Rinko saat ini sedang tersenyum dengan apa yang dilihatnya saat ini. Dia mulai membayangkan suatu hari nanti dia yang berada ditempat itu, dimana Zen akan menggandengnya, dan memasangkan sebuah cincin pada jari manisnya lalu menciumnya hangat, dan disaksikan oleh para sahabatnya dan saudaranya.
Bukan hanya Rinko, semua wanita Zen juga membayangkan adegan yang dilihatnya saat ini pada benak mereka masing - masing, terutama para wanita yang mempunyai budaya yang berbeda, dan baru pertama kali melihat acara pernikahan yang seperti ini.
"Kalau kamu diajak menikah oleh Zen, kamu memilih menikah dimana Yue?" tanya Shea karena menurutnya pernikahan pada dunia Zen sangatlah indah.
Sebenarnya Shea ingin sekali menikahi Zen pada tempat asalnya, namun setelah melihat pernikahannya dengan Asuna saat ini, dia mulai bingung harus memilih dimana tempat pernikahannya kelak.
"Kalau aku, aku akan setuju dimanapun Zen mengajakku menikah" jawab Yue.
Yue yang sudah tidak memiliki keluarga dan sudah menganggap Zen dan semua saudara perempuannya sebagai saudara, tidak peduli akan Zen yang akan membawanya kemanapun, karena dipastikan dia akan mengikutinya.
"Hmmm... begitu ya..." kata Shea, yang kembali disibukan dengan pemikirannya sebelumnya.
Disisi lain, dua orang wanita yang duduk berjejer saat ini menatap pernikahan Zen dengan mata yang berbinar. Mereka juga pertama kali melihat acara pernikahan yang seperti ini.
"Apakah pada dunia ini, saat kita selesai menikah kita harus melakukan bulan madu?" tanya Lyutillis kepada Tio yang berada disebelahnya.
"Setahuku akan seperti itu" jawab Tio.
"Kalau begitu, aku akan menyuruh Zen untuk cepat menikahiku, agar aku dapat merasakan panasnya malam bersamanya" kata Lyutillis sambil menggeliat dan memeluk tubuhnya sendiri, karena membayangkan malam pertamanya bersama Zen.
Ditempat lain, tiga orang dari Jepang namun dunia mereka sangat berbeda dengan dunia ini, sangat terharu melihat pernikahan dari Zen dan Asuna. Kaori dan Shizuku saat ini terus membayangkan jikalau diri mereka yang berada disana bukanlah Asuna.
Namun disebelah mereka, Aiko saat ini akhirnya sudah mulai tenang, setelah berbagai kejutan yang dia terima sedari kemarin. Sebelumnya setelah ciuman hangat dengan Zen pada malam penuh dengan bintang, Zen mengajaknya kesebuah tempat.
Aiko sangat terkejut setelah sampai sebuah tempat yang sangat indah saat itu. Dia mengikuti Zen dengan santai dengan menggadeng tangannya, hingga dia bertemu dengan kedua muridnya, yang ingin memasuki sebuah rumah yang menurutnya terlihat sangat nyaman.
"Aiko-sensei?" kata mereka berdua serempak sambil menyembunyikan sesuatu dipunggung mereka saat itu, setelah melihat Aiko yang besama dengan Zen menghampiri mereka.
Zen akhirnya mulai meninggalkan Aiko disana, dan membiarkan semua wanitanya yang akan menjelaskan situasi yang akan dialami oleh Aiko. Aiko mulai memasuki rumah tersebut dibimbing oleh Shizuku dan Kaori, namun apa yang dilihatnya saat ini membuatnya terkejut.
"Baiklah, perkenalkan ini Aiko-sensei, guru kami. Zen membawanya tadi dan langsung pergi" kata Kaori memperkenalkan gurunya saat ini.
Memang beberapa wajah yang berada ditempat itu sudah dikenal oleh Aiko. namun yang baru dia tahu, semua wanita yang berada ditempat ini merupakan wanita dari Zen. Semuanya mulai menyapanya, terutama Yuna yang sangat bersemangat setelah dirinya tiba ditempat ini.
"Jadi kamu yang dimahsut Zen yang akan menjadi guru dari putri kami" kata Yuna sambil mulai menyalami Aiko.
Zen sebelumnya sudah memberitahu Yuna tentang kandidat yang akan menjadi guru dari putri mereka, dan pilihannya jatuh kepada Aiko. Pemilihan Aiko bukan tanpa alasan, karena pertama dia merupakan seorang guru dan kedua dia memiliki tanda dari Zen.
Dan begitulah keseharian Aiko kemarin, yang diajak berkeliling dan berkenalan dengan semua calon saudara perempuannya, terutama dia dibawa ke Jepang. Awalnya ekspresinya sama seperti Shizuku dan Kaori, karena menganggap dia bisa pulang, namun yang baru dia sadari ternyata dia berada didunia yang berbeda.
"Sensei?" kata Kaori disebelahnya yang melihat gurunya saat ini sedang melamun.
"A...Ah... ada apa Kaori?" tanya Aiko yang sudah sadar dari lamunannya tersebut.
"Tenanglah Sensei, kamu juga bisa menikah dengannya setelah kita kembali kedunia kita" kata Kaori yang menganggap gurunya tersebut memikirkan pernikahannya kelak.
Acara pernikahan Zen dan Asuna akhirnya sudah mencapai akhir. Setelah ciuman hangat mereka, pasangan itu akhirnya sah menjadi suami istri. Zen sudah menggandeng tangan Asuna dan menuruni sebuah altar dan berjalan melewati para tamu yang sudah melemparkan berbagai bunga saat melewati mereka.
"Selamat Zen, Asuna" begitulah kata – kata yang mereka dengar setelah melewati beberapa tamu yang hadir.
"Onee-chan berikan aku bunga lagi" kata Myu yang juga ingin melemparkan bunga pada Papa dan Mamanya itu.
"Ini, ambilah.." kata Yui sambil memberikan sebuah keranjang yang penuh dengan bunga dan langsung melemparkan bunga kepada Zen dan Asuna.
Acara itu akhirnya selesai, dan berpindah pada acara jamuan makan disebuah hotel pada tempat tersebut dan diikuti dengan pesta kecil disana. Semua tamu sudah duduk pada meja dan bersantap sambil bercanda gurau, diiringi dengan lantunan musik yang ringan.
Pesta itu semakin meriah, setelah Silica dan Yuuki sudah naik diatas panggung dan menghibur semua tamu yang berada ditempat ini. Mereka mulai mebawakan lagu yang saat ini sedang hits, dan mengajak beberapa tamu untuk bernyanyi bersama mereka.
"Selamat Zen, tidak kusangka dua teman pertama yang kumiliki pada dunia Sword Art Online akan menikah." Kata Kirito yang saat ini sedang mengucapkan selamat kepada Zen dan Asuna.
"Terimakasih Kirito, lalu bagaimana denganmu dengan Sachi, Apakah berjalan lancar?" tanya Asuna.
"Tentu, kami sudah tinggal bersama saat ini" jawab Kirito.
Sedangkan wanita yang diobrolkan oleh Zen, Asuna dan Kirito, saat ini bersama Suguha mencoba mendekat kearah Silica dan Yuuki untuk meminta foto kepada mereka.
"Bagaimana kabarmu Sachi-chan?" tanya Silica yang melihat wanita yang dikenalnya.
"Kabarku baik, Silica" kata Sachi yang tidak mengira Silica masih mengingatnya. Akhirnya mereka mulai berfoto bersama ditempat itu, dan mulai mengobrol tentang masa lalu mereka.
Disisi lain, Klein saat ini mencoba peruntungannya untuk mencari jodohnya pada tempat ini. Dia sudah mendekati Yue, Shea, Remia, Tio, Shizuku, Lisbeth, Kaori, Aiko dan hampir semua wanita Zen, namun mereka menatapnya dingin.
Satu orang lagi yang ingin dia coba rayu, namun saat ingin mendekat kearah wanita itu, Klein langsung merinding karena tatapan wanita tersebut yang sekaan ingin membunuhnya. Lyutillis saat ini menatap seorang pria, yang mempunyai mahsut jahat bagi dirinya.
Dia tidak mau, pria itu mendekat dan menyebabkan Zen salah paham, karena dia tidak ingin pernikahannya yang sudah dia bayangkan tadi akan gagal, terutama bagian malam pertamanya. Klein akhirnya hanya bisa menelan ludahnya dan menjauh dari sana setelah merasakan niat membunuh dari wanita yang hendak dia coba rayu.
"Tetapi mengapa perasaanku sekarang tidak enak ya..." gumam Lyutillis saat ini, karena sedari tadi dia merasaan sesuatu yang entah mengapa membuat benaknya merasakan ada yang tidak beres.
"Jangan – jangan, Zen sudah salah paham karena pria itu terus menatapku"