ดาวน์โหลดแอป
87.5% Lighting Master in DxD / Chapter 49: Bab 58

บท 49: Bab 58

"Kenapa aku juga ikut-ikutan disini."

Issei mengeluh ketika dia disuruh ikut duel bersama Kiba untuk melawan dua Pengusir Setan.

"........ Yah, berjuanglah, Issei. Tunjukan kekuatan Sekyuuritei mu!" Alex berusaha menyemangati Issei dengan sorakan.

"Aku tidak butuh semangat dari pria!" Issei mengutuk sambil menagis berdarah.

"....... Issei-kun... Aku tidak menyangka kamu akan menjadi Iblis setelah sekian lama bertemu," Irina menatap Issei dengan sedih. Dia kemudian mengeluarkan Pedang Sucinya, "Tapi tenang saja. Aku akan menyucikanmu lagi. Amin!"

"........ Hah? Apa maksudmu?" Issei bingung. Dia tidak mengenal Pengusir Setan didepannya tapi Pengusir Setan ini sepertinya mengenalnya. "Yah, bukanya aku peduli sih." Dia kemudian mengeluarkan gaulentnya, "Ddraig. Ayo!"

"....."

"Oi? Ddraig?" Issei bingung ketika Ddraig tidak menjawabnya.

Irina yang melihat kesempatan ini, langsung menerjang kearahnya, "Issei-kun, musuh tidak akan menunggu lawannya bersiap-siap dulu." Dia mengayunkan pedangnya dengan cepat ke tubuh Issei.

"Uwah!" Issei terkejut dan langsung melompat mundur dengan tergesa-gesa. Dia berkeringat deras dan mengeluh, "Kau mau membunuhku ya!?"

"........ Bukan begitu Issei-kun. Sebagai teman masa kecilmu aku hanya ingin menyucikanmu dari darah Iblismu. Amin!" Irina merubah bilah pedangnya menjadi tali dan mencambukkannya ke Issei.

"Itu sama saja membunuhku!" Issei masih sempat tsukkomi dalam keadaan ini dan terus melompat-lompat menghindari cambukan pedangnya.

***

"...... Hahaha..."

Xenovia bingung dengan tindakanya, "Kau tertawa?"

"Ya, itu karena aku akhirnya sudah menemukan apa yang harus kuhancurkan," kata Kiba dan mulai memunculkan beberapa pedang dari tanah menggunakan Sacred Gear-nya.

"..... Sword Birth, kah? Sekarang aku ingat. Aku pernah mendengarnya kalau itu adalah hasil subjek eksperimen yang lolos saat pembuangan," kata Xenovia sambil mengamati Kiba. "Sarung tangan Sekyuuritei dan Sword Birth-mu benar-benar Sacred Gear yang menarik."

"...... Kemampuanku adalah inti dari dendam mereka yang dulu dikurung bersamaku ..." Kiba kemudian mengambil salah satu pedang dari tanah dan mulai menyiapkan kuda-kudanya. "Mereka yang terlahir untuk mati dalam keputusasaan!"

Setelah mengatakan itu, Kiba langsung melesat dengan cepat dan mengayunkan pedangnya kearah Xenovi-- Tidak, dia mengarahkan pedangnya ke Excalibur yang dipegang Xenovia.

*CLANK!* *CLANK!* *CLANK!*

"Dan aku akan menggunakan kekuatan ini, untuk menghancurkan Excalibur!" Kiba mengayunkan pedangnya dengan lebih keras.

***

"Ddraig! Ddraig! Apa yang terjadi denganmu sekarang!? Jawab aku!?" Issei berteriak putus asa kepada Gaulent-nya.

"Ahhh~ Aku baru kembali ke kampung halaman dan langsung membunuh teman masa kecilku sendiri. Benar-benar dosa yang tidak termaafkan," kata Irina sambil mengayunkan pedangnya tanpa henti ke Issei. "Tapi, jika aku menyucikan temanku, Tuhan pasti akan mengampuniku."

'Maaf Irina, tapi Tuhan sudah mati,' pikir Alex sambil mengamati pertarungan keduannya.

"Ddraig!" Issei berteriak sekali lagi.

"... Rekan," Ddraig akhirnya menjawab.

Issei merasa sangat lega ketika mendengar suaranya, "Dari mana saja kau? Dan kenapa aku tidak bisa menggunakan Balance Breaker-ku!?"

"Maaf Rekan, aku tadi memutuskan untuk tidak menjawabmu tadi. Tapi karena kau tampaknya kesulitan melawan musuhmu aku menjawabmu," kata Ddraig dan melanjutkan, "Sebenarnya setelah kemarin kau mengorbankan 'hati' mu untuk menggunakan Balance Breaker Ilegal, kau terkena cooldown selama 3hari."

"Apa!? Kenapa kau tidak memberitahuku lebih awal?!" Issei mengeluh kepada naga ini.

".... Itu karena aku ingin kau menyempurnakan mode ketiga dari Sacred Gearmu sebelum Balance Breaker. Itulah alasan aku tidak memberitahumu," kata Ddraig.

"Sial!" Issei tidak bisa berbuat apa-apa tentang ini dan hanya bisa menerima nasibnya dengan enggan.

Irina tidak menunggu lama lagi dan melesat kearahnya sambil mengayunkan pedangnya.

*Sring!*

Punggung Issei terkena serangan Pedang Suci Excalibur dan dia terjatuh di tanah. Bekas luka serangan itu langsung menghitam seperti terbakar.

***

"AAAAAAA!" Kiba membuat pedang besar dan panjang dari Sacred Gearnya, "Pedang Sucimu itu. Melawan Pedang Iblisku, mari kita lihat mana yang lebih kuat." Kiba berkata sebelum menerjang kearah Xenovia.

Xenovia hanya menatap Kiba dengan dingin. Dia menunggu Kiba berada di jangkauannya dan mengayunkan pedangnya dengan keras ke perutnya.

"Guargh!" Kiba terbatuk darah setelah terkena pukulan dari bagian tumpul Pedang Excalibur dan terjatuh di tanah.

"Kau memang di anugerahi Pedang Iblis dan kelincahan yang luar biasa. Tapi kau bodoh karena menggunakan pedang besar. Pedang yang besar tidak hanya mengurangi kekuatanmu, itu juga membuatmu makin melambat," kata Xenovia sambil memandang Kiba yang ada di bawahnya dengan rendah. "Aku tidak menyangka kau tidak menyadari fakta yang sederhana seperti itu," Xenovia kemudian ingin berbalik tapi dia mendengar suara Kiba yang lemah.

"T - Tunggu..."

"Cobalah untuk mendinginkan kepalamu itu sebelum pertandingan berikutnya," Xenovia kemudian menatap Kiba dan menyeringai, "Senpai."

Kiba hanya bisa mengutuk kelemahannya sendiri karena tidak bisa menghancurkan Pedang Suci.

Xenovia mengambil jubahnya dan berkata kepada Rias, "Jadi, apakah ini sudah cukup, Rias Gremory."

"..... Ya. Terima kasih untuk tidak membunuh budak-budakku dengan Pedang Suci," kata Rias.

"Kalau begitu, kami akan pamit dulu," kata Xenovia sambil memakai jubahnya. Dia menoleh ke Alex dan berkata, "Jangan lupa dengan janji kita. Besok kita akan bertemu lagi di sekolah ini."

Alex hanya menghela nafas dan menganggukan kepalanya sebagai jawaban. Dia menoleh ke Asia dan berkata, "Asia bisakah kamu menyembuhkan mereka berdua." Dia menunjuk Kiba dan Issei.

Asia mengangguk dengan cepat dan langsung menuju keduannya dengan tergesa-gesa.

"Sudah selesai, ya," kata Irina dan membuat Pedang Sucinya menjadi tali lagi.

"Ayo, Irina," kata Xenovia sambil mengangkut pedangnya lagi.

Irina menganggukan kepalanya, dia juga memakai jubahnya dan mengikuti Xenovia. Dia kemudian melambaikan tangannya kearah Alex, "Sampai jumpa besok, Alex-kun!"

Alex melambaikan tangannya juga. Setelah itu keduannya mulai pergi menjauh.

Kiba yang sudah disembuhkan oleh Asia perlahan bangkit dan berjalan menuju Rias sebelum berkata, "Buchou, aku ingin meminta ijin untuk pergi hari ini."

Rias terkejut ketika mendengarnya. Dia kemudian ingin membuka mulutnya untuk berbicara tapi Alex menyelanya duluan.

"Jangan gegabah. Apakah kau sudah lupa dengan pertandingan tadi? Kau masih terlalu lemah untuk menghancurkan Excalibur."

Kiba menoleh dan menatap Alex, "Meskipun begitu, aku tetap akan melawan mereka dan menghancurkan Excalibur. Sendirian."

Alex menatap Kiba sejenak sebelum menghela nafas. Dia kemudian berbalik dan berjalan pergi, "Setidaknya tunggu besok. Kokabiel akan kesini pada sore hari. Dan pada saat itu, kau bisa mengambil kesempatan itu untuk menghancurkan Excalibur."

Kiba bingung dengan kata-kata Alex. Dia penasaran bagaimana Alex tahu kapan Kokabiel akan menyerang.

Rias menghela nafas dan memutsukan untuk mengikuti Alex pulang, "Aku akan pulang dulu."

Koneko yang dari tadi tidak muncul di scene, juga berdiri dan mengikuti Alex, "Aku juga."

Akeno tersenyum pada keduanya dan melambaikan tangannya, "Sampai jumpa besok."


Load failed, please RETRY

สถานะพลังงานรายสัปดาห์

Rank -- การจัดอันดับด้วยพลัง
Stone -- หินพลัง

ป้ายปลดล็อกตอน

สารบัญ

ตัวเลือกแสดง

พื้นหลัง

แบบอักษร

ขนาด

ความคิดเห็นต่อตอน

เขียนรีวิว สถานะการอ่าน: C49
ไม่สามารถโพสต์ได้ กรุณาลองใหม่อีกครั้ง
  • คุณภาพงานเขียน
  • ความเสถียรของการอัปเดต
  • การดำเนินเรื่อง
  • กาสร้างตัวละคร
  • พื้นหลังโลก

คะแนนรวม 0.0

รีวิวโพสต์สําเร็จ! อ่านรีวิวเพิ่มเติม
โหวตด้วย Power Stone
Rank NO.-- การจัดอันดับพลัง
Stone -- หินพลัง
รายงานเนื้อหาที่ไม่เหมาะสม
เคล็ดลับข้อผิดพลาด

รายงานการล่วงละเมิด

ความคิดเห็นย่อหน้า

เข้า สู่ ระบบ