ดาวน์โหลดแอป
36.17% ueueue / Chapter 17: accident#17

บท 17: accident#17

Ohm baru saja hendak masuk ke apart Max ketika semua orang keluar dari sana. Ia hanya berdiri terbingung menatap yang lainnya.

"Ada apaan nih?" Tanyanya pada diri sendiri. Tak lama keluar Sing yang sedang membawa ransel milik Max dengan wajah cemasnya.

"Oit Sing, kenapa si?" Tanyanya. Ia menatap wajah Sing yang sudah setengah panik setengah takut itu tengah menatapnya.

"Eee, si Max sakit lagi. Katanya harus di

Cek ke lab dulu" ujarnya.

"Sakit lagi?? Seriusan? Terus sekarang otw rs nih?" Sing mengangguk.

Ohm terlampau bingung, padahal ia ingin meminta tanda tangannya, sepertinya ia akan menundanya dan ikut pergi ke rs dengan yang lainnya.

"Wah, jadi barusan ini dia sakit lagi?"

"Iyaa, lu mau ikut ga? Gue bawa mobil Max sendiri kok" Ohm mengangguk, ia lalu meletakkan kertas yang ia bawa di meja kamar Max, lalu mengikuti Sing untuk pergi ke rs.

Sesampainya disana, Max segera dimasukkan ke lab dan akan memulai pengecekannya. Pasti akan lama, maka dari itu Ohm yang sudah duduk di ruang tunggu dengan Sing pun mengeluarkan ponselnya.

"Halo Toey"

"Halo, kaka dimana?"

"Kaka di rs"

"Ngapaiinn??"

"Max lagi di lab, Toey ke bandara sendiri bisa?"

"Bisa aja, tapi kan masih lama. Toey nyusul kesana ya??"

"Yaudah iya, hati hati jangan ngebut"

"Iyaa"

Setelah mengabari Toey, kini Ohm menatap Sing yang terdiam kosong sambil memeluk ransel milik Max.

"Emang waktu di filiphina Max udah sakit?" Tanyanya. Sing menggeleng kecil.

"Enggaa, cuma keknya gue tau dia sakit gegara terlalu capek uji coba pesawat kemaren" jawabnya.

"Perasaan tuh bocah tiap hari makan sayur mulu, masi aja sakit" ucap Ohm yang diangguki oleh Sing.

Jujur saja, pikiran Sing kosong karena ia benar benar kalut. Ia takut jika hasil lab nya tidak sesuai harapan.

Ia akan sangat sedih tentunya.

Jadi sejak tadi ia hanya bisa berdoa.

Sementara Toey, dia sedang berlari menuju garage. Dan kebetulan berpapasan dengan Chimmon, Purim dan juga offgun yang baru saja balik dari rumah neneknya.

"Eh Toey??" Sapa Chimmon.

"Apakabar??" Tanya nya lagi. Saat ini Toey terlihat panik, jadi ia memotong ucapan Chimmon.

"Eee, ngobrolnya nanti aja ya? Pada mau ikut ga?" Ajakan itu membuat keempatnya bingung.

"Mau kemana?" Tanya Off.

"Si Max sakit lagi, dia udah masuk Lab untuk pengecekan" ujar Toey dengan cepat membuat keempatnya terkejut.

"Haahh???!"

"ASLI LU??" Tanya Chimmon.

" iyaa!! Makanya gue buru buru ini"

" weh lah gas ke rs sekarang!!" Ujar Off lalu semuanya pun segera pergi ke rumah sakit.

Berita itu semakin menyebar, bahkan banyak penghuni yang sudah datang dan menunggu bersama di ruang tunggu.

Bahkan Fiat yang tadinya masih tidur langsung berlari ketika tau kalau Max sedang di Lab.

Dua jam berlalu, dan Max belum keluar dari Lab. Tetapi tak lama seorang perawat keluar dari ruangan itu membuat hampir semua orang menghampirinya terutama Sing.

"Hasilnya gimana mbak??" Tanyanya.

"Eee, saya belum bisa kasih jelasnya gimana. Nanti dokter sendiri yang akan menjelaskan nya, saya pamit dulu..." ujarnya. Sing menghela napas. Ia ingin sekali mengeluarkan keluh kesahnya.

"Tenang Sing, mungkin masih di proses" ujar Nanon sambil menepuk bahu Sing.

Tiba tiba, pintu itu terbuka lebar dan menampakkan Max yang terbaring di ranjang rumah sakit dan sedang terbius obat. Sing yang melihat itu reflek mendekat dan mengikuti kemana Max dibawa diikuti yang lainnya.

" lu liat mukanya Max tadi ga?" Tanya Fiat pada Perth.

"Iya liat"

"Persis kek dulu gak sih? Yang waktu smp dia pingsan di aula?"

"Eh anjir iya, baru inget gue" ucap Perth. Ia memandang sekitar tempat itu, dan Max masuk ke ruang inap nomor 172.

"Keluarga dari Max Brasier?" Panggil seorang perawat. Lalu Ben, dan mamah papah nya segera memasuki ruangan itu.

Ingin sekali Sing ikut, tetapi apa daya ia hanyalah seorang pacar untuk Max.

"Jadi gimana hasilnya dok?" Tanya papah Max yang diangguki mamah dan Ben.

"Jadi kami sudah melewati banyak proses, dimulai dari bagian kepala hingga perut. Dan kami menemukan beberapa hal" ujarnya memulai penjelasan.

"Singkatnya, kepala Max sempat pernah terbentur keras saat kecil, dan itu menyebabkan tengkorak bagian sampingnya retak. Itu sudah di perbaiki dulu oleh dokter Juan, dan penyebab dari pusing yang ia rasakan adalah keretakan itu yang sering tergeser walaupun tidak banyak"

" itu untuk yang pertama"

"Dan untuk yang kedua, inilah penyebab dari sakit perut yang dialami oleh Max" dokter itu lalu menyorot sebuah gambar di komputernya dan menunjukkannya.

Ia melingkari sebuah tempat dan memperbesarnya.

" dan kami menemukan tumor di lambung Max" ujarnya membuat ketiga orang itu terdiam.

Bahkan, mamah saja tak tahu harus berkata apa. Ben, ia reflek memandang Max yang berada di ranjang itu, sementara papah masih terdiam.

"Untungnya, tumornya tidak berbahaya dan masih berumur dua bulan, jadi kami akan menjadwalkan pengangkatannya besok, kami harap anda mengerti"

"Baik dok terimakasih" sang papah pun berujar.

"Eee,dok. Penyebab dari tumbuh nya tumor ini apa ya?" Tanya Ben. Sang dokter pun membuka kembali map yang ia bawa, lalu membacanya.

"Kemungkinan dari kebiasaan begadangnya dan juga sering melewatkan makan. Mungkin ini terdengar sepele, tetapi bisa menyebabkan tumor tumbuh kapan saja" Ben mengangguk memahami ucapan dari dokter itu.

"Kalau gak ada yang mau ditanyakan lagi, saya pamit dulu, saya harus menyiapkan jadwal untuk operasi besok"

"Oh iya dok"

Setelah dokter keluar dari ruangan, Ben dengan segera mendekati adiknya yang masih terbaring dengan baju rumah sakitnya itu.

"Ben harus gimana?" Tanyanya pada kedua orangtuanya.

Ia terlalu kalut sekarang, terlalu marah pada dirinya sendiri. Ia berpikir Kenapa ia tidak menjaga adiknya dengan baik?

"Untunglah gak bahaya yaampun dedek, kamu ini seneng banget skip makan skip tidur sih" omel mamah sambil mengusap rambut Max.

"Papah izin dulu sama capten nya, biar dedek pulih dulu baru boleh terbang lagi" ujarnya lalu mengambil ponsel dan menghubungi capten pilot guru nya Max.

Ben teringat sesuatu, dan ia menatap mamahnya sekilas.

Ia lalu keluar dari ruangan itu, dan tak lama membawa dua orang yang terlihat khawatir itu ke dalam.

Sang mamah menatap kedua lelaki itu, lalu menatap lelaki yang lebih tinggi.

"Halo Sing" sapa mamah pada Sing.

"Eee, hai tante" jawabnya canggung. Ia memang tak sering bertemu dengan mamah Max selama ini.

Sedangkan Din, ia memang sering bertemu karena sudah melalui proses yang panjang dengan Ben.

Akhirnya Din menggiring Sing duduk di samping Max agar lebih dekat, membuat mamah bingung. Karena ia belum tau hubungan keduanya.

"By minum dulu, Sing juga" ujar Ben sambil menyerahkan dua botol air mineral pada kedua uke itu.

Mamah menatap Ben bingung, ia ingin meminta penjelasannya. Jadi Ben menggiring mamahnya untuk keluar dan membicarakannya.

Padahal sebenarnya Ben juga masih syok ketika tahu bahwa Max berpacaran dengan Sing tadi malam.

Ia diberitahu oleh Chimmon.

Saat di luar, ia menatap mamahnya dengan tenang.

"Max sama Sing pacaran mah,hehe" ujarnya. Sang mamah terkejut, ia terlalu senang mendengarnya.

"Serius?? Kapan??"

"Eee, katanya Chimmon tuh pas mereka ke filiphina sih"

"Yaampun, pantes aja. Akhirnya mamah udah punya calon mantu kedua, yey" ujar mamah terlalu excited. Ben tertawa kecil melihat tingkah mamahnya itu.

Sementara keduanya di luar, berbeda dengan Din dan Sing yang berada di ruangan Max.

"Gue belum tau hasilnya kak" keluh Sing sambil memegangi lengan Max. Din menatapnya sedih.

"Tunggu aja, nanti gue tanyain Ben ya" Sing mengangguk kecil.

Ia terlampau sedih, padahal tadi malam Max masih sempat menggodanya, dan paginya masih sempat membawanya sarapan di taman. Lalu siangnya ia sudah seperti ini?

" gue kabarin yang lain dulu ya" pamit Din lalu keluar dari ruangan membiarkan Sing bersama Max dulu.

Sing mengusak kecil rambut Max, menggenggam jemari panjang nya yang sering menggendongnya dengan satu tangan.

"Max mah gitu, kan Harit dah sering bilang, jangan begadang, jangan skip makan nanti sakit, masi aja ngeyel, sakit kan akhirnya" gerutunya. Ia memilih untuk merebahkan kepalanya di pinggir kasur Max sambil memainkan jarinya.

"BOCAH SEDENG EMANG, LU MALAH TEBARING LEMES KEK IKAN ASIN ANJRIT MAX!!" Sing terkejut, sekelompok geng Max masuk ke ruangan itu bersamaan dengan teriakan Peak yang membahana.

Astaga, kalau begini caranya Max akan cepat bangun karena tak tahan dengan teriakan itu.

_________________________________________


Load failed, please RETRY

สถานะพลังงานรายสัปดาห์

Rank -- การจัดอันดับด้วยพลัง
Stone -- หินพลัง

ป้ายปลดล็อกตอน

สารบัญ

ตัวเลือกแสดง

พื้นหลัง

แบบอักษร

ขนาด

ความคิดเห็นต่อตอน

เขียนรีวิว สถานะการอ่าน: C17
ไม่สามารถโพสต์ได้ กรุณาลองใหม่อีกครั้ง
  • คุณภาพงานเขียน
  • ความเสถียรของการอัปเดต
  • การดำเนินเรื่อง
  • กาสร้างตัวละคร
  • พื้นหลังโลก

คะแนนรวม 0.0

รีวิวโพสต์สําเร็จ! อ่านรีวิวเพิ่มเติม
โหวตด้วย Power Stone
Rank NO.-- การจัดอันดับพลัง
Stone -- หินพลัง
รายงานเนื้อหาที่ไม่เหมาะสม
เคล็ดลับข้อผิดพลาด

รายงานการล่วงละเมิด

ความคิดเห็นย่อหน้า

เข้า สู่ ระบบ