Restoran Gormeteria, Bandung, Jawa Barat.
Adit dan Putri tengah duduk bersebelahan di kursi depan restoran tempat gadis cantik tersebut berkerja. Adit hanya diam sambil melamun menatap kearah jalanan, ia memainkan kuku tangan dan langsung memegang kepalanya yang tiba-tiba sakit.
"Kak Adit, kenapa?" tanya Putri yang mulai khawatir.
"Kepalaku sakit," jawab Adit menatap Putri.
"Kakak dipukul lagi? Atau Kakak belum makan? Kalau belum, masuk yuk. Makan di dalam, biar aku traktir.." sambung Putri sambil memegang lengan Adit.
Adit mengangguk dan berdiri dengan bantuan Putri, mereka masuk kedalam restoran. Putri membawa Adit, duduk di kursi paling ujung di tempat kerjanya.
"Kakak, mau pesan apa?" tanya Putri dengan ramah.
"Pasta, sama jus alpukat.." balas Adit.
"Tunggu sebentar ya," sambung Putri yang berjalan kearah dapur.
Setelah beberapa menit, gadis cantik itu berjalan kearah Adit sambil membawa makanan dan minuman yang pria tersebut pesan. Putri menata makanan di meja makan, dengan rapi.
"Silahkan dimakan. Kakak sakit?" ucap Putri memberikan sendok pada Adit.
Pria tersebut menggelengkan kepalanya dan memakan makanannya. "Baiklah, aku kembali bekerja dulu ya," sambung Putri dengan senyuman dan kembali bekerja.
Adit mengangguk dan melihat gadis tersebut tengah mengantar makanan ke setiap meja, terkadang ia juga menulis pesanan para pelanggan. Adit tersenyum dan makan secara perlahan, sambil menunggu Putri pulang bekerja.
***
Bandung, pukul 17:00 WIB.
Putri sudah bergantian pakai, karena sudah jadwal karyawan sip malam yang bekerja. Ia mengambil tas dan keluar dari ruang ganti baju khusus karyawan restoran. Putri menghampiri Adit yang tengah tertidur sambil merebahkan kepalanya, di meja tempat ia makan tadi.
Gadis itu duduk dan menatap wajah Adit yang begitu polos saat tengah tertidur. Ia terbangun dan terkejut saat menatap Putri sedang yang asik menatapnya. "Sudah selesai?" tanya Adit.
"Sudah, lebih baik Kakak pulang. Sudah jam 5 sore loh, nanti ada yang nyariin lagi." balas Putri.
"Tidak mungkin ada yang mencariku Putri, tidak akan ada." jawab Adit.
"Huh, jangan bicara begitu Kak. Keluarga Kakak pasti sedang mencarimu, karena belum pulang ke rumah.." sambung Putri sambil menatap Adit.
"Aku hanya ingin di dekatmu saat ini, kalau urusan pulang nanti malam saja," jelas Adit menggenggam tangan Putri keluar dari restoran.
Gadis itu terkejut dan hanya pasrah saat Adit membawanya keluar restoran. Mereka berjalan dan menuju ke sebuah tempat yang begitu indah. Taksi berhenti, mereka pun masuk ke dalam taksi menuju tempat tersebut. 10 menit menempuh perjalanan, akhirnya mereka tiba di tempat tujuan. Terlihat begitu banyak pepohonan yang hijau, angin yang begitu segar sehingga pikiran yang sempat kacau bisa menjadi tenang.
Banyak rumah pohon berjejer dihadapan mereka sekarang. Putri terpesona dan memejamkan kedua matanya, menikmati udara sore hari di tempat yang indah ini. Putri sangat menyukai suasana di tempat yang ia datangi bersama Adit.
"Wah tempat ini indah," ungkap Putri merentangkan tangannya.
"Tentu saja, ayo kita naik ke rumah pohon.." jawab Adit memegang tangan Putri dan berjalan menuju rumah pohon.
Mereka pun sudah berada di dalam rumah pohon sambil menatap pemandangan dari atas. Adit hanya diam dengan tatapan kosongnya, sedangkan Putri merasa kurang nyaman melihat Adit sedari tadi hanya diam. Ia meletakkan kedua tangan di wajah Adit dan tersenyum pada pria itu.
"Wah, wajah Kakak besar banget ya. Tanganku saja tidak bisa menutup wajah kakak," ujar Putri yang kaget.
"Tanganmu saja yang mungil," balas Adit memegang tangan Putri yang ada di wajahnya.
Adit dan Putri saling menatap satu sama lain. Ia mengecup singkat pipi Adit, sambil mengusap rambut pria tersebut. Tentunya Adit terkejut dan seketika merasa nyaman.
"Kak, jangan sedih lagi ya. Setiap orang pasti punya masalah, dan tentunya bisa melewatinya, walau itu agak sulit. Tapi aku yakin Kak Adit bisa melewati masalah yang sedang menghampiri, Kakak..." jelas Putri mencoba menyemangati Adit.
"Terimakasih, kamu sudah menyemangatiku. Baru kali ini ada orang yang menyemangatiku agar tetap semangat melewati masalah yang sedang aku hadapi..." jawab Adit menatap kedua manik mata Putri.
Gadis itu tersenyum dan kembali mengusap rambut Adit dengan lembut. Pria itu memejamkan matanya saat merasa kenyaman dengan perlakukan lembut gadis yang bersamanya sekarang. "Tidurlah, Kakak pasti lelah," ungkap Putri.
Adit mengangguk dan merebahkan kepalanya di paha milik Putri. Ia memejamkan mata dan Putri tengah mengusap rambut milik Adit. Laki-laki itu membuka matanya dan duduk kembali. "Kenapa, Kak?" tanya Putri yang menatap Adit dengan tatapan polos.
Pria itu mendekatkan wajahnya ke wajah Putri, lalu menautkan bibirnya ke bibir tipis milik Putri. Pastinya Putri terkejut saat Adit mencium bibirnya, apalagi pria ini sedang melumat lembut bibir miliknya. Putri meremas baju yang ia pakai dan memejamkan matanya karena menikmati ciuman tersebut. Tanpa ia sadari, Putri membalas ciuman itu dan mengalungkan tangannya di leher Adit.
Mereka menutup rumah pohon agar ciuman itu tidak terlihat oleh siapa pun. Adit menidurkan Putri di lantai rumah pohon, sehingga posisi mereka sekarang Adit tengah menindih tubuh Putri. Ciuman semakin dalam, dan Adit perlahan menyentuh bola dunia milik Putri. Ia mulai mengelus kedua bola dunia tersebut, Putri begitu menikmati elusan tersebut. Tanpa pikir panjang Adit membuka pakaian yang dipakai Putri dan memainkan kedua bola dunia milik gadis itu.
"Ah, sakit Kak.." desahan Putri yang merasakan sakit.
Adit langsung melepaskan tangannya, saat Putri kesakitan. Pria itu kembali memakaikan baju yang dipakai Putri. Ia tersenyum pada gadis yang ada dihadapannya, lalu mengusap surai milik Putri.
"Maaf dan Terimakasih, sudah membuatku bahagia.." ucap Adit tersenyum pada Putri.
"Iya, Kak. Aku juga manusia, jadi aku paham apa yang Kakak rasakan.." jawab Putri sambil tersenyum manis.
"Mungkin jika tidak ada kamu, aku akan mati saat di balkon kamar kemarin," sambung Adit.
"Jangan bodoh, orang mati saja ingin hidup kembali dan menebus dosanya di dunia. Kakak malah ingin mati agar tenang, itu akan berdosa dan tidak akan diterima oleh tempat peristirahatan terakhirmu," jelas Putri.
"Aku sudah pasrah dan lelah dengan siksaan kedua orang tuaku. Ditambah lagi kekasihku selingkuh bersama karyawan kantorku. Aku benar-benar memilik nasib yang buruk," jawab Adit.
"Hei, semua orang pasti memiliki nasib buruk. Tinggal masing-masing mereka bagaimana menyikapinya. Jangan pantang menyerah, dan jangan gampang lelah. Hidup akan semakin keras kedepannya, karena setiap permasalahan pasti ada jalan keluarnya," jelas Putri sambil memegang dadanya, yang sakit karena remasan dari Adit.
Adit tersenyum kagum pada Putri yang begitu dewasa dalam menyikapi hidup. Ia menatap pemandangan yang ada dihadapannya dan menggenggam tangan gadis yang ada di sampingnya sekarang.
"Semangat, aku yakin Kakak bisa melewatinya.." ujar Putri menyemangati Adit.
Pria itu mengangguk dan merangkul Putri. "Asal kamu selalu di sampingku seperti sekarang, aku yakin bisa melewatinya," jawab Adit yang tersenyum bahagia.
"Datanglah padaku saat kamu tengah sakit, dan berbahagialah selalu.." ucap Putri sambil menatap Adit.
Adit mengangguk dan khawatir saat Putri memegang dadanya, "sakit ya? Maaf, tadi khilaf.." ujar Adit.
"Gak kenapa-napa kali, Kak. Besok kalau kaya gitu lagi, Putri marahin ya, ehehe.." balas Putri sambil cengengesan.
Adit tersenyum bahagia dan menggaruk leher belakang yang tidak gatal. Ia menatap Putri sambil mengusap wajah cantik gadis tersebut.
.
To be continued