ดาวน์โหลดแอป
67.5% Ex-Bangsat Boys / Chapter 27: Pergi Tamasya

บท 27: Pergi Tamasya

"Una mana sih? Ini kan kuliah perdana, kok gak kelihatan batang hidung mancungnya sedari tadi?". Gumam Ririn sambil celingak-celinguk. Setelah kejadian yang cukup langka dan menghebohkan di acara malam keakraban itu, akhirnya kuliah perdana dimulai. Dan kampus pun dibuat ramai oleh reporter-reporter yang hendak mewawancarai saksi mata dilokasi kejadian. Jeka, Victor, dan Jimi enggan memberikan kesaksian. Jeka tidak mau memperpanjang masalah ini dan menjadikannya perbincangan hangat diluar sana. Ia akan menyelesaikannya sendiri, baginya ini adalah privasinya.

Apalagi para maba yang saat itu mengikuti kegiatan ospek sudah tahu jika Unaya adalah penyebab dari semua masalah yang terjadi. Mereka tidak benci Unaya, hanya mulut mereka gatal jika tidak membahas kejadian itu. Dan pada akhirnya satu Indonesia tahu jika Una Frozen telah menyebabkan kekacauan hingga hampir memakan korban jiwa. Tambah minus-lah image gadis itu dimata netizen.

Kembali lagi pada Ririn yang masih menggerutu karena tidak bisa menghubungi Unaya. Padahal semalam mereka sudah janjian hendak bertemu dikampus. Memang sih sedari tadi telinga Ririn tanpa henti menangkap nama Unaya disebut. Ririn memang tidak ada ditempat itu saat kejadian, namun ia mendengar cerita dari suaminya. Membayangkannya saja sudah ngeri, belum lagi suaminya ikut membantu Jeka di TKP. Percayalah meski Ririn kadang kesal setengah mati pada Victor, tapi saat lelaki itu bercerita ia dibuat nangis bombay. Untung saja Victor enggak mati, kalau mati siapa yang mau bayar kreditan panci?

"Ngomel-ngomel aja Say? Mending bantuin gue nempel selebaran berita hot ini". Ririn mendongak kemudian menatap Yuna si jurnalis kampus yang pagi ini sudah menempelkan berita hot tentang Unaya disetiap sudut tembok.

"Hot News! Setelah Una Frozen ke-gap pangku-pangkuan sama Jeka, ternyata dia penyebab kejadian mencekam di hutan pinus! Ada hubungan apa sebenarnya antara Jeka dan Una Frozen? Masa sepupuan sedeket itu! Masih menjadi misteri...". Mulut Ririn komat-kamit membaca sedikit artikel yang ditulis Yuna, dalam hati mengumpat karena sungguh beritanya gak penting banget. Tapi anehnya berita yang enggak penting begini malah ramai diperbincangkan hingga jadi viral.

"Sumpah Yun, berita lo gak bermutu banget tahu gak?! Ini kan privasi Una sama Jeka, ngapain dijadiin topik perbincangan banyak orang? Lagian lo kan asistennya Unaya, kok malah jatuhin nama baiknya?!". Omel Ririn. Yuna jelas tergagap karena merasa tertohok. Ia memang asisten Unaya tapi ia kan juga menjabat sebagai jurnalis kampus yang dituntut untuk membuat artikel yang menggemparkan seisi jagat raya.

"Jangan bawa-bawa kerjaan gue dong Say! Kan ini beda lokasi. Kalo di luar kampus gue emang asisten Unaya, tapi kalo lagi dikampus gue kan jurnalis. Ini tuntutan kerjaan aja kok. Lagian gak semua orang mudah kemakan berita kayak gini, ada yang bodo amat dan gak peduli sama urusan orang". Kata Yuna membela diri. Tapi masalahnya kenapa juga harus membahas hal yang tidak penting? Mending kalau bikin artikel yang isinya tentang prestasi anak kampus atau sesuatu yang bertema pendidikan gitu?

"Kalo Jeka tahu lo bikin berita ginian, bisa lengser jabatan lo". Ririn menakut-nakuti.

"Bukan gue kali Say yang jabatannya bakal lengser, kayaknya malah si Jeka deh. Lihatin aja gara-gara insiden IG live banyak mahasiswa yang protes dan nyuruh dia mundur dari jabatannya". Semenjak kejadian itu pula mahasiswa-mahasiswi di kampus mulai hilang respek pada Jeka. Mereka menganggap jika pemuda itu tidak memberikan contoh yang baik sebagai ketua ospek dan BEM. Jeka telah mencoreng nama baik kampus akibat perilakunya. Secara pada saat kejadian IG live itu Unaya sedang hangat diberitakan open BO, maka orang-orang mulai berspekulasi aneh-aneh. Apalagi posisi pangku-pangkuan juga sangat mendukung untuk memikirkan yang iya-iya.

Jeka tidak masalah kok kalau diminta mundur dari jabatannya. Cuma kok yang ngebangsatin saat semua kebaikannya tertutup oleh satu kesalahan saja. Asw!

"Iya makannya gue khawatir banget nih sama Unaya, dia gak ngampus gara-gara masalah ini kali ya?". Tebak Ririn. Bukan mungkin lagi sih ini, Ririn tahu sekali kalau sahabatnya itu sukanya overthingking. Yang aneh adalah orang hobi overthingking kok jadi artis ya? Padahal kalau masuk dunia Entertainment kudu kebal dengan segala macam hujatan juga berita-berita miring.

"Coba ditelepon aja Say". Usul Yuna.

"Oke, gue telepon ya". Ririn pun akhirnya mencoba menelepon Unaya. Sekedar memastikan keadaan gadis itu. Kalau memang Unaya butuh teman cerita, Ririn mah siap lahir batin kalau disuruh bolos hehe.

***

Firasat Ririn memang benar seratus persen, Unaya lagi overthinking. Bahkan sampai pura-pura gak enak badan biar bisa bolos karena malu sama anak-anak kampus. Bayangin aja dong baru jadi maba aja udah bikin gempar dan bawa masalah. Udah pastilah bakalan digunjingin sampai wisuda. Rasanya Unaya pingin pindah atau keluar sekalian dari kampus. Tapi masa baru mulai kuliah perdana udah keluar aja, kan gak lucu.

Kalau Jeka sih cuek, meski ia dihujat dan didemo buat mundur dari jabatan tapi sama sekali tidak membuatnya down. Ya ngapain down kalau Pak Dekan saja masih percaya padanya dan tidak mempedulikan gosip yang belum diketahui kebenarannya itu. Kalau Pak Dekan memintanya untuk mundur dari jabatannya, baru deh Jeka nurut. Lha emang orang-orang yang ngejudge Jeka itu sudah jauh lebih baik daripada dirinya? Sebelum mencaci orang lebih baik berkaca dulu, biar gak malu sama pantulan diri sendiri :)

"Sebenarnya kalau gue bolos terus, masalah gak akan selesai-selesai sih. Harusnya gue hadepin, tapi kenapa malah menghindar. Ahhhhh!!! Tapi gue males jadi bahan gunjingan! Gak enak banget! Gak Unaya yang cupu, gak Unaya yang selebgram kenapa sih hobi jadi bahan gunjingan mulu?!". Teriak Unaya frustasi. Unaya kira menjadi selebgram akan membuatnya berbeda dari dirinya yang dahulu. Ia kira akan dipandang menakjubkan dan selalu disukai. Tapi ternyata tidak, justru sama saja. Atau justru lebih parah? Entahlah yang jelas ia baru menyadari jika Unaya yang dahulu adalah Unaya yang sama dengan Unaya yang sekarang. Mungkin saja ia belum bisa mencintai dirinya sendiri hingga merasa dirinya harus berubah dan tidak boleh jadi seperti dulu.

Drtttt... drttt...

Ponselnya bergetar, ada panggilan masuk dari Ririn. Dengan malas gadis itu mengangkatnya.

"Iya Rin ada apa?". Sahut Unaya ogah-ogahan. Gadis yang penampilannya masih buluk itu menguap beberapa kali. Orang overthingking kan hobi begadang, wajar kalau masih ngantuk.

"Lo dimana Beb? Gue tungguin enggak dateng! Kuliah perdana lho ini". Unaya menjauhkan ponselnya dari telinga karena sumpah suara Ririn melebihi toa masjid.

"Kalem aja ngomongnya Rin. Gue bolos ah bodo amat. Males dijadiin bahan gunjingan. Tapi gue gabut juga ini". Curhat Unaya. Ia belum memiliki planning yang seru untuk membolos. Niatnya bolos biar bisa mikir jernih, tapi kalau gak ada kegiatan juga sama aja, nanti malah lanjut overthingking lagi.

"Lo gak ada syuting atau pemotretan gitu?".

"Udah gue tolak-tolakin sekitar duabelas job tadi. Kalau lagi gak mood juga sama aja ntar syutingnya kacau". Sahut Unaya. Untung Jun CEO yang berhati besar. Meski Unaya menolak pundi-pundi uang, tapi lelaki itu tidak mempermasalahkannya. Baginya Unaya itu aset berharga, sekali dapet Job juga bisa buat ngasih gaji sepuluh karyawan. Yang penting Unaya betah di Jun Hit Entertainment.

"Eummmm... gimana kalo gue pinjemin lego sama puzzle-nya baby Tiger? Lumayan kan buat hiburan? Ntar gue suruh Papah nganterin ke rumah lo".

"Hah? Ngaco lo!". Semprot Unaya. Nyusun puzzle-nya baby Tiger gak sampai semenit juga udah kelar. Kadang Ririn kalau ngasih ide suka terlalu kreatif dan diluar nalar manusia. Eh lupa, dia kan alien.

"Ikut gue ke pantai aja Say". Celetuk Yuna yang tahu-tahu ikutan nimbrung. Kebetulan panggilan mereka di loadspeaker oleh Ririn.

"Yuna? Ngapain lo mau ke pantai?". Tanya Unaya.

"Kebetulan gue mau bikin artikel soal pemanfaatan bulu babi gitu Say. Ikut aja yuk kalo lagi senggang. Gak lama kok, paling sore udah balik". Unaya langsung excited. Wah kebetulan banget udah lama gak dapet vitamin sea. Tapi Jeka kan ngelarang pergi-pergi sebelum masalah mereka dengan Guan selesai. Duh, Unaya jadi dilema.

"Gue ikut juga dong! Gue mah gak apa-apa bolos! Udah sering juga". Ririn ikut-ikutan excited. Maklum mama-mama kurang piknik, sedih banget sama suami gak pernah diajakin tamasya. Sejauh mata memandang, hanya ada peralatan dapur dan popok.

"Terus anak lo gimana? Terlantar nanti". Omel Yuna.

"Kan ada Papah. Apa gunanya punya suami kalo gak dikuras tenaganya? Buatnya berdua masa yang ngasuh gue aja!". Ririn dan Yuna malah adu mulut sementara Unaya masih bergelut dengan pemikirannya sendiri. Gimana ya? Pingin ke pantai tapi Jeka udah ngewanti-wanti buat gak pergi-pergi dulu. Kalau ngeyel kok kesannya gak menghargai Jeka banget.

"Guys, tapi kayaknya gue gak bisa deh".

"Kenapa?!". Sahut Ririn dan Yuna kompak.

"Jeka gak ngebolehin. Gue gak mungkin ngelawan kan". Terdengar decakan malas dari mulut Ririn.

"Yaelah Na! Jeka kan belum jadi suami lo, ngelawan dikit gapapa lah. Inget ya kita jadi cewek harus bikin cowok bertekuk lutut! Jangan jadi istri-istri takut suami dikemudian hari! Harusnya suami-suami takut istri". Kata Ririn menggebu.

"Iya Na, lagian ini Jeka kayaknya super sibuk. Gak mungkin sadar kalo lo pergi-pergi sampai sore. Bohong dikit gapapa Na". Yuna ikut-ikutan mempengaruhi pikiran suci Unaya. Tapi apa yang dikatakan Yuna benar juga sih, Jeka kan sibuk mana mungkin pemuda itu sempat menanyakan keadaannya atau bahkan mengecek secara langsung ke rumah.

"Tapi guys ada pepatah yang bilang; sekali kita bohong, maka akan ada kebohongan-kebohongan selanjutnya". Kata Unaya masih mempertahankan pikiran sucinya.

"Siapa tuh pepatah? Gue gak kenal? Lo kenal Yun?".

"Lah anak mana tuh pepatah? Udah lah Na, ngapain sih lo dengerin si pepatah atau si penyambung itu? Ini cuma ke pantai aja, ya ampun. Cuma sampai sore, serius deh". Bujuk Yuna lagi.

"Oke deh. Naik apa ke pantainya?". Setelah lama berfikir akhirnya Unaya setuju juga. Toh ia juga butuh merefresh pikirannya. Sumpek banget akhir-akhir ini bahkan sampai bikin lemas tak berdaya. Artinya tubuh membutuhkan pembaharuan.

"Gue sama Yuna bawa motor, ntar lo bonceng aja".

"Gue ada mobil tuh. Ada yang bisa nyetir gak?". Unaya teringat mini Cooper-nya yang masih betah di garasi mobil. Kasihan gak pernah dipakai dan diajak pergi-pergi, pasti bosen banget.

"Gue bisa!". Sahut Yuna langsung.

"Seriusan lo? Punya SIM emang?". Ririn sungguh tidak yakin kalau Yuna bisa nyetir. Bawa mobil ke kampus aja gak pernah.

"Gue emang gak punya SIM. Tapi kalo nyetir mobil bisa. Babe gue kan punya mobil pick-up, gue sering nganterin sayur ke pasar".

"Kalo ada polisi gimana?! Ntar Unaya kena skandal lagi!".

"Di pantai mana ada polisi sih Rin?!". Lagi-lagi Ririn dan Yuna malah adu mulut.

"Udah-udah gak usah berantem. Gue tunggu di rumah, bye!". Unaya buru-buru mematikan sambungan telepon. Gadis itu memijit pelipisnya, dengerin suara Ririn sama Yuna bikin tambah pusing. Selanjutnya Unaya meletakkan ponselnya dan bergegas ke kamar mandi untuk siap-siap.

***

"Jadi males rapat gak sih? Ngelihat muka Jeka aja udah kayak gimana gitu. Kelakuannya bikin ilfiel". Ujar salah satu anggota BEM pada teman-temannya.

"Jangan salahin Jeka kali, yang kegatelan ya si Una Frozen itu. Ah, ralat! Una Bitch". Sahut anggota yang lain. Semenjak ada fitnah keji Unaya open BO, nama Una Frozen mendadak berubah menjadi Una Bitch.

"Ekhemmmm!". Semua yang ada di ruang rapat mendadak kicep saat Jeka tiba-tiba datang. Tadi aja ngegosipin selancar jalan tol, pas ada orangnya langsung mati kutu.

"Kalo gak suka sama orang jangan ngomongin di belakang, ntar kalo mau minta tolong gak enak". Sindir Jeka. Semuanya langsung menunduk dalam, bukan menyesal sih tapi lebih ke gak enak. Di depan Jeka sok baik, tapi dibelakang ngomongin.

"Terus tadi gue denger ada yang nyebut-nyebut Una Bitch. Coba gue tanya, lo tahu artinya bitch apaan?". Tunjuk Jeka ke arah gadis yang tadi menyebut Una Bitch.

"Eungggg... pelacur". Sahut gadis itu dengan perasaan tidak enak.

"Emang lo pernah lihat Unaya jual diri? Pernah lihat Unaya di booking om-om?". Gadis itu menggeleng. Yang mereka lihat hanyalah video berdurasi sembilan belas detik tapi bukan didalam kamar, melainkan didepan hotel dan di dalam video itu Unaya sedang dimaki-maki cowok ganteng.

"Kalau ngomong jangan sembarangan. Gue sekarang managernya Unaya, gue bisa bawa ini ke meja hijau dengan tuduhan pencemaran nama baik". Kata Jeka serius. Sumpah ini serius banget, kalau sampai gosip ini tidak mereda, maka dengan amat terpaksa Jeka akan perkarakan orang-orang yang telah menyebar fitnah tentang Unaya.

"Maafin kita Jek, kita tahu kita gak seharusnya ngomong sembarangan soal Unaya". Kata gadis itu menyesal.

"Itu tadi baru peringatan. Kalau sampai ada yang berani nyakitin Unaya, abis lo semua. Gue cuma mau kasih tahu aja kalo gue bukan kembarannya Unaya, melainkan calon suaminya". Ujar Jeka tanpa ragu hingga membuat anggota rapat saling pandang. Ini sih bukan hot news lagi, melainkan berita menggemparkan.

Sementara itu Ririn dan Yuna sudah sampai dirumah Unaya. Motor keduanya dititipkan disana dan siap meluncur menggunakan mini Cooper.

"Rumah lo sepi banget Say?". Tanya Yuna basa-basi.

"Mama gue kan kerja, Adek-Adek juga masih sekolah, Jeka-nya ke kampus". Sahut Unaya enteng.

"Terus lo udah pamit belom? Meski gak bilang ke Jeka kalo mau ke pantai,  jangan lupa kabarin Mama lo". Peringat Ririn.

"Beres. Gue udah chat Mama tadi, cuma kayaknya gue harus telepon om Jun deh. Kasihan dia pasti sedih banget karena gue gak mau syuting". Unaya pun bergegas menelepon Jun.

"Halo Om, Unaya mau ke pantai ya...". Kata Unaya ceria begitu Jun mengangkat telepon darinya.

"Tapi...".

"Om tenang aja, ada Yuna kok. Ntar aku bikin Vlog deh. Una janji perjalanan ini akan nguntungin Om. Dadah!". Potong Unaya seenak jidat bahkan Jun belum selesai berbicara. Bahkan Ririn dan Yuna pun sampai melongo dibuatnya. Bawahan yang gak takut sama CEO ya cuma Unaya.

"Let's Go!". Komando Unaya sembari masuk kedalam mobil. Ririn dan Yuna mengikuti, mereka bertiga akhirnya meluncur ke pantai.

"Gilaaaaaaaa.... atap mobil Unaya bisa kebuka!!!". Teriak Ririn norak. Unaya cekikan melihat ekpresi katro Ririn sementara Yuna malu sendiri.

"Norak lo. Ngeliat mobil yang atapnya terbuka aja sampai matanya mau copot. Mobil pick-up sama truk juga bisa begini kali Rin". Ririn menggerakkan bibirnya bak meledek Yuna. Mini Cooper disamain sama pick up, ya jauh lahhhhhh.

"Tapi gue jadi berasa kek perawan lagi, sumpah gue seneng banget". Ujar Ririn yang membuat Unaya terenyuh. Mungkin Ririn jenuh dengan kesehariannya, tapi wanita itu tidak bisa mengeluh lantaran sudah memutuskan menjadi seorang istri.

"Puas-puasin Rin mumpung gak ada anak sama suami".

"Lah ngomongin soal suami, gue belum telepon dia. Anak gue dikasih makan apa enggak tuh". Meski ingin punya waktu sendirian, tetap saja Ririn kerap terbayang-bayang suami dan anaknya kalau lagi pergi. Langsung saja ia menelepon Victor.

"Mah, kamu dimana? Buruan pulang, kelas ku udah mau mulai nih". Ririn dan Victor memang mengambil kelas dijam yang berbeda agar bisa bergantian mengasuh Baby Tiger. Sebetulnya kerjasama pasutri itu patut diacungi jempol karena meski sibuk tapi tidak merepotkan orangtua. Mereka benar-benar mandiri meski kerap mengalami kesulitan.

"Aku lagi otw pantai. Tapi tenang aja makanan Baby Tiger udah aku siapin sampai ntar sore tinggal kamu angetin aja". Peringat Ririn.

"Hah? Ke pantai sama siapa?!".

"Rahasia dwong". Sahut Ririn menyebalkan. Unaya dan Yuna cekikikan mendengar jawaban Ririn.

"Siapa tuh cekikikan?". Tanya Victor penuh curiga.

"Udah Papah gak usah kepo! Jangan ganggu Mamah hari ini. Mamah mau tamasya dulu, bhayyyyy!!!".

"HAHAHAHAHA!". Begitu Ririn menutup telepon, ketiganya terbahak. Hari ini harinya para gadis. Gadis-gadis yang suntuk butuh hiburan, jangan diganggu.

--Ex-Bangsat Boys--


Load failed, please RETRY

สถานะพลังงานรายสัปดาห์

Rank -- การจัดอันดับด้วยพลัง
Stone -- หินพลัง

ป้ายปลดล็อกตอน

สารบัญ

ตัวเลือกแสดง

พื้นหลัง

แบบอักษร

ขนาด

ความคิดเห็นต่อตอน

เขียนรีวิว สถานะการอ่าน: C27
ไม่สามารถโพสต์ได้ กรุณาลองใหม่อีกครั้ง
  • คุณภาพงานเขียน
  • ความเสถียรของการอัปเดต
  • การดำเนินเรื่อง
  • กาสร้างตัวละคร
  • พื้นหลังโลก

คะแนนรวม 0.0

รีวิวโพสต์สําเร็จ! อ่านรีวิวเพิ่มเติม
โหวตด้วย Power Stone
Rank NO.-- การจัดอันดับพลัง
Stone -- หินพลัง
รายงานเนื้อหาที่ไม่เหมาะสม
เคล็ดลับข้อผิดพลาด

รายงานการล่วงละเมิด

ความคิดเห็นย่อหน้า

เข้า สู่ ระบบ