Sepanjang jalan aku merasakan jantungku berdetak dengan cepat. Aku sangat takut dan khawatir apalagi setelah mendengar perkataan Nenek Kaedh tadi. Sampai sekarang aku masih berharap di istana tak terjadi sesuatu yang buruk.
"Tidak ada yang perlu dikhawatirkan, semuanya pasti baik-baik saja," ucap Zero seolah dia bisa membaca apa yang menjadi kegelisahanku sekarang.
Zero yang awalnya duduk di depan memang pindah ke dalam kereta karena Octans yang menyuruhnya. Octans bilang agar memudahkan kereta kami masuk melewati gerbang istana, hanya dia yang akan menghadapi prajurit yang berjaga di depan gerbang. Kami berdua menuruti perintahnya sehingga kini hanya Octans seorang yang duduk di depan memacu kuda kami. Seharusnya sebentar lagi kami akan segera tiba di istana.
Zero tiba-tiba memegang tanganku dan menggenggamnya dengan erat. "Tenanglah, Giania. Kau terlihat gelisah sekali."