Seorang wanita dewasa saat ini menatap apa yang dia pegang dengan mata yang berbinar. Dia tidak menyangka akan menemukan sebuah perhiasan yang didesain sangat indah yang membuat siapa saja yang melihatnya akan terpukau.
Sebuah bongkahan berlian yang cantik yang sudah dijadikan kalung, dengan ornamen mutiara dan beberapa berlian kecil yang indah mengelilinginya sangat memanjakan mata saat melihatnya.
"Kalau boleh tahu, apakah kamu sendiri yang membuat perhiasan ini?" tanya seorang wanita dewasa tersebut kepada pemuda yang berada didepannya.
"Kebetulan, saya sendiri yang mendesainnya" kata seorang pria muda yang tampan yang menjawab wanita yang berada didepannya dengan percaya diri.
"Hm... benarkah? Kamu terlihat sangat muda untuk membuat desain yang indah ini" kata wanita didepannya, yang tidak mempercayai sepenuhnya bahwa perhiasan yang dia pegang ini adalah rancangan dari pria muda didepannya.
"Kebetulan saya sudah mempelajari tentang desain perhiasan bersama Kakek saya saat masih tinggal di Alaska" kata pria muda tersebut kembali.
Pria muda itu merupakan Zen, dia tidak menyangka akan menemukan seorang karakter yang dikenalnya pada dunia ini. Niat awalnya Zen akan menjual sebuah perhiasan yang dimilikinya untuk mendapatkan uang.
Namun saat dia sudah menemukan tempat untuk menjualnya, mereka meragukan perhiasan yang dibawa oleh Zen. Mereka tidak meragukan keasliannya, namun mereka meragukan dari mana Zen mendapatkan barang tersebut, karena Zen masih sangat muda saat pertama kali melihatnya.
"Alaska ya...." gumam wanita didepannya yang sedang memakai kimono yang elegan saat ini.
Pertemuannya yang tidak sengaja, membuat Zen harus menjelaskan tentang perhiasan yang dibawanya kepada wanita yang berada didepannya saat ini. Dia tidak menyangka bahwa toko perhiasan yang didatanginya ini, merupakan salah satu usaha milik wanita yang berada didepannya.
"Anda tidak perlu khawatir nyonya, saya menjamin bahwa Master kami yang membuat perhiasan yang sedang anda pegang saat ini" kata Tio.
Memang wanita didepan Zen bisa saja menyelidiki kebenaran tentang apa yang dikatakan Zen sebelumnya tentang asal – usulnya. Tentu saja Zen sudah melakukan pencegahan jika wanita didepannya melakukan hal itu, terlebih lagi dia mempunyai Irene, adiknya yang dapat memalsukan data apapun tentang dirinya.
"Baiklah, bagaimana dengan ini. Kami ingin perhiasan yang seperti ini dalam jangka waktu seminggu, dan jika anda membuktikan anda bisa menyediakannya, kami akan membeli semua perhiasan yang anda buat dengan harga yang lebih tinggi dari harga pasar" kata wanita didepannya saat ini.
"Tentu saja saya menyanggupi permintaan anda Nyonya, tetapi apakah anda tahu membuat perhiasan membutuhkan modal yang sangat besar?" balas Zen kemudian.
Sebenarnya Zen bisa saja langsung mengeluarkan semua perhiasan yang dia punya untuk dijualnya, namun dia takut perbuatannya tersebut akan membuatnya semakin dicurigai, dan akhirnya dia memutuskan untuk bernegosiasi saja saat ini.
"Hm... bagaimana dengan ini, kami akan membeli perhiasan anda yang ini, dan kalian harus menyediakan yang baru pekan depan, bagaimana?" tanya wanita didepannya.
"Baiklah, saya tidak memiliki masalah tentang itu" kata Zen.
Akhirnya wanita didepannya mengeluarkan sebuah kontrak, agar Zen menepati janjinya untuk mengirimkan sebuah perhiasan kepada toko perhiasannya seminggu kemudian. Zen sempat terkejut dengan kontrak tersebut, karena jika gagal memenuhinya Zen harus membayar harga yang sangat mahal.
"Dan ini, pembayaran atas perhiasan anda" kata wanita tersebut setelah melihat Zen mendatangani kontrak yang dia buat dan memberikan sebuah cek kepadanya saat ini.
"20 Juta Yen" gumam Zen.
Zen sangat terkejut, karena perhiasannya yang menurutnya paling jelek antara yang dia punya, dihargai sangat mahal. Bagaimana jika dia mengeluarkan perhiasannya yang menurutnya akan menjadi perebutan beberapa pihak jika mereka melihatnya.
"Baiklah, kami akan mengirimkan pesanan anda minggu depan" kata Zen.
Zen bersama Tio akhirnya meninggalkan ruangan tersebut dan menyisakan wanita yang mencoba membeli perhiasan Zen, yang sedang menatap kontrak yang ditanda tangani Zen sebelumnya.
"Uchiha Zen... Nama yang cukup unik" kata wanita tersebut.
.
.
Zen saat ini sudah keluar dari sebuah bank, untuk mencairkan ceknya dan langsung membuka rekening pada bank tersebut, agar memudahkannya menyimpan uangnya kelak. Akhirnya Zen saat ini sudah duduk pada sebuah taman ditemani oleh Tio dan Froze, yang sedang meminum minuman dingin mereka.
"Apa yang harus kita lakukan sekarang Master?" kata Tio yang selesai meneguk sekaleng minuman bersoda.
"Pertama kita harus mencari tempat tinggal, lalu setelah itu kita akan membuka perusahaan Elite didunia ini, agar kita bisa menjual berbagai perhiasan yang kita miliki atau apapun yang bisa kita jual, agar kehiduapan 2 tahun kita bisa tentram saat saat berada didunia ini" kata Zen.
"Benar juga, lalu apa yang harus kami lakukan?" tanya Tio kemudian, karena dia merasa dia tidak melakukan apapun sedari tadi.
"Bukankah kamu suka mendesain sebuah baju?" kata Zen kemudian.
Dan begitulah, Zen akan membuat perusahaan Elite didunia ini, untuk menghidupi dirinya beserta Istrinya Tio yang dibawanya ketempat ini, beserta pelayan setia mereka Froze yang sedari tadi hanya diam dan memperhatikan pasangan tersebut.
Didunia yang berbeda, Asuna yang saat ini menantikan pelayan yang dihubunginya sebelumnya, dan masih setia menunggu untuk mendengar kabar dari suaminya Zen saat ini. Namun anehnya, saat Froze berkata dia akan melihat keadaan Zen dan Tio, sampai saat ini mereka belum mengabarinya.
"Mengapa mereka tidak menghubungiku kembali" kata Asuna.
Memang saat ini beberapa dari wanita Zen sedang menunggunya, karena Zen sudah berjanji untuk menemui keluarga mereka masing – masing dan memperkenalkan Zen sebagai calon istri mereka, namun sampai saat ini Zen tidak bisa dihubungi.
"Dimana Zen, Asuna?" tanya Suguha yang sudah tidak sabar memperkenalkan Zen kepada keluarganya.
"Sabar aku akan menghubungi Froze kembali" kata Asuna.
Namun saat dia menghubungi Froze, anehnya dia tidak mendapatkan jawaban dikarenakan ponsel yang dihubunginya saat ini sedang tidak bisa dihubungi atau bisa dikatakan tidak aktif.
"Apakah terjadi gangguan pada satelit kita?" kata Asuna, karena dia tidak dapat menghubungi Froze, Tio maupun Zen saat ini.
Anehnya, saat dia menghubungi ketiga orang tersebut, ponsel mereka seakan tidak bisa dihubungi, berbeda saat dia menghubungi Zen dan Tio sebelumnya yang bisa tersambung tetapi mereka berdua tidak mengangkatnya.
"Rinko-san, apakah terjadi sesuatu pada satelit kita, mengapa aku tidak bisa menghubungi Zen, Tio dan Froze" kata Asuna yang saat ini sudah berada di lab dari Rinko.
"Tidak terjadi masalah apapun pada satelit kita Asuna" kata Rinko sambil melihat pada layarnya yang menampilkan keadaan satelit yang mengudara pada orbit didunia ini.
"Lalu mengapa mereka tidak bisa dihubungi saat ini?" kata Asuna yang entah mengapa merasa cemas, dengan keadaan mereka.
"Tenanglah, mungkin Zen mempunyai beberapa urusan. Terlebih lagi, menurutmu siapa yang bisa mengalahkannya saat ini?" kata Rinko kemudian yang mencoba menenangkan Asuna.
Sebenarnya Rinko juga sedikit khawatir dengan keberadaan Zen, karena dia juga tidak bisa menghubunginya beserta orang yang pergi bersamanya. Namun dia yakin, bahwa Zen akan baik – baik saja.
"Hahhh.. baiklah, lebih baik kita menunggunya saja"