ดาวน์โหลดแอป
97.33% IMPIAN EMAK UNTUK IFA / Chapter 73: SURPRISE FOR ALANA

บท 73: SURPRISE FOR ALANA

<p>Sudah mau ending nih kayaknya<br/>Terima kasih kepada readers setia terutama yang rajin komen dan kasih power stone<br/>lopyu fuuuulll..🥰😘<br/>⭐⭐⭐⭐<br/><br/>Happy Reading ❤<br/><br/>"Al, kalau gue perhatiin lama-lama si Rendy kok makin ganteng ya," ucap Ifa sambil memperhatikan Rendy yang sedang bercakap-cakap dengan seorang pelanggan resto.<br/><br/>"Huush... ingat, elo sudah punya anak 3, Pah." Alana mengingatkan. "Nggak usah aneh-aneh. Nanti babang Chico ngambek lagi lho. Lo lupa, tadi pag laki lo ngomel-ngomel sepanjang perjalanan?"<br/><br/>"Gue kan cuma bilang Rendy tambah ganteng. Dan itu omongan jujur. Nggak dilebih-lebihkan atau dikurangi." Jawab Ifa nggak mau kalah. "Iky aja yang terlalu sensi."<br/><br/>"Lo tuh suka lupa ya kalau suami lo itu cemburuan. Masih belum cukup kejadian yang waktu itu? Elo mau dia beneran cari bini lain?" tanya Alana sewot.<br/><br/>"Nggak mungkin lupa lah, Al. Cuma kadang gue memang sengaja muji-muji orang lain, biar dia cemburu. Itu artinya Iky beneran cinta sama gue." sahut Ifa sambil terkikik.<br/><br/>"Astaga dasar koplak lo, Pah. Terserah elo deh. Yang pasti jangan nangis kalau sampai beneran dia pergi dari elo." Alana menghela nafas pasrah. <br/><br/>"Tenang Al, sekarang ini gue langsung minta maaf kok sama dia. Biar nggak kelamaan ngambeknya."<br/><br/>"Servis plus plus ya, Pah?" ledek Alana. Ifa hanya nyengir mendengar ucapan sahabatnya. <br/><br/>"Ren, sini sebentar." panggil Ifa. Rendy yang sudah selesai bicara dengan salah satu pengunjung resto datang menghampiri dengan senyum terkembang.<br/><br/>"What's up boss?" <br/><br/>"Ren, kamu malam ini setelah resto tutup ada acara nggak?" tanya Ifa. "Temenin gue yuk. Gue lagi pengen jalan nih. Bosen di rumah melulu urus bayi.<br/><br/>"Pah, elo mau ngapain sih?" tanya Alana kaget. "Nggak usah ngadi-ngadi deh. Pengen babang Chico ngamuk lagi?"<br/><br/>"Paling-paling digempur 2 ronde, Al," jawab Alana santai. "Lagian gue juga nggak aneh-aneh kok sama Rendy. Gue mau minta temenin dia ke mall sebentar. Gue lagi malas nyetir."<br/><br/>"Gue ikut." ucap Alana tegas. "Gue nggak mau disalahin sama Rizky karena membiarkan elo pergi berdua Rendy."<br/><br/>"Ya sudah, ikut aja. Malah seru pergi rame-rame. Iya kan, Ren?" Rendy mengiyakan perkataan bosnya. <br/><br/>⭐⭐⭐⭐<br/><br/>"Nanti langsung aja kesana. Sesuai yang sudah disepakati."<br/><br/>"...."<br/><br/>"Iya, semua sudah beres. Tinggal eksekusinya aja."<br/><br/>"..."<br/><br/>"Oke. Gue sudah dalam perjalanan kok."<br/><br/>⭐⭐⭐⭐<br/><br/>"Pah, katanya mau ke mall. Kok malah ke apartemennya Rendy?" tanya Alana bingung saat mobil memasuki tempat parkir apartemen. <br/><br/>"Mampir sebentar Al. Aku mau ganti baju. Nggak enaklah jalan-jalan sama cewek-cewek cantik pakai kaos oblong," jawab Rendy sambil turun dari mobil.<br/><br/>"Pah, gue nggak berani ah main ke apartemen cowok. Kalau bang Zayyan tau gue bisa diomelin. Belum lagi kalau emak dan babe ikutan tau. Hiiii... ngeri gue." bisik Alana pelan sambil mengikuti langkah Rendy dan Ifa.<br/><br/>"Nggak papa. Nggak bakal ada yang tau. Gue nggak bakal bilang sama bang Zayyan soal malam ini."<br/><br/>"Before we go to the mall, let me make you a snack. Okay?" ucap Rendy.<br/><br/>"Nggak usah Ren. Kamu buruan ganti baju terus kita ke mall. Biar nggak kemalaman."<br/><br/>"Santai aja, Al. Sesekali elo pulang malam nggak papa lagi. Anggap aja lagi me time. Lagian elo kan perginya sama gue." Ifa berusaha menenangkan sahabatnya. "Apartemennya Rendy nyaman banget lho. Begitu lo masuk pasti elo bakalan lupa pulang."<br/><br/>Alana tetap khawatir tapi dia sudah tidak bisa mundur karena Ifa terus mengikuti Rendi<br/><br/>"Pah..."<br/><br/>"C'mon Al.. I'm not a pervert.. you'll be okay. I promise." Rendy meyakinkan Alana yang masih terlihat ragu.<br/><br/>Mata Alana membulat saat melihat isi apartemen Rendy yang terbilang mewah dan luas. Bukan apartemen sekelas chef biasa. Hmm.. apakah Rendy orang kaya? Alana sibuk bertanya dalam hati sambil mengamati isi apartemen tersebut.<br/><br/>"Gue nggak bohong kan? Apartemen Rendy luas dan nyaman. Makanya gue betah banget pas kabur kesini." ucap Ifa. <br/><br/>"Silahkan melihat-lihat. Kalau kalian ingin minum, ambil aja di kulkas. Aku ganti baju dulu ya. Oh ya, kalau kalian mau istirahat pakai saja kamar tamu itu." ucap Rendy sebelum menghilang ke dalam kamarnya di lantai atas. <br/><br/>"Gilaaa... dia tajir banget ya, Pah? Ngapain dia kerja sama kita ya. Jadi nggak enak hati gue ngasih gaji cuma segitu." bisik Alana. <br/><br/>"Orang tuanya punya resto makanan Italia di Singapura dan Malaysia. Kebetulan sekarang mereka stay di Singapura. Harusnya Rendy yang menjalankan resto yang di Malaysia. Tapi dia menolak karena masih mau mempelajari resep-resep Indonesia. Apartemen ini dibelikan oleh ibunya untuk dia dan adiknya yang kebetulan menikah dengan orang Indonesia. Sayang adiknya mengalami kejadian tragis yang waktu itu gue ceritain ke elo." Alana manggut-manggut mendengar penjelasan Ifa.<br/><br/>Tiba-tiba hp Alana berdering. Tanpa melihat layar hp, Alana tau siapa yang menelponnya. Zayyan, suaminya. Mati gue, keluh Alana. Gue kan janji langsung pulang. Bang Zayyan hari ini pulang on-time. <br/><br/>"Kok nggak diangkat Al?" tanya Ifa sambil menyesap juice yang diambilnya dari dalam kulkas. "Bang Zayyan yang telpon?"<br/><br/>"Pah, gimana dong? Tadi pagi gue janji sama bang Zayyan untuk langsung pulang. Ini gue malah ikutan elo ke tempatnya Rendy. Mampus deh gue kalau bang Zayyan tau gue mampir ke tempat cowok lain."<br/><br/>"Halah, bilang aja elo nemenin gue." jawab Ifa santai.<br/><br/>"Tapi gue kan sudah janji, Pah." Suara Alana terdengar khawatir. <br/><br/>"Ya, sudah lo jawab dulu tuh telponnya. Nanti abang gue ngamuk lho. Dia jarang marah, tapi kalau sudah marah.. iih nyeremin." <br/><br/>"Pah, jangan nakut-nakutin gitu dong. Gue gemetaran nih. Bismillaahirrahmaanirrahiim. "<br/><br/>"Halo bang...."<br/><br/>"Kenapa lama banget sih jawab telponnya. Kamu lagi nyetir? Bukannya kamu tadi pagi berangkat bareng Ifa?"<br/><br/>"Eh maaf bang.. nggak dengar. Tadi hpnya Alana silent. Lupa nyalain lagi."<br/><br/>"Kamu kok belum sampai ke rumah? Tadi aku telpon ke resto, kata Mutia kamu dan Ifa sudah pulang. Jalanannya nggak macet kan?"<br/><br/>"Nggak macet kok bang. Ini Ifa minta temenin ke mall."<br/><br/>"Kamu kenapa nggak minta ijin dulu?" terdengar nada tak senang dari seberang sana. "Wait, barusan Ifa posting foto di IG. Kalian bukan lagi di mall. Kalian dimana?" Mampus gue, Alana mulai panik. Refleks ia memutuskan telpon.<br/><br/>"Ipaaaah... elo ngapain pake posting-posting di IG sih?" protes Alana mau menangis. "Barusan bang Zayyan liat IG lo."<br/><br/>"Al, kan jarang-jarang kita main ke apartemen mewah kayak gini." Ifa masih asyik berselfi ria tanpa mempedulikan Alana yang sudah mau menangis. "Santai aja, bilang aja lagi di apartemennya Badriah. Ya ampun... tadi gue nge-tag Rendy dan nyebutin nama apartemen ini. Yaa.. gimana dong Al."<br/><br/>Drrrt.. drrrt... sebuah pesan masuk ke hp Alana. Wajah Alana langsung panik saat membaca pesan tersebut.<br/><br/>"Pah, bang Zayyan nyusul kesini. Gimana dong?" tanya Alana dengan suara hampir menangis.<br/><br/>"Yaaa... gimana dong. Abang gue pasti ngamuk deh."<br/><br/>"Apalagi sama gue. Jangan-jangan nanti dia ceraiin gue."<br/><br/>"Nggaklah Al. Paling-paling elo nggak boleh keluar rumah lagi."<br/><br/>Tiba-tiba terdengar dering bel. Rendy yang tampaknya baru selesai mandi keluar dari kamar hanya menggunakan celana panjang tanpa atasan sehingga menampakkan tubuh berototnya. Ia bergegas membukakan pintu.<br/><br/>"Gilaaaa... bagus banget bodynya," seru Ifa kagum. Alana buru-buru menutup mata Ifa dengan tangannya. Ia sendiri langsung membuang pandang agar tak melihat perut Rendy yang sixpack itu.<br/><br/>"Eh.. silahkan masuk mas. Cari siapa ya?"<br/><br/>"Mana istri saya?" terdengar suara bang Zayyan. Alana mendadak membeku saat mendengar suara itu.<br/><br/>"Siapa ya istri Anda? Maaf, apakah Anda tidak salah apartemen. Saya tidak mengenal istri anda." elak Rendy sambil menghalangi Zayyan yang hendak masuk.<br/><br/>"Itu istri dan adik saya. Kamu masih mau mengelak?" suara bang Zayyan terdengar geram.<br/><br/>"Hey.. hey.. calm down bro. I don't know that one of those women is your wife." Rendy mempersilahkan Zayyan masuk.<br/><br/>"Oh jadi begini kelakuan kamu kalau di luar rumah? Berkunjung ke rumah lelaki lain?" bentak Zayyan. Alana tak mampu menjawab karena ia tau kalau ia salah.<br/><br/>"Sabar bang. Alana cuma nemenin gue kok." bela Ifa.<br/><br/>"Seharusnya dia itu ijin dulu sama suami kalau mau kemana-mana. Bukan kelayapan kayak begini. Istri macam apa itu!?"<br/><br/>"Bang.. hiks.. hiks.. maafin Alana." suara Alana terdengar lemah disela isak tangisnya.<br/><br/>"Elo juga, Pah. Elo tuh punya suami. Jangan sembarangan jalan sama lelaki lain yang bukan mahram lo! Malu gue punya adik kayak elo. Kalau elo mau nakal jangan bawa-bawa istri gue!!"<br/><br/>"Hiks.. hiks.. ini bukan salah Ifa, Bang. Alana yang maksa mau menemani dia. Karena Alana nggak mau Ifa pergi berduaan sama Rendy."<br/><br/>"Halah!! Kalian berdua dari dulu emang selalu aja saling melindungi."<br/><br/>Tiba-tiba...<br/><br/>"Happy birtday to you.... Happy birtday to you... Happy birtday dear Alana.... Happy birtday to you." Dari luar masuklah anak-anak GCK beserta para suami mereka, crew resto dan tentunya Rizky. Meta berjalan paling depan sambil membawa kue tart.<br/><br/>"Selamat ulang tahun bestie...." teriak anak-anak GCK. Alana hanya melongo melihat itu semua.<br/><br/>"Surprise! Selamat ulang tahun istriku tercinta," bisik Zayyan sambil memeluk dan mencium bibir istrinya. Alana tergagap tak siap dengan ciuman Zayyan. Dengan kesal ia menggigit bibir Zayyan sehingga Zayyan melepaskan tautan bibir mereka. Alana menangis.<br/><br/>"Abang jahat!!" Alana memukul dada suaminya. Zayyan hanya tersenyum seraya memeluk erat tubuh Alana. "Abang tega!"<br/><br/>"Cup.. cup.. cup... ini rencana Ifa buat kasih surprise. Kamu pasti lupa kan kalau hari ini kamu ulang tahun?" bisik Zayyan mesra. "Ini ulang tahun pertama kamu setelah kita menikah."<br/><br/>"Selamat ulang tahun ya Al." seru yang lain sambil bertepuk tangan. Alana mengangkat wajahnya yang dari tadi ia sembunyikan di dada suaminya. Dilihatnya orang-orang yang dia sayangi ada di situ. <br/><br/>Ifa menghampiri Alana dan memeluknya sembari mengucapkan selamat kepada sahabat sekaligus kakak iparnya itu. "Met ulang tahun ya Al. Gue harap setelah ulang tahun ini elo dan bang Zayyan bisa memberikan keponakan buat gue. Biar nanti anak-anak kita gede bareng dan bisa main bareng kayak kita dulu."<br/><br/>"Elo tega banget sih, Pah. Ngasih surprise kok kayak gini. Elo tau nggak kalau gue takut beneran pas bang Zayyan marah," omel Alana sambil menghapus air matanya. "Kamu juga Ren. Kok bisa-bisanya ikutan ngerjain. Akting kamu bagus banget."<br/><br/>"It's a surprise for my sweet boss." Rendy menampilkan smirk-nya, yang membuat crew resto yang perempuan langsung melting. "Aku hanya mengikuti perintah bos Ifa."<br/><br/>Setelah itu bergantian para sahabat dan crew memberikan selamat kepada Alana. Acara dilanjutkan dengan makan malam bersama. Malam itu Rendy khusus memperlihatkan ketrampilan memasaknya di hadapan semua tamu. <br/><br/>"Ren, elo tambah keren kalau masaknya shirtless." teriak Ifa sambil tertawa. Namun tawanya langsung berhenti saat melihat tatapan tajam Rizky.<br/><br/>"Nggak usah ngada-ngada nyonya Rizky. Suamimu ada disini." tegur Rizky.<br/><br/>"Kalau suamiku nggak ada disini boleh lihat Rendy masak shirtless?" tanya Ifa sengaja memancing kecemburuan Rizky. <br/><br/>"Coba aja kalau kamu mau nggak ketemu sama triplet." ancam Rizky.<br/><br/>"Waaah... berat banget ancaman babang Chico," ledek Cilla yang duduk bersandar di pelukan Athar.<br/><br/>"Iya Cil, kalau sudah keluar ancaman kayak gitu gue ngaku kalah deh," jawab Ifa sambil tertawa. <br/><br/>"Maksud aku, kalau Rendy masaknya shirtless kamu bisa liat sixpacknya dia dan itu memotivasi kamu untuk punya sixpack yang sama dengan dia, sayang."<br/><br/>"Huuuuu... bisa aja lo, Pah." ledek yang lain. <br/><br/>Setelah makan malam mereka bersantai sambil mengobrol. Tiba-tiba Onit menjerit. Wajahnya menunjukkan kesakitan yang sangat. Rivaldi yang belum lama sampai langsung memeluk Onit dengan perasaan cemas.<br/><br/>"Mas, kayaknya aku mau melahirkan. Tolong hubungi dokternya ya."<br/><br/>Untunglah Rivaldi sudah terlatih sebagai dokter. Walaupun cemas setengah mati melihat wajah kesakitan istrinya, ia bisa bersikap tenang. Ia langsung menghubungi pihak rumah sakit dan memberitahu bahwa setengah jam lagi mereka akan tiba di rumah sakit.<br/><br/>"Tarik nafas dan keluarkan pelan-pelan, Nit." Ifa dan Cilla membantu Onit untuk mengurangi rasa sakitnya. <br/><br/>"Bang, kontraksinya sudah 7 menit sekali," lapor Ifa yang dari tadi menghitung jarak kontraksi. <br/><br/>"Ayo kita segera berangkat ke rumah sakit." <br/><br/>Benar-benar ulang tahun yang tak terlupakan, pikir Alana sambil tersenyum.<br/>⭐⭐⭐⭐</p>


Load failed, please RETRY

สถานะพลังงานรายสัปดาห์

Rank -- การจัดอันดับด้วยพลัง
Stone -- หินพลัง

ป้ายปลดล็อกตอน

สารบัญ

ตัวเลือกแสดง

พื้นหลัง

แบบอักษร

ขนาด

ความคิดเห็นต่อตอน

เขียนรีวิว สถานะการอ่าน: C73
ไม่สามารถโพสต์ได้ กรุณาลองใหม่อีกครั้ง
  • คุณภาพงานเขียน
  • ความเสถียรของการอัปเดต
  • การดำเนินเรื่อง
  • กาสร้างตัวละคร
  • พื้นหลังโลก

คะแนนรวม 0.0

รีวิวโพสต์สําเร็จ! อ่านรีวิวเพิ่มเติม
โหวตด้วย Power Stone
Rank NO.-- การจัดอันดับพลัง
Stone -- หินพลัง
รายงานเนื้อหาที่ไม่เหมาะสม
เคล็ดลับข้อผิดพลาด

รายงานการล่วงละเมิด

ความคิดเห็นย่อหน้า

เข้า สู่ ระบบ