ดาวน์โหลดแอป
80.85% ueueue / Chapter 38: accident#38

บท 38: accident#38

Saat ini Max sedang sibuk menelepon temannya sementara Sing sibuk dengan film yang ia tonton.

Keduanya sedang ada di ruang tengah.

"Kak bagusnya dimana?"

"Ntar, lu mau yang kekmana? Dah gue kirim referensi bentuk bentuknya"

"Udah, gue mau di modif lagi bisa kan kak?"

"Bisa. Jadi?"

"Gue mau yang tipe AA3, tapi dibuat lebih minimalis bentuknya"

"Oke, ada lagi?"

Pertanyaan itu membuat Max menatap Sing yang sedang bergumul dalam selimut di sampingnya itu.

"Sayang, ada yang mau ditambahin gak?" Tanyanya.

Sing berpikir sebentar, lalu mengambil alih ponsel Max.

"Kak nanti yang design dalemnya kakak juga?"

"Engga, karyawan gue yang design. Tapi kalo lu mau kasi pendapat ke gue aja"

"Dominan plant ya kak, selebihnya bisa ditambahin nanti"

"Oke, ada lagi?"

"Gaada kak"

"Yaudah gue siapin dulu"

"Iya makasih kak"

"Yoa"

Ia lalu kembali memberikan ponsel itu pada Max.

"Udah?" Sing mengangguk kecil.

"Nanti sore kita ke kantornya" ujar Max sambil mengelus rambut Sing pelan.

"Sore ini?" Max mengangguk.

"Yaudah"

Sing lalu kembali menonton filmnya, sementara Max entah harus apa lagi. Ia berpikir untuk tidur saja dulu.

Jadi dengan perlahan ia berbaring di samping Sing, lalu masuk ke dalam selimut dan memeluk lelaki kecil yang sudah berstatus istrinya itu.

Ia langsung tertidur.

"Ih bused si khai jahat banget, mana mukanya mirip bang Off lagi" gerutu Sing saat menonton filmnya, ia juga sambil mengelus rambut Max yang sudah tertidur itu.

Sorenya, sesuai kesepakatan antara Max dan juga temannya itu, mereka langsung menuju gedung berbentuk arsitektural dengan warna hitam itu untuk menemui pemiliknya.

"Kak tamunya" lapor seorang pria berwajah imut pada seorang lelaki yang tengah menggambar itu.

"Masuk aja" jawabnya.

Max dan Sing lalu memasuki ruangan besar yang bernuansa hitam itu, lalu duduk santai dimana saja.

Sing hanya terbingung, kenapa Max begitu santai?

"Bratt, langsung ke lapangan aja ya" ujar lelaki itu pada Max.

"Udah on build kak?" lelaki itu mengangguk sekilas.

Sebenarnya Sing tidak mengenali sesosok ini dengan baik, karena mereka baru saja bertemu saat akan membahas rumah barunya.

Ia jadi kepo, kenapa suaminya bisa dekat dan akrab dengan lelaki ini.

Ekhem, ia juga cemburu.

Oke, mari kita bahas lelaki ini.

Dia adalah lelaki kelahiran 93, 9 tahun diatas mereka. Lelaki ini satu generasi dengan mamii. Dan dia dulunya adalah seorang mentor khusus di sekolah ATRI, yang kebetulan saat itu ditugaskan untuk mendesain bangunan khusus disana.

Max mengenalnya sejak saat itu. lelaki yang biasa ia panggil kakak itu memang cukup baik menurutnya, walaupun dingin.

Nama lelaki itu adalah Geon Hitler, sesosok lelaki dengan darah indo-Toronto yang sudah berkarir dengan perusahaan sendirian.

Sejak tahu bahwa Geon memiliki cabang perusahaan di Jogja, Max memutuskan untuk meminta bantuannya saja.

Maka dari itu ia sudah duduk santai di sofa ruangannya. Sementara Sing hanya duduk di kikuk di sebelahnya.

"Oh iya Sing, mau request design kan? Sini" ujar Geon membuat Sing berdiri, lalu duduk di kursi depan mejanya.

"Nih, diliat dulu. Mau digimanainnya" Sing segera mengambil pulpen itu, lalu mencoret coret kertas yang disediakan.

Disaat ia sedang fokus mencoretnya, Max menghampiri mereka, lalu ia memeluk Sing dari belakang sambil mengintip apa yang ia kerjakan.

"Sori gue gak dateng waktu kalian nikahan" ujar Geon membuat Max menatapnya.

"Gapapa kak, sibuk pasti ya?"

"Iya, tumbenan si--" perkataan Geon terpotong saat seorang pria masuk tiba tiba dengan membawa ranselnya.

"Eh? Lagi ada tamu?" Bingung lelaki dengan tubuh jangkung hampir se tinggi Max, lalu dengan kulit kuning langsatnya ia tersenyum kikuk.

Geon menatapnya kaget, lalu ia segera bangkit dan berlari kecil menghampiri lelaki itu.

"Eh jan lari lari!!" Peringat lelaki itu. Geon langsung jalan perlahan, dan segera mengambil ransel di pundak nya.

"Happytos nya mana?" Tanya Geon sambil menatap lelaki itu.

"Ada di bawahnya, cari aja" Geon lalu asik mengobrak abrik tas lelaki itu, sementara empunya menatapnya.

"Kenalan dulu sana sama junior Geon" ujar Geon membuatnya menatap MaxSing yang masih terdiam kikuk.

"Oh juniornya Geon?" Max dan Sing mengangguk bersamaan.

"Ooh, kenalin gue Biay, gue--" perkataan lelaki itu terpotong oleh seseorang yang masuk dengan berlari kecil dan berteriak.

"Mamah i miss youuu~~!!!" Ia kemudian mendekati Geon, dan perempuan itu pun tersenyum lalu mengangkat nya ke gendongan.

"Mamah kangen sama Joen, gimana tracking sama papah?"

Lelaki kecil berumur 7 tahun yang memakai jumpsuit hitamnya pun menggeleng kecil.

"Masa ya mah, papah lupa bawa pancake, kan Joen yang minta malah gak dibawa ih" keluhnya.

Geon memeluk lelaki itu erat, sementara MaxSing makin terbengong disana membuat Biay tertawa kecil.

"Dedek kenalan dulu sama kaka kakanya gih" ujar Biay membuat Joen segera turun dari gendongan mamahnya, dan menatap MaxSing.

"Loh kak? Lo..."

"Gue lupa bilang, gue udah nikah sama Biay. Hehe" jawabnya sambil menyengir. Max lalu menatap takjub lelaki kecil yang sudah mendekatinya itu dan memegang ujung bajunya.

Lelaki kecil ini persis dengan Geon!!

"Halo kaka! Nama aku Joen, kaka namanya siapa?" Ujar lelaki kecil itu membuat Max tersenyum, ia lalu menggendong anak Geon itu dan tersenyum kecil.

"Nama kaka Max, mau kenalan sama kaka imut ini?" Tawar Max sambil menunjuk Sing.

Joen lalu tertawa senang, ia lalu turun dari gendongan Max dan menepuk paha Sing.

Astaga Sing gemas dengan lelaki kecil yang tampan ini!!

"Halo kaka! Nama aku Joen, kaka namanya siapa?" Ujar nya mengulang.

"Halo Joen, Nama kaka Sing" ujar nya sambil mengelus rambut hitam legam milik Joen.

Belum sempat Max mengatakan yang lain, seorang lelaki kembali memasuki ruangan itu membuat Max semakin terkejut.

"Mah, abang gak bisa buka tutupnya"

Lelaki yang Max perkirakan berumur 14 tahun dan dengan baju casualnya mendekati Geon dan memeluknya.

Astaga, Max bingung.

"Abang, kok gak dipake hoodienya?" Tanya Geon sambil mengelus lelaki yang sudah lebih tinggi darinya itu.

"Abang lupa mah, tadi dari kamar langsung lari aja. Lagian ini tutup botol susah banget dibuka" gerutunya sambil menatap botol yang sedang dibukakan oleh mamahnya.

"Papah bukain" ujar Geon lalu menyodorkan botol itu padanya.

"Abang sana kenalan sama kaka kaka" ujar Geon membuat lelaki berparas tampan itu menatap MaxSing yang sedang bermain dengan adiknya.

Ia terlihat menyelidik, MaxSing di matanya terlihat berumur masih muda.

"Abang sama kaka, temennya mamah?" Tanya nya sambil mendekati mereka.

"Iyaa" jawab Max. Ia masih terbingung menatapnya.

"Salken ya bang, gue Ravn. Sulungnya mamah" ujarnya memperkenalkan diri.

"Kak, lu gada angin gada ujan tetiba anak lu udah pada gede? Kabar nikah aja gue baru tahu kak" ujar Max sambil merangkul Ravn.

"Ya sori, lu juga sibuk banget kan" jawabnya.

Ia kemudian menghampiri Sing dan menepuk bahunya pelan.

"Lu juga gada kabar tiba tiba ngasi undangan aja, mana bini lu imut imut begini lagi" ujarnya.

Ia melihat Sing itu seperti anaknya, wkwk.

Dikarenakan postur tubuh Ravn dengan Sing memang masih tinggian Sing, tetapi anaknya itu sudah lebih bidang daripada dirinya.

"Iyadong, lu juga. Diem diem nikah, dah brojol dua lagi. Mana ganteng ganteng begini" ujar Max sambil menepuk bahu Ravn.

Lelaki itu tersenyum bangga, memang gen kedua orang tuanya itu sangat bagus.

"Mamah, Joen mau bobo" ujar lelaki kecil itu sambil menarik baju Geon. Meskipun ia masih di pangkuan Sing dengan nyaman.

"Iya sayang, bobo sama papah ya? Nanti malem mamah bikinin pancake deh" Joen mengangguk senang, ia lalu menatap papahnya dari jauh.

"Bi, Joen mau bobo. Di kelonin gih, Geon mau ke lapangan nya Max dulu"

Mendengar kalau mamah ingin pergi, reflek Ravn mendekat ke mamahnya.

"Mah Ravn ikut"

"Pake dulu hoodienya sayang" ujar Geon membuat Ravn segera pergi kembali ke kamar nya yang ada di samping ruangan Max, lalu kembali dengan hoodie putih toy storynya.

"Joen mau minum susu?" Tawar Geon.

"Engga, kan mamah mau kerja. Joen mau kuping papah aja" ujar Joen sambil meraih daun telinga Biay untuk dimainkan.

Kebiasaan, ngempeng.

Max hanya memandang senang keluarga kecil itu. Sebentar lagi, dan ia akan segera membangun keluarga seperti itu dengan kesayangannya.

_________________________________________


Load failed, please RETRY

สถานะพลังงานรายสัปดาห์

Rank -- การจัดอันดับด้วยพลัง
Stone -- หินพลัง

ป้ายปลดล็อกตอน

สารบัญ

ตัวเลือกแสดง

พื้นหลัง

แบบอักษร

ขนาด

ความคิดเห็นต่อตอน

เขียนรีวิว สถานะการอ่าน: C38
ไม่สามารถโพสต์ได้ กรุณาลองใหม่อีกครั้ง
  • คุณภาพงานเขียน
  • ความเสถียรของการอัปเดต
  • การดำเนินเรื่อง
  • กาสร้างตัวละคร
  • พื้นหลังโลก

คะแนนรวม 0.0

รีวิวโพสต์สําเร็จ! อ่านรีวิวเพิ่มเติม
โหวตด้วย Power Stone
Rank NO.-- การจัดอันดับพลัง
Stone -- หินพลัง
รายงานเนื้อหาที่ไม่เหมาะสม
เคล็ดลับข้อผิดพลาด

รายงานการล่วงละเมิด

ความคิดเห็นย่อหน้า

เข้า สู่ ระบบ