ดาวน์โหลดแอป
54.16% My Lolicon Boy Friend [BL] / Chapter 13: 13

บท 13: 13

"Tau ah.. Gue ga peduli!"

21/06/18

.

.

.

.

.

.

.

.

Saat Nenra dkk ingin memasuki kelas, mereka menemukan sebuah pemandangan yang panas di mata kaum jomblo a.k.a mereka.

Pemandangan itu adalah Handa dan seorang cewe. Mereka berdua begitu mesra bercakap-cakap.

Dan hal itu Membuat salah satu teman Nenra ingin menjahili Handa. Dan itu Ian.

Ian lalu buru-buru menghampiri Handa, dan tentu saja saat itu juga Handa menatapnya dan memberikannya senyuman.

"Apa lo mesum, liat-liat. Jangan liatin gue, tar naksir." ejek Ian pada Handa, yang langsung Handa tempeleng kepalanya pakai kertas naskah yang ia sudah gulung-gulung.

"Ogah gue suka sama lo. di kata gue homo," sewot Handa. Ian yang melihat ekspresi tak suka Handa, makin gencar membuat Handa kesal.

"Ah masa si mas, bukannya kita kemarin menganu berdua," goda Ian yang membuat beberapa orang yang ada disitu tertawa geli mendengarnya.

"Demi apa Ian? Handa, ga nyangka ya," pacar Handa tak sengaja mendengar candaan Ian, turut serta membuat Handa kaget.

"Engga sayang.." Handa menatap pacarnya dengan ekspresi lemas

"Fix Han, jangan panggil aku Ian lagi, Jangan Han, Jangan!" Ian berlagak seperti orang yang habis di putuskan pacar, dan Pacar Handa menatapnya sebal. Namun hanya pura-pura.

"Yang pacar Handa itu gue," ucap Pacar Handa pada Ian.

"Enak aja, gue pernah tidur sama doi, lo pernah kaga?" tanya Ian nyolot.

"Eh gue udah lama ya!"

"Hah!? Udah lama tidur sama handa!?" Pekik Ian tidak percaya

"Bukan bego, lama pacarannya!"

"Ah pacaran doang, lah gue peluk-pelukkan bareng!"

"Eloo tuh ya..."

"Ngapa berisik dah? Tar gue tidurin kalian berdua kicep!!" Handa teriak, dan membuat seisi siswa siswi yang lewat terkikik geli.

"Dia bukan temen gue, serius.." Ucap Evan.

"Bukan temen gue juga.." sambung si Pedo

"Astagfirullah. Temen gue lagi di rasuki ruh jahad. Yang ada garemnya, tolong lempari mereka." ucap Malika sambil geleng-geleng kepala.

Ian hanya cengir, sedangkan Handa mencoba membujuk sang pacar.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

"Bro, bro," Leo menepuk pundak Handa, otomatis yang lainnya ikut natap si Leo.

"Yee, orang manggil Handa ngapa lo semua ikutan balik." sewot Leo. Yang langsung di beri kata-kata mutiara oleh Nenen.

"Asu lo anjing :)" katanya, yang langsung Handa geleng-geleng kepala.

"Astagfirullah. Mulut nya kazar sekali," kata Handa, membuat seisi aula kaget mendengar kalimat Handa.

"Kesambet apaan lo? Pake Astagfirullah segala." komentar Carlos, yang mendengar si Handa yang mesumnya keterlaluan ini, dan selalu melayangkan candaan kotor. Kini mengucapkan kata Astagfirullah.

"Gue gamau berbuat dosa dulu, gue ga mau seperti awkarin kalian semua syuci aku penuh dosahh.." ucap Handa dengan wajah memelasnya.

Yang membuat Leo bergidik jijik. "Handa kok mirip anjing sih?" tanya Kevin

Handa tertawa "dari pada lo mirip peler. Eh astagfirullah."

"Lama-lama gue delete koleksi bokep lo di laptop." Leo hampir melayangkan satu pukulan sayang pada Handa, tapi Handa keburu menghindar sambil nyengir.

Asik dengan pembicaraan receh dan ambigu mereka. Si pedo tiba-tiba menatap Justine yang lagi berbicara dengan michele.

Dan sebuah pikiran aneh muncul di benaknya 'mereka makin hari makin dekat.. Apa mereka pacaran?'

'Kalau mereka pacaran, hubungannya dengan gue apa coba?'

"Fak, gue di tikung sama si enjus." kata Handa tiba-tiba. Ternyata bukan hanya Pedo yang liat, tapi teman-teman ambigunya juga melihat dua orang sejoli itu.

"Eh nyet, itu barusan lo bicara kazar." sewot Leo

"Astagfirullah. Sudah berapa kali gue astagfirullah gara-gara lo! Brontosaurus!" Handa berusaha untuk menjaga ucapannya, Padahal rasa untuk memaki itu tinggi.

"Apaan si. Gajelas banget." ucap Leo.

Si Pedo hanya memutar bola matanya dengan malas.

Tiba-tiba tangan Nenra di genggam dan elus dengan lembut membuat Nenra loncat kaget dan menatap orang yang mengelus tangannya itu.

"Anjrit! Tangan gue ngapa di elus-elus. Ga pernah ngelus tangan cewe lo!?" pekik Nenra yang otomatis dirinya lah yang menjadi tontonan.

Ternyata dalang yang membuatnya memekik kaget seperti itu, adalah Carlos.

"E..engga.. Gue cuma penasaran sama kulit lo.. Itu kulit lo kenapa bisa halus dan lembek cem cewek perawan." jujur Carlos.

"Yhee maho lo ya? Jujur saja. Kita kan teman." ucap Kevin sambil menaik-naikkan kedua alisnya.

"Engga! Coba deh lu pada sentuh kulitnya."

Si Nenen tiba-tiba di tatap intens. Dan Nenen hanya mengerutkan keningnya pertanda dia curiga.

"Kalo diliat baik-baik, nih anak sekilas mirip cewe." komentar Leo

"Gue juga berpikir begitu, tapi pas gue pegang dadanya. Tepos dia, kayak anak esde." celetuk Handa kemudian.

"Emang lo pernah megang dadanya anak esde?" tanya Leo kembali pada Handa. Dan Handa mengangguk.

"Sumpah, lo pedopil kedua setelah si nenen." ucap Kevin.

Dan saat mereka berlima kembali menatap Nenra, Nenra nya sudah menghilang dari pandangan.

"WOY!! NENEN MENGHILANG!!" Histeris Carlos sambil natap Handa.

"Nenen gue ga ilang ya! Nih masih ada disini, gue perlihatkan mau?" kata Handa yang kini sudah siap melihatkan Nenennya. Carlos langsung tempeleng kepalanya "bukan nenen itu! Tapi Nenen pedo!"

"Abis, lu bilang begitu sambil ngeliat gue. Jadi gue merasa lah," kata Handa.

"Sebodo amatlah Handa, ngeres mulu itu otak lu." -Carlos

"Astagfirullah.. Gue lupa kalau gue sedang bertaubat." -Handa

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

"Nenra!"

Nenra berbalik dan melihat siapa yang memanggilnya, ternyata Justine.

"Ya? Ada yang bisa gue bantu?" tanya Nenen sopan, yang membuat Justine terheran-heran.

"Lo kenapa?"

"Engga kenapa-kenapa kok."

Justine semakin heran.

"Justine!!"

Seseorang berteriak dengan suara nyaring membuat Justine maupun Nenra menoleh kearah suara tersebut.

"Sialan.." umpat Justine kesal, Justine kemudian lari membuat Nenra kebingungan.

"Jangan lari lo anjing!!" dan seseorang yang berteriak itu mengejar Justine juga. Keduanya saling kejar-kejaran.

Nenra menaikkan kedua pundaknya dan kembali berjalan menyusuri koridor sekolahnya.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

Mau tau Perintah yang Shuu kasih ke gue?

Buat candaan dirty pada anak-anak satu harian ini.

Anjerr lah.. Dikira gue orang mesum apa?

Iya, gue tau gue mesum. Tapi mesumnya ga sampe ngeluarin candaan kayak gitu.

Apalagi saat ini Handa lagi tobat, gue mau bercanda kotor Juga ga enak.

Seandainya saja waktu itu gue ga ambil pulpennya Alner, nih bocah recehan pasti gak bakal jahili gue kayak gini.

Gue ngeliat Shuu natap gue, dia naik-naikkin kedua alisnya. Pertanda kode buat gue.

Sialan lo..

"Jadi gini, Tadi gue ke indomaret, gue beli susu harganya 27ribu, perasaan kemarin harganya 30rb, gue langsung tanya.

'Mba kok susunya turun' eh gue langsung di jambak."

Handa dan Alex langsung pelototin gue.

Shuu ngakak, Leo kaget, Carlos takjub, dan Kevin kicep.

Dahi gue kemudian di raba sama Carlos.

"Panas woi!"

Biasa aja kali.

"Njerr.. Ga biasanya si pedo buat candaan kayak gini." sambung Leo.

"Atau jangan-jangan... Jiwanya tertukar sama si Handa!?" kini Kevin yang berbicara.

"Heh asu-astagfirullah.. Maksud gue, heh bolot lo kalo bicara mikir dulu. Mana bisa jiwa tertukar." kata Handa, gue cuma natap datar dirinya.

Nih orang niat bertobat atau tidak?

"Nih ya, gue kasih tau aja jaman sekarang ada alat namanya pencukur bulu." Leo berucap yang buat gue bingung.

Satu pukulan mengenai wajahnya, gue yang pukul. Habis dianya bikin gue kesel. "Mana nyambung bangsat."

"Makin hari si pedo makin sensitip ya?" Carlos berucap lagi.

"Gaada urusan sama lo asu." kata gue sambil tempeleng kepalanya Carlos.

"Wei, ini kapan latihannya?" Kevin bertanya.

"Tau binatang yang suka menggonggong gak?" tanya gue pada Kevin

"Babi."

"Yang suka ngepet?"

"Anjing :)"

"Bodo amat."

Gue ga pernah ingat berteman sama nih orang.

"Ngeliat adegan mentos di masukin kedalam botol coca-cola, bikin gue sange. Sialan!" Leo berucap.

"Enakan nonton film bokep, ada desahannya, dan lagi 3D." kata gue, yang lagi-lagi Alex natap heran gue.

Iya gue tau lo pasti ngasih gue tatapan begitu, tapi perintah tetaplah perintah. Gue mah ogah ngeluarin candaan dirty beginian. Tapi..

Ah.. Sudahlah..

"Nen.." Alex manggil gue.

"Kenapa?"

Alex ngeluarin sesuatu dari tasnya, Mau tau apa yang dia keluarin?

Susu kotak. Sama Sari Roti.

Dia ngasih ke gue, jadi gue otomatis ambil lah.

"Tunggu bentar, ini buat gue?"

Alex mengangguk. "Masih ada 2jam lagi buat pulang, semoga nih dapat janggal perut lo."

Gue mengangguk.

Eitts..

Tunggu bentar, kok ini anak khawatirin gue?

Gue merasa dianggap kayak anak cewe perawan.

Tapi..

Ini kan gratis.

Bukan nenra namanya kalo nolak yang geratisan.

Jadi, gue santap tuh roti beserta susu yang Alex kasih ke gue.

dan Gue merasakan tangan Alex elus-elus kepala gue. Seperti biasa.

"Rotinya ga enak" kata Gue.

"Eh? Ga enak ya?" Panik alex

"Iya, ga enak.. Soalnya kurang banyak." Gue berucap sambil mengunyah roti tersebut.

Alex terkekeh. "Kalo mau lagi, lo belilah.."

"Odol habis saja gue masih pencet, boro-boro mau beli sari roti yang harganya 10,000rb."

Alex respon perkataan gue dengan mengangguk dan masih terkekeh. Dia bahkan sempat mengelus pelan pucuk kepala gue kayak anak kecil. Gue sih ga peduli. Soal nya dia dah kasih gue makanan.

"Njirr.. gatau kenapa, ngeliat lo dua homoan gue cemburu." Carlos berkomentar.

"Pala lu homo, makan jeruk yang kecut saja lo masih kedip-kedip ganjen."

"Yaelah.. Semua orang kayak gitu kali nenen." kata Leo.

"Semua? Lo aja kali, gue engga."

"Serah nen serah.."

Beberapa menit kemudian si Alner muncul, itu artinya latihannya bakal dimulai.

Masalahnya, derajat seorang ketua osis itu lebih tinggi dari ketua keamanan osis, tapi kenapa disini malah ketua osisnya yang ga berguna, heran gue.

"Sekarang waktunya praktein yang lu pada hapalin. Ibu tiri, dan saudara tiri naik." titah Alner dingin, dan dengan cepat Carlos maju dengan wajah bahagianya. Diana dan Shuu hanya biasa.

Sampai di depan, Carlos diam dan natap sekeliling.

"Lo jadi apa disitu?" tanya Alner pada Carlos

"Kakak tirinya cinderella, anatasia." katanya sambil ngibas-ngibas rambutnya ala banci.

"Kalo lo?" tanya Alner pada Shuu

"Gue jadi Gizzele" jawab shuu

"Dan lo?" tanya Alner lagi pada Diana

"Gue jadi emaknya mereka."

Alner mengangguk.

"Yaudah, lo mulai." Tunjuk alner pada carlos.

Carlos mengangguk, pertama berdehem, tes suara. Lalu kemudian dia tersenyum.

Carlos sempat ingin bicara, tapi udah Diana senggol dia. "Gue dulu yang bicara baru lo. Gimana si.." Carlos hanya cengir.

"waduuuhh anak2 ku tersayang nanti malam di istana akan mengadakan pesta buat sang pangeran, mamah yakin anak2 ku yang cantik dan jelita ini pasti bisa menang dalam pesta itu" kata Diana sambik ngibas-ngibasin amplop. Dah cocok dia jadi emak-emak tiri.

"pastinya mah, aku pasti bisa menang dan bahkan bisa mengalahkan adik ku sendiri" kata Carlos dengan logat bancinya, gue heran nih anak belajar dari mana coba logat kayak gitu?

"enak aja, kakak yang kalah justru aku yang menang, aku kan lebih cantik dari pada kakak." kini Shuu berucap dengan biasa, namun ekspresinya bikin gue muntah sekebon.

"apaaa? kamu lebih cantik dari kakak? ga salah ngomong tuh?" Carlos berucap.

"Udah jangan berantem, ini permen susu sama dengan segelas milkita. Lah.. Bingung gue." kata Shuu

"Lah, elu dalang yang buat berantem. Gimana sih." ketus Carlos.

"Goblok banget lu berdua." komentar Diana.

Gue ngeliat Alner hanya masang wajah datar. "Bakal ga kelar-kelar nih drama kalo kayak gini modelnya."

Btw, dari tadi gue ga ngeliat Handa. Bukannya dia juga berpartisipasi dalam drama ini?

Bodo amat ah..

Yang penting habis ini gue langsung pulang dan bobo cakep.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

Akhirnya, latihannya dah kelar. Gue buru-buru pulang dan ga mau dengar pembicaraan para ambigu itu.

Jadi saat ini gue barengan pulang sama Malika dengan Ian, dia juga baru selesai latihan Paskib. Sedangkan Ian baru selesai piket. Tapi, Gue ga langsung pulang kerumah, gue singgah dulu ke Evan.

"Tau ga pedo, gue kan lagi marah sama tante gue kemarin. Eh tante gue malah kasih gambar tai, katanya 'cup cup jangan ngambek, nih makan es cream dulu' makin juengkel gue."

"Yang bodo tante lo apa lo nya si? Pusing gue dengar."

Malika menaikkan kedua pundaknya "gue heran saja gitu, masa iya dia gabisa bedain gambar tai sama es cream."

"Kalo gitu ajarin tante lo, gambar tai kayak gimana, gambar es krim kayak gimana."

"Yakali gue ngajarin orang yang lebih tua."

"Tau ah malika, bicara sama lo bikin naik tensi."

Dan Malika hanya meresponnya dengan cekikikan.

Dan gue akhirnya sudah sampai di lapangan, Evan masih latihan gaes.

Tiap kali Evan nendang bola, itu para perawan berteriak histeris. Itu mereka teriakin bolanya atau pemainnya, heran gue.

"Evan latihan sama anak kelas 2" kata Malika.

Jujur ya, gue ga tau yang mana kelas 1 yang mana kelas 2. Soalnya yang gue kenal cuma anggota seangkatan gue

Masalahnya, gue ga peduli soal anak kelas 1 sama anak kelas 2. Bodo amat.

"Lo tau siapa dia?" tanya gue pada Malika sambil nunjuk salah satu pemain yang lagi halangin Evan ngambil bola.

"Namanya dicky." Kata Malika, gue cuma ber ohh ria.

Hingga tiba-tiba antara sengaja atau memang tidak, Evan langsung sleding tuh anak yang namanya Dicky.

Sehingga tuh Dicky terserungku di tanah dengan memegang sebelah kakinya yang terkilir, kayak yang ada di sepak bola itu kalo mereka di sleding.

"Astajim.. Kayaknya evan gemas sama tuh anak gara-gara halangin dia ambil bola." celetuk Malika, dan gue respon dengan anggukan.

Dan di akhir permainan, Evan didiskualifikasi.

.

.

.

.

.

.

.

"Wey, Evan.. Lo ngapain sleding tuh anak?" tanya Malika kemudian.

"Kesal gue, dari awal permainan tuh anak natap mulu gue. Gue kalo di tatap bawaannya risih!"

"Tapi gue sering natap lo kok." kata gue, dan Evan membuat ekspresi pasrah.

"Kita kan udah kenal lama nenen, jadi gue udah biasa di tatap sama lo."

Gue mengangguk "tapi lo sudah minta maaf kan?"

"Iya, bagaimana pun gue salah."

Tahu diri juga lo nak.

Tiba-tiba saja Ian tepuk tangan, sambil tersenyum bodoh "otp baru!"

"Bangsat.." gue langsung noyor kepalanya, dan dia hanya cekikikan.

Sehabis itu gue dan 2 anak ini pulang barengan, tapi saat ingin keluar pagar saat itu juga gue mendapati sebuah adegan drama kuriya.

Dimana Handa dan pacarnya, mereka berdua sedang berdebat.

"Helen! Aku bisa jelasin!" itu Handa yang bicara.

"Gamau! Dan ga dengar! Pergi sana pacaran sama pasangan homo mu!" si Helen langsung pergi, dan Handa langsung berlutut dramatis.

"Helen! TIDAKK!"

nah loh..

Sangking dramatisnya, tanpa di sadar gue tepuk tangan. Ini juga anak 3 ikutan tepuk tangan.

"Tunggu bentar, bukannya yang buat Handa dan pacarnya bertengkar itu, kelakuan lo tadi siang Ian?" tanya Gue. Dan Ian natap gue dengan ekspresi polosnya.

"Iya juga ya..?"

"Wah, wah, wah! Udah pinter ya nikung temen sendiri." celetuk Evan, Ian cuma nyengir.

"Gue Lupa rem itu."

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

Dicky_ •••

"Ya Tuhan.. Waktu futsal tadi dia membuat ku cedera.

Senangnya... 💕"

👍 💬 📥

Liked by CeryFJ and 1.340 others

Komentar di nonaktifkan

Handaaa •••

"gue di putusin doi, gara-gara ga nidurin dia masa :')"

👍 💬 📥

Liked by Kevin02 and 2.100 others

Komentar di nonaktifkan

Ini kenapa isi timeline Facebook gue, aneh gini?

•Tebeceh•


Load failed, please RETRY

สถานะพลังงานรายสัปดาห์

Rank -- การจัดอันดับด้วยพลัง
Stone -- หินพลัง

ป้ายปลดล็อกตอน

สารบัญ

ตัวเลือกแสดง

พื้นหลัง

แบบอักษร

ขนาด

ความคิดเห็นต่อตอน

เขียนรีวิว สถานะการอ่าน: C13
ไม่สามารถโพสต์ได้ กรุณาลองใหม่อีกครั้ง
  • คุณภาพงานเขียน
  • ความเสถียรของการอัปเดต
  • การดำเนินเรื่อง
  • กาสร้างตัวละคร
  • พื้นหลังโลก

คะแนนรวม 0.0

รีวิวโพสต์สําเร็จ! อ่านรีวิวเพิ่มเติม
โหวตด้วย Power Stone
Rank NO.-- การจัดอันดับพลัง
Stone -- หินพลัง
รายงานเนื้อหาที่ไม่เหมาะสม
เคล็ดลับข้อผิดพลาด

รายงานการล่วงละเมิด

ความคิดเห็นย่อหน้า

เข้า สู่ ระบบ