Sebenarnya Rasty tak akan pernah mengira jika dirinya akan dibela seperti barusan oleh Raga. Sama sekali tidak. Melihat bagaimana cueknya lelaki itu padanya, ia sungguh tidak menduga kalau Raga akan membelanya di depan dirinya tadi.
"Makasih," ucap Rasty. Keduanya sudah usai makan dan kini sudah berada di parkiran lagi.
Meski ada beberapa pasang mata yang melihat ke arah mereka tadi. Tapi Rasty tak peduli, toh dia tidak melakukan kesalahan.
"Makasih buat apa?" tanya Raga pura-pura tidak tahu.
"Yang tadi."
Raga diam, dia mengamati wajah Rasty.
"Oh ya buat yang tadi itu—yang masalah orang tuaku—"
Raga langsung mengerti apa maksud dari kalimat Rasty. Dia langsung menyambar sebelum terjadi kesalahpahaman di antara mereka berdua.
"Itu kan hak kamu, mau bicara soal orang tua kamu yang sebenarnya atau enggak. Lagian kamu juga gak pernah mempermasalahkannya karena aku juga gak pernah bilang sama kamu soal keluargaku, kan?"
Rasty mengangguk mengerti kemudian terkekeh.