
"Buat gosip saja, terus nanti pasti dia dipukul sama orang tuanya, atau kau ancam saja dia," sambung Bimo.
Sinta menatap Adit dan langsung mengangguki ucapan Bimo, kemudian ia menyuapi makanan kedalam mulut Bimo, mereka berdua tersenyum licik sambil menatap Adit yang tengah santai memakan makanannya.
.
Adit berjalan kearah kasir dan membayar makanannya. Sinta dan Bimo mendorong tubuh pria tampan itu hingga tersungkur.
"Sorry, sengaja.." ucap Bimo dengan wajah culas-nya.
Adit langsung menatap tajam mantan kekasihnya dan karyawannya. Ia mengepal kedua tangannya, saat akan membalas dorongan tersebut, tiba-tiba Putri datang dan memegang ujung jas yang dikenakan Adit dengan lembut.
Emosi Adit pun mulai turun, ia langsung mengambil kartu black card-nya dan memasukkan kembali ke dalam dompet-nya. Semua pelayan menatap tidak suka kearah Sinta dan Bimo, namun mereka memilih diam karena tidak ingin ikut campur urusan orang lain.
"Terimakasih sudah datang, besok makan disini lagi ya, Tuan Adit.." ucap penjaga kasir.
"Sama-sama, itu pasti. Jika perlu besok, saya traktir kalian makan.." jawab Adit dengan ramah.
"Wah, dengan senang hati itu mah, yang gratis itu nikmat.." sambung sang pelayan sambil terkekeh.
Sinta dan Bimo kesal saat melihat Adit yang tengah tersenyum. Sinta mengeluarkan kartu atm-nya dan memberikan pada penjaga kasir, sedangkan Adit berjalan keluar restoran sambil menggenggam tangan Putri.
"Nanti kita jalan ya, aku mau ajak kamu ke suatu tempat yang belum pernah orang lain datangi.." ucap Adit sambil tersenyum manis.
"Kalau aku gak lembur ya, Kak. Takutnya lembur, soalnya pelanggan hari ini pasti rame. Kerja pun harus extra..." balas Putri.
"Oke, boleh minta nomor kamu gak? Nanti aku hubungi, jadi aku tau kamu lembur atau enggak-nya.." sambung Adit sambil menyodorkan ponsel-nya.
Putri mengambil ponsel tersebut dan memasukkan nomor nya ke dalam ponsel Adit. Setelah itu, mengembalikan ponsel tersebut ke sang pemilik.
"Oke, nanti aku hubungi ya. Semoga aja gak lembur, aku lagi pengen jalan-jalan soalnya.." ucap Adit.
"Kaya orang ngidam Kak, jalan ya tinggal jalan lah, hehe.." jawab Putri sambil tertawa kecil.
"Gak seru jalan sendirian, enaknya berdua sama kamu.." ucap Adit.
Putri langsung terdiam dan mengulum senyumnya, bahagia sekali mendengar ucapan pria yang ada dihadapannya sekarang ini.
"Yaudah, aku balik kerja dulu, Kak. Gak enak kalau terlalu lama di luar," jawab Putri.
"Eh oke, semangat kerjanya, dadah.." sahut Adit.
Putri melambaikan tangannya dan Adit pun membalas lambaian tangan tersebut, kemudian pria itu langsung masuk ke dalam mobil. Disisi lain Sinta sudah mengepal kedua tangannya karena emosi. Bimo mencoba menenangkan sang kekasih dan mereka pun memilih untuk pergi dari restoran tersebut.
"Kita temui awak media, setelah itu bikin gosip yang membuat reputasi Adit jatuh.." ucap Bimo.
"Tapi gimana caranya? Bilang aku hamil? Ogah banget, harga diriku jatuh nanti.." jelas Sinta.
"Tenang sayang, aku udah punya ide yang bisa membuat Adit menderita.." sambung Bimo.
"Oke aku mempercayaimu, asal ide mu itu tidak menyangkut paut'kan dengan namaku.." balas Sinta.
"Kau dan aku akan aman sayangku.." sahut Bimo sambil mengecup singkat kening Sinta.
.
To Be Continued.