Lucas mengantar Yeri pulang menjelang malam. Gadis itu yang meminta karena tidak mau orang rumah khawatir melihatnya dalam keadaan tidak baik-baik saja. Setelah memastikan jika Yeri tenang dan tidak menunjukan wajah shock seperti tadi, Lucas langsung mengantar gadis itu. Ngeri nanti diamuk sama Jeka kalau Yeri-nya telat dipulangin. Lucas kan masih mau hidup seribu tahun lagi.
Dan benar saja, begitu masuk ke pekarangan rumah, Jeka sudah menunggu didepan teras sambil bersedekap dada. Ngeri abis deh, udah duduk ngangkang sambil ngerokok, tangan di tatto, natap dengan tatapan setajam sinar laser. Lucas yang notabene penguntit aja gak berani kok beradu tatap sama Jeka.
Jeka terus menyoroti dua manusia berbeda jenis kelamin itu sampai berdiri tepat dihadapannya. Terutama menyoroti sosok pemuda asing yang membawa pulang adiknya telat hari ini. Sementara itu Yeri yang paham kalau bakal terjadi masalah besar, cepat-cepat merangkul tangan Abang-nya.
"Abang, maafin Yeri pulang telat hari ini. Tadi tuh...".
"Lo siapa?". Tanpa menghiraukan adiknya dan tanpa melepas tatapan dari Lucas, Jeka bertanya dengan nada nge-gas.
"Saya Lucas Bang". Sahut Lucas sambil mengapitkan kedua pahanya karena takut ngompol.
"Anak mana lo? Temen Yeri? Kenal Yeri dari mana? Punya nyali juga lo bawa Adek gue pulang malem! Tahu gue siapa gak?!". Tanya Jeka bertubi-tubi tanpa rem, biasalah rem-nya udah blong. Yeri pun dibuat tidak enak pada Lucas. Duh... cowok itu kan yang udah bantuin lolos dari Mario, bahkan dengan baik hatinya mau nemenin dan nganterin pulang dengan selamat. Terlebih Lucas sekarang jadi gebetan baru-nya, kalau Abang-nya beringas gini gak ada cowok yang berani deketin dia dong.
"Ihhhhh... Bang Jeka gak sopan banget sih, ada tamu bukannya disuruh duduk malah diomelin". Tegur Yeri.
"Oh lo mau duduk?". Tanya Jeka sarkas, Lucas otomatis mengangguk dengan mata berkedip-kedip.
"Ya udah duduk aja...".
"Yes!". Sorak Lucas dengan suara amat lirih dan hendak duduk di kursi sebelah Jeka.
"Duduk di lantai maksudnya!". Tambah Jeka sadis.
"IHHHHHHH... ABANG!!!". Jerit Yeri jengkel.
"Lo diem aja Yer, nih cowok beraninya bawa lo pulang telat banget kayak gini. Gue khawatir kalo ada apa-apa sama lo, gue denger dari Jeni si Mario berulah". Ujar Jeka melembut di akhir kalimatnya. Pemuda itu tahu adiknya sengaja menutupi kebusukan Mario darinya. Untuk itulah ia berhati-hati ketika mulai membahas kekasih adiknya itu. Yeri menunduk dan kembali terisak, Lucas yang mendengarnya merasa terenyuh. Seharian bersama Yeri membuatnya paham kesedihan gadis itu, ia jadi ikut merasakan sakitnya dimanfaatkan seseorang yang kita cinta. Duhhh... kok Lucas jadi pingin bahagiain Yeri.
"Udah gila kali ya gue, Abang-nya beringas gitu! Ngeri nanti di mutilasi kalo bikin adiknya nangis walau hanya setetes". Batin Lucas sambil geleng-geleng kepala mencoba mengenyahkan pikiran ngawurnya barusan.
"Maafin Yeri Bang, Yeri udah kecewain Abang". Jeka menghembuskan nafas untuk meredam emosinya kemudian membawa Yeri ke dalam pelukannya.
"Gak apa-apa. Dijadiin pembelajaran, jangan sampai lo dimanfaatin cowok cupu kayak dia. Bilang sama gue, lo diapain sama dia? Gue kudu apain dia?". Yeri menggeleng keras. Gak mau bikin gara-gara. Gak mau kalau Jeka dan Mario kembali bermusuhan seperti dulu. Udah cukup jangan ada dendam-dendaman lagi.
"Gak perlu lo apa-apain dia Bang, gue sama dia udah berakhir. Dan gue baik-baik aja berkat Mas Lucas, dia yang nemenin gue seharian ini. Gue tenangin diri dulu sebelum pulang, gak mau bikin Mama kepikiran". Jelas Yeri. Jeka mulai melunak, ia menatap Lucas tak setajam tadi. Pemuda itu menepuk pundak Lucas beberapa kali kemudian mengucapkan terimakasih.
"Sorry Bro, gue gak bermaksud kasar ke lo. Gue cuma khawatir sama Adek gue, gak biasanya dia balik telat. Di rumah ini isinya cewek semua, gue doang yang cowok. Gue punya tanggung jawab buat jagain mereka semua, jadi kalau terjadi sesuatu sama mereka, gue pasti bakal ngerasa bersalah seumur hidup". Ujar Jeka yang membuat hati Lucas bergetar. Jangan salah paham dulu, ini bukan bergetar karena jatuh cinta yaaaaa... melainkan karena kagum pada Jeka. Biar penampilan kayak preman, tapi hatinya begitu tulus dan penyayang. Tidak salah Unaya idolanya nempel banget kayak perangko sama Jeka, begitulah batin Lucas. Bos Guan rada-rada aneh, masa orang sebaik Jeka mau dimusnahkan.
"Santai aja Bang, saya juga minta maaf udah bawa Yeri pulang telat". Dan akhirnya Jeka dan Lucas saling melempar tawa, Yeri pun mesam-mesem kayak orang gila kehabisan obat melihat tawa Lucas. Iya ini tuh gila karena cinta :')
"Bang, mau yang kayak Mas Lucas satu". Bisik Yeri sambil gigitin kaos Jeka. Jeka memutar bola mata malas, orang yang baru putus cinta kan biasanya galau sampai nangis sebaskom ya? Lha ini kok adiknya malah mesam-mesem kek orgil.
--Ex-Bangsat Boys--
Setelah ngobrol sebentar dengan Jeka, Lucas semakin yakin dengan keputusannya. Tidak ada yang membahayakan dari sosok Jeka, rasanya lebih aman kalau Jeka ada didekat Unaya. Justru Bos-nya lah yang berbahaya, sifat posesifnya bisa jadi petaka jika terus diikuti. Ayah dan kekasihnya sama-sama super posesif, kasihan Unaya rasanya pasti sesak.
"Ya, halo Bos...". Kebetulan sekali si Bos telepon minta laporan.
"....".
"Semua aman, lelaki itu tidak berbahaya dan tidak macam-macam. Saya bisa menjamin". Dan pada akhirnya Lucas menutupi segala kebenaran demi melindungi Jeka dan Unaya.
Sementara itu didalam kamar, Unaya berguling-guling sambil menghalu. Kan besok pagi dia ulang tahun, ngarep-nya di kasih surprice gitu sama Jeka. Moment ulang tahunnya bareng Jeka kan udah lama banget tuh, pas sweet seventeen dan waktu itu hampir ciuman di kamar karena udah legal. Unaya jerit-jerit sendiri sambil menutupi wajahnya dengan selimut. Ya ampun malu banget sih, kok jadi mikir yang jorok.
"Kan sekarang udah gedhe, bisa kali ya reservasi kamar hotel?". Gumamnya tambah ngawur.
"Ngeri mainnya ke hotel". Sahut suara-suara yang Unaya kenal. Saking kagetnya karena Jeka tahu-tahu menyahut, gadis itu jatuh begitu saja dari kasur. Enggak sakit sih suerrr deh, cuma malunya itu lho. Ini malunya dobel-dobel lagi :(
Bukannya khawatir atau panik gitu tahu Unaya si cantik jatuh, Jeka malah terkekeh kemudian membopong gadis yang wajahnya sudah memerah karena ketahuan mikir jorok itu ke atas kasur.
"Malu ya pasti, gak bakal ditanya lebih lanjut kok". Ujar Jeka sambil mengusap pipi merah Unaya, sesekali tertawa geli seperti meledek.
"Emmmm...." sahut Unaya pendek, masih malu-malu alhasil melengos ke arah lain.
"Mau pamit, kayaknya beberapa hari ini bakal nginep dikampus atau kos-an temen. Dikasih amanat sama Bapak dosen buat siapin ospek". Pamit Jeka udah kayak sama istri, detail banget jelasinnya. Unaya sontak menatap Jeka dengan wajah sedih.
"Yaaaaahhhhhh... kok gak pulang sih?". Rengek Unaya. Masa sih Jeka lupa hari ulang tahunnya? Kalau iya, Fix jahat banget.
"Bukannya gak pulang, ini cuma pergi beberapa hari. Kalau kangen tinggal telepon atau chat, kita hidup bukan di jaman purba, Una". Kata Jeka lembut memberi penjelasan. Unaya tambah manyun karena Jeka enggak peka. Ganteng doang, tingkat kepekaan tidak terdeteksi- batin Unaya.
"Emang-nya lo lupa apa besok tuh hari yang penting". Kode Unaya. Jeka memutar matanya mencoba berfikir.
"Ahhh!!! Iya bener, besok tuh hari yang penting. Gila, hampir lupa gue!". Sahut Jeka heboh membuat Unaya melebarkan matanya, udah ngarep gitu lho.
"Iya kan? Hari apa emangnya?". Pancing Unaya.
"Gue belum minta tanda tangan proposal ke Pak dekan, mana besok doi pergi keluar kota lagi. Duhhh... Thanks lho Na udah ngingetin". Jeka senyum cerah, Una-nya senyum kecut. Sabar ae lah!
"Iya, sama-sama. Ya udah hati-hati ya, jangan lupa minum air putih biar fokus". Sindir Unaya dengan wajah sok baik-baik saja. Jeka terkekeh sambil mengacak-acak rambut Unaya dengan gemas kemudian bergegas keluar dari kamar karena sudah ditunggu Jimi.
Unaya menghembuskan nafas lelah, terlalu halu ternyata gak baik buat perasaan. Dulu pas sweet seventeen minta kado ke Jeka yang paling gedhe, sekarang mintanya cuma diinget hari ulang tahunnya aja kok. Karena hal sekecil apapun tentang kita yang diingat oleh orang tersayang, membuat bahagia bukan main.
"Tidur aja deh, ngapain begadang? Percuma!". Dengus Unaya kemudian pergi tidur.
Bilangnya gak mau begadang tapi beberapa detik setelah mengultimatum mau tidur, mata gadis itu kembali melebar. Diraihnya ponsel kemudian menekan tombol kunci, dipantengin sampai gak kedip. Siapa tahu kan Jeka tiba-tiba nge-chat begini;
Lo kira gue lupa hari ulang tahun lo? Ya enggak lah, masa ulang tahunnya orang penting gue lupa sih. Sekarang gue lagi reservasi hotel, tunggu gue jemput...
Ya setelah ngarep, emang Jeka nge-chat sih. Tapi nge-chat nya begini;
Na, gue udah sampai nih. Sekarang lagi numpang Pup...
Gak penting banget sumpah!
Alhasil Unaya lempar ponselnya kebelakang sambil sewot sendiri. Jeka makin gedhe bukannya makin romantis tapi makin nyebelin. Rindu Jeka yang bucin gak ada obat deh jadinya :(
Akhirnya Unaya menggalau hingga pukul dua belas malam. Bertepatan dengan bertambahnya usia, ia memejamkan mata dan berdoa untuk dirinya sendiri dan untuk orang-orang yang ia sayangi.
"Happy birthday to me, Happy birthday to me...". Kemudian dilanjutkan dengan menyanyikan lagu selamat ulang tahun untuk dirinya sendiri. Sedih banget, ngenes banget😭 gak ada surprice tengah malam dari mama dan adik-adiknya, ya iyalah kurang kerjaan banget kasih surprice tengah malem. Unaya tahu kok kalau mama dan adik-adiknya pasti capek, toh besok pagi juga mereka pasti ngucapin.
Kembali cek ponsel dan tidak ada chat dari siapapun. Buka media sosial, banjir ucapan dari fans-nya dan beberapa lagi hinaan dari hatters. Sudah biasa, kalau ada yang suka pasti ada juga yang benci. Tapi setelah membuka media sosial lumayan membuat mood-nya naik. Setidaknya masih ada orang-orang yang peduli dan menganggapnya special. Lagi asyik balas satu-satu ucapan dari fans-nya, Sonia membuka pintu kamar Unaya dan memberitahukan jika Guan datang ke rumah.
Unaya jelas kaget pasalnya pemuda itu tidak memberitahu soal kepulangannya ke Jakarta. Gadis itu kira ada hal penting atau darurat yang membuat Guan datang bertamu malam-malam, tapi ternyata pemuda itu datang untuk merayakan ulang tahunnya.
"Ya ampun Mas, aku kira ada apa sampai dateng malem-malem". Ujar Unaya sambil mengelus dadanya, udah panik awalnya. Guan terkekeh kemudian mengulurkan kue ke arah Unaya.
"Tiup lilin dulu...". Unaya ikut terkekeh sebelum menuruti permintaan Guan.
"Selamat ulang tahun ya sayang, makin sukses dan bahagia terus pokoknya". Ujar Sonia sambil mengecup pipi Unaya dengan sayang.
"Makasih Mama, Mama juga bahagia terus". Balas Unaya yang tak lupa mengecup pipi Sonia.
"Ya udah Mama ke dalem dulu ya, takut ganggu hihi...". Kekeh Sonia kemudian buru-buru kabur.
"Mama apaan sih". Gumam Unaya yang mendadak canggung ditinggal berduaan dengan Guan. Maklum kan Unaya masih dalam tahap mengenal Guan, jadi rasanya masih belum nyaman kalau dekat-dekat pemuda itu. Masih asing rasanya, kayak sama saudara jauh.
"Happy birthday baby, love you...". Guan tahu-tahu mengecup kening Unaya begitu saja. Gadis itu hanya bisa merespon dengan senyuman canggung. Kemudian mempersilahkan Guan duduk, tidak ada romantis-romantisnya sama sekali. Guan yang paham Unaya seperti apa pun maklum. Ia tetap dengan sumringah mengajak Unaya mengobrol meski hanya dirinya saja yang banyak bicara. Sementara Unaya hanya merespon; oh, ya, hehe, wah... sambil terus menatap ponsel yang ia letakkan di atas meja. Nungguin Jeka? Yaiyalah nungguin.
"Aku udah beli rumah buat masa depan kita Na, rumah yang ada kebunnya kayak impian kamu. Nah jadi besok kalo...".
"YA, HALO!!!". Kata Unaya dengan semangat bahkan tanpa melihat siapa gerangan yang menelepon. Guan yang melihatnya pun merasa tidak dianggap keberadaannya. Ia dari tadi ngomong apa hanya dianggap angin lalu?
"Unaya, ini Papa...". Bahu Unaya melemas karena ternyata yang menelepon bukan orang yang ia harapkan.
"Iya Papa, Papa belum tidur?".
"Papa lagi selesaiin pekerjaan. Btw selamat ulang tahun Unaya-nya Papa...". Ujar Suryo panjang lebar tapi Unaya tidak fokus. Hanya Jeka yang selalu terngiang-ngiang dipikirannya.
Virus Jeka memang parah.
"Makasih Papa, ini Mas Guan juga ada disini. Papa juga sehat-sehat terus, cepet pulang. Unaya kangen". Setelah bincang-bincang sebentar dengan Papa, Unaya memutuskan panggilan dan menatap Guan dengan perasaan tidak enak.
"Maaf ya Mas, malah dicuekin". Guan tersenyum kecut sebelum menyahuti.
"Daritadi juga udah dicuekin. Ditelepon Papa kok gak seneng? Nunggu telepon dari siapa sih?". Sindir Guan mulai galak. Unaya diam saja dan hanya bisa menunduk. Guan meski baik padanya tapi kadang bisa galak juga, apalagi kalau marah biasanya suara langsung naik delapan oktaf. Jadi Unaya memilih jalur aman yaitu diam.
"Kalau aku lagi ngomong tuh dengerin, jangan liat hape mulu. Kamu gak anggep aku ya? Aku bela-belain dateng kesini malem-malem cuma buat kasih kejutan ke kamu". Lanjut Guan mulai emosi. Gak ikhlas? Bilang Bos!
"Gak ada yang minta lo buat dateng malem-malem dasar kaleng roti". Batin Unaya. Membayangkan ngomong begitu sambil lempar kue tart kacang ke muka Guan. Lagian sejak kapan Unaya suka kacang?! Gak suka! Nanti jerawatan!
"Maaf Mas, Unaya minta maaf". Tapi sayangnya Unaya tidak punya nyali untuk itu.
--Ex-Bangsat Boys--
Sementara itu ditempat lain ada dua manusia berbeda usia tapi tingkahnya sama. Yang satu pakai kostum kelinci, yang satu lagi pakai kostum alpaca. Siapa lagi sih yang bakal aneh begitu kalau bukan Om Papa dan Jeka? :') sepertinya Jeka salah nih minta bantuan Om Papa buat kasih ide surprice ulang tahun ke-Unaya.
Dari awal aja udah sial, pakai kostum aneh-aneh tengah malem terus berakhir dikejar Satpol PP, belum lagi kue tart yang udah di pesen jatuh ke got. Huh! Jeka asli sebel banget. Mana ada toko roti malem-malem yang buka? Alhasil sebagai gantinya Jeka membeli biskuit dan lilin di minimarket. Tapi tetap aja gak elit.
"Ini sih Unaya bukannya terkesan, tapi bakal trauma. Harusnya gue dandan yang ganteng, pake jas, siapin tempat romantis, candle light dinner, terus dansa. Bukan pake baju gembel kek gini!". Oceh Jeka frustasi.
"Nah itu lo punya ide bagus, kenapa malah minta bantuan gue? Kan lo tahu, otak gue sama Victor sama absurd-nya". Sahut Jun kalem. Lah iya, kok Jeka baru inget.
"Iya, kapok gue Om Papa. Gak lagi-lagi gue minta ide dari lo. Mundur aja deh gue, surprice-nya gak bakal bikin doi terkesan". Kata Jeka hopeless. Daripada kecewain Unaya mending gak usah.
"Jangan gitu dong. Perjuangan lo luar biasa lho sampe dikejar Satpol PP demi doi. Gue kasih tahu nih, Unaya kan bucin banget saja lo jadi apapun yang lo kasih ke dia pasti bikin dia seneng".
"Masa sih?". Tanya Jeka tidak yakin.
"Gak percayaan lo. Udah yok buktiin aja". Jun menarik tangan Jeka kemudian meninggalkan mobilnya di minimarket. Kebetulan jarak miniamrket ke rumah Jeka tidak terlalu jauh. Ketika sampai di dekat rumahnya, Jeka lumayan nyesek saat melihat Unaya dan Mas tunangan yang lagi mesra-mesraan didepan rumah. Ceritanya si Mas tunangan mau pamit pulang.
"Tenang janur kuning belum melengkung, kalau udah melengkung tinggal disetrika aja biar lurus". Bisik Jun yang niatnya mau menghibur Jeka tapi malah dikatai bacot. Om Papa ini super cerewet, ada aja yang dikomentarin. Dan ketika Guan hendak mencium bibir Unaya, gadis itu reflek mundur. Hal itu tentu saja tak luput dari pandangan Jun.
"Fix nih, si Unaya gak cinta sama cowok itu. Mau di sosor gak mau, lah elo udah bikin dia ngedesah. Lihat kan siapa yang menang?". Jeka tersenyum miring mendengar perkataan Jun. Yaiyalah, Jeka dilawan. Jeka mendadak semangat lagi, jangan dilihat bentuk suprice-nya yang berantakan tapi niat dan ketulusannya.
Dan setelah Guan pergi kemudian Unaya berbalik hendak masuk pekarangan rumah, namun Jeka langsung memeluk gadis itu dari belakang. Jeka masih pakai kostum kelinci, jelas saja Unaya kaget. Tengah malem dipeluk, kalau orang jahat gimana?
"Selamat ulang tahun, tuan putri". Jantung Unaya berdesir begitu mendengar suara lembut ditelinganya. Wajah gadis itu memerah karena tahu pasti siapa pemilik suara ini. Ia berbalik dan langsung memeluk Jeka erat-erat.
"Nakal, kirain lupa". Rengek Unaya belum sadar kalau Jeka pakai kostum kelinci. Bahkan Jun yang segedhe gaban karena pakai kostum alpaca saja tak terlihat.
"Emang lo tahu gue siapa?".
"Ihhh... ya tahu lah...". Unaya mendongak kemudian melepas kepala kelinci yang dipakai Jeka.
"Ngapain sih pakai kostum aneh-aneh gini. Emang gak panas?". Lanjutnya sambil mengusap peluh di dahi Jeka. Jeka otomatis menatap Jun dengan sebal.
"Ide Om Papa tuh! Niat hati mau kasih surprice yang berkesan, tapi kok gagal ya". Unaya terkekeh melihat wajah sedih Jeka, kemudian beralih menatap Jun hingga membuatnya geleng-geleng kepala.
"Lo gak perlu kasih gue kejutan atau kado mahal, karena bagi gue kehadiran lo itu adalah kado yang paling indah. Ngerti?". Jantung Jeka berpacu cepat, menatap Unaya sedekat ini ditambah kalimat manis yang terucap dari bibirnya. Ya Tuhan bidadarikah sosok didepannya ini? Mana mungkin Jeka bisa lupain Unaya? Lupain hari lahir orang yang ia cintai? Sesibuk apapun dirinya, Unaya selalu mampir kepikirannya.
"Unaya... lo? Ituuu...". Ujar Jeka gugup sambil menatap bibir Unaya. Padahal Unaya lagi ngomong se-soo sweet itu bisa-bisanya Jeka salah fokus.
"Kenapa? Gue udah legal, Jeka. Mau cium?". Tebak Unaya yang ingat betul momen sweet seventeen-nya kala itu. Jeka menjilat bibirnya sebelum beralih menatap Jun.
"Om Papa!". Panggil Jeka.
"Oit?!". Sahutnya.
"Merem!". Titah Jeka.
"Siap laksanakan!". Jun buru-buru merem. Dasar orangtua gak guna, bukannya diomelin itu muda-mudi yang mau kecup-kecupan, eh malah didukung.
"Mau disini apa di hotel?". Ledek Jeka.
"Cepet!". Unaya memejamkan mata dan mencondongkan wajahnya kearah Jeka. Jeka tersenyum manis sebelum hendak mendaratkan kecupan di bibir Unaya, namun ia urungkan karena merasa tidak etis kalau ciuman didepan rumah, mending didalam kamar aja ya kan bebas wkwk. Alhasil ia daratkan kecupan penuh kasih sayang di dahi Unaya lumayan lama, sembari dipeluk erat.
Ini yang Unaya butuhkan, kenyamanan dan kasih sayang yang bahkan bisa ia rasakan meski Jeka tidak mengungkapkannya.
"Tuhan, aku mau lelaki ini. Yang ini saja hadiah ulang tahunku". Rapal Unaya dalam hati.
--Ex-Bangsat Boys--