ดาวน์โหลดแอป
7.5% Ex-Bangsat Boys / Chapter 3: Kandang Maung

บท 3: Kandang Maung

Unaya mengekori Jeka sampai di mobil pemuda itu. As always mobil Jeep hijau army yang sukses membuatnya terjebak nostalgia. Ririn, Victor, dan Jun juga ikut mengekori sementara yang lain ikut mobil Sonia. Tanpa aba-aba Jeka berhenti begitu saja hingga Unaya tak sengaja menabrak punggung kokoh pemuda itu.

"Aw!". Ringis Unaya sembari mengelus dahinya yang perih. Gadis itu mendongak dan menatap Jeka tak percaya.

"Itu punggung apa tembok Jek? Keras amat". Oceh Unaya yang diabaikan oleh Jeka. Jeka berkacak pinggang sembari menghitung manusia-manusia yang ikut mobilnya.

"Om Papa sama keluarga alien gak apa-apa ya duduk empet-empetan. Soalnya yang ini takut lecet kalau ditaruh belakang". Ujar Jeka sembari melirik Unaya. Jun, Ririn, dan Victor terkekeh mendengar perkataan Jeka. Sementara itu Unaya bibirnya masih komat-kamit tak jelas karena dahinya sakit. Gadis itu sama sekali tidak menyadari kode dari Jeka.

"Yaelah kalau gak mau doi lecet, dilaminating aja Bos". Celetuk Victor sembari berdecak malas. Bos bucin is back! Biar judulnya cuma mantan, tapi tetep aja dibucinin. Victor masuk begitu saja ke dalam mobil Jeka diikuti Ririn.

"Loh dia? Ikut mobil lo?". Tanya Unaya jutek saat melihat Jun yang hendak masuk ke dalam mobil Jeka. Melihat Unaya yang terlihat keberatan saat ia hendak ikut mobil Jeka, Jun mengurungkan niatnya dan berkhir berdiri canggung didepan gadis itu.

"Iya, kenapa emang?". Tanya Jeka tanpa menatap kearah Unaya karena tengah memasukan koper gadis itu kedalam bagasi mobil.

"Gue gak mau semobil sama dia". Sahut Unaya cepat. Jeka langsung mengalihkan tatapannya kearah gadis itu sepenuhnya. Jeka menatap Unaya tidak suka sembari bersedekap dada.

"Ya udah kalau lo gak mau. Lebay banget sih, Om Papa bukan kuman yang harus dihindari. Balik naik taksi aja gih, perlu gue cariin?". Ujar Jeka sedikit kasar. Unaya menghentakkan kakinya sebal, kok Jeka gak nyegah sih? Tidak seperti saat mereka pacaran dulu, pemuda itu selalu luluh saat ia merengek.

Maaf bukannya Jeka tega pada Unaya. Hanya saja sekarang Jeka sudah mampu bersikap lebih tegas, pemuda itu sudah tidak mudah luluh lagi. Menurut Jeka sikap Unaya saat ini terlalu berlebihan, pemuda itu tahu kalau Unaya tidak menyukai Jun. Tapi apakah harus seterang-terangan itu menunjukan rasa tidak sukanya? Sampai-sampai Jun terlihat sedih begitu. Ya meski dulu ia pernah bersikap lebih kurang ajar sih ke Sonia, tapi kan sekarang udah tobat.

"Jeka, lo tuh nyebelin banget sih! Oke, gue bisa balik sendiri!". Unaya hendak pergi namun Jun buru-buru mencekal lengan gadis itu. Unaya yang memang tidak suka dengan Jun, langsung saja menyentak tangan lelaki itu kasar.

"Biar saya saja yang naik taksi, kamu...".

"Gak Om Papa. Biarin kalau dia emang mau balik sendiri. Om Papa masuk ke dalam mobil aja". Potong Jeka cepat. Pemuda itu beradu tatapan tajam dengan Unaya. Jeka mengira Unaya tetaplah gadis lembut seperti beberapa tahun lalu. Ternyata bukan hanya visualnya saja yang berubah, namun sifatnya pun berubah menjadi angkuh.

"Tapi Jek...". Jun terlihat masih tidak enak pada Unaya. Lelaki itu tidak ingin Unaya merasa tidak nyaman dengan keberadaannya, ia menatap beberapa kali kearah Unaya yang masih menekuk wajahnya.

"Masuk Om Papa. Biar dia gue yang urus". Kata Jeka sembari menggedikan dagunya kearah Unaya, terlihat menyebalkan sekali. Jun akhirnya menurut dan dengan perasaan tidak tenang masuk kedalam mobil Jeka.

"Jadi naik taksi gak? Gue tahu lo gak suka sama Om Papa, tapi bisa gak dijaga sikapnya? Setidaknya hormatin dia sebagai orang yang lebih tua". Nasehat Jeka tegas membuat Unaya berdecak malas. Unaya menatap Jeka tajam sekali lagi sebelum hendak masuk ke dalam mobil, namun Jeka buru-buru mencekal lengan gadis itu.

Unaya menatap Jeka dengan bingung karena mereka sempat saling memandang beberapa detik sebelum Jeka membukakan pintu untuk gadis itu. Jeka memberi kode pada Unaya agar gadis itu masuk kedalam mobilnya. Unaya menghela nafas kemudian hendak masuk kedalam mobil sebelum Jeka membisikkan sesuatu padanya.

"Maaf tadi kasar". Ditambah usapan lembut dipuncak kepalanya.

Heol!

++

Suasana didalam mobil cukup ramai berkat keceriaan keluarga alien. Unaya wajahnya sudah tidak ditekuk lagi dan mulai enjoy semobil dengan Jun. Gadis itu terkekeh melihat tingkah lucu Victor saat mencoba membuat Baby Tiger tertawa.

"Masih gak nyangka aja kalau Ririn bisa jadi sama Victor beneran". Ujar Unaya sambil cekikan. Secara saat SMA keduanya tidak akur bahkan saling najisin satu sama lain, gak tahunya bibit Victor masuk ke pot Ririn hingga menghasilkan Baby Tiger wkwk.

"Jodoh kan cuma ada disekitar kita Bu Bos. Kadang ada diatas-bawah, samping kanan-kiri cuma kita aja yang gak nyadar. Ya gak Bos?". Goda Victor pada Jeka. Unaya tersenyum kecil mendengar perkataan Victor, iya sih benar juga jodoh kita sebenarnya hanya ada disekitaran kita kok cuma kadang tidak sadar saja. Jeka mendadak salting paham sekali dengan kode yang dilempar Victor. Entah kenapa pemuda itu jadi malu hingga tanpa sadar menggigit bibir bawahnya. Tanpa sengaja dua sejoli yang duduk dibangku depan itu saling menatap satu sama lain kemudian melengos karena gugup.

"Ekhem... iya kadang emang cewek tuh suka ribet. Udah ada yang didepan mata tapi malah nyarinya jauh-jauh amat. Sampai Singapura segala lagi". Lirih Jeka diakhir kalimatnya kemudian mengusap-usap dagunya.

Unaya menatap Jeka dengan mata memicing, kode keras banget sih. Ini nih cowok yang setahun lalu ngajakin saling melupakan? Jeka yang menyadari tatapan Unaya pun langsung menggerakkan kepala gadis itu hingga kembali menatap kearah depan.

"Kok jadi bawa-bawa gender sih Jek! Gue gak ribet, buktinya gue mau sama Victor yang ala kadarnya kek gini. Unaya aja kali yang ribet". Ujar Ririn dengan kurang ajarnya. Sebenarnya Ririn bisa menikah dengan Victor pun juga gara-gara truth or dare, yeahhhh seunik itu.

"Lah kok jadi gue". Protes Unaya tak terima.

"Heh udah-udah diem! Gak usah ribut. Mamah emang suka kek gitu ya. Kalau Papah ala kadarnya, Baby Tiger gak akan jadi seganteng ini. Bibit unggul gitu loh". Sahut Victor dengan bangganya.

"Tidur ae lah". Celetuk Jun kemudian memejamkan matanya. Maklum orangtua mana paham obrolan anak jaman now.

"Ya ampun gara-gara faktor U si Om jadi letihan gitu". Kata Ririn prihatin sembari menepuk-nepuk pundak Jun. Unaya mengelus senyum kecil kemudian melirik Jun dari kaca spion. Gadis itu mendadak merasa bersalah telah besikap tidak sopan pada Jun tadi.

--Ex-Bangsat Boys--

Mereka sampai di rumah Jeka setelah kurang lebih satu jam perjalanan. Unaya mendongak menatap rumah Jeka yang tidak banyak berubah, gadis itu mau tak mau harus tinggal satu atap dengan Jeka. Ya mau bagaimana lagi? Rumah Unaya yang di Jakarta kan sudah dijual sebelum kepindahannya. Dan lagi Sonia secara tidak langsung masih menjadi mama tiri Jeka, wanita itu juga memang sudah tinggal disini sejak dulu. Selain ikut Mama-nya, Unaya mau ikut siapa lagi?

Seperti saat di bandara tadi Unaya mengekori Jeka dan ikut kemanapun pemuda itu melangkah. Ririn, Victor, dan Jun bahkan sudah duduk santai di sofa empuk ruang tamu lantaran pegal sekali setelah melalu perjalanan yang lumayan panjang.

"Bos, es sirup merah satu ya. Sama cemilan dikit juga boleh". Seru Victor kurang ajar.

"Gue juga Jek. Kopi sama susu dicampur, jangan dipisahin nanti kangen". Seru Jun ikut-ikutan kemudian terkikik bersama Victor.

"Emang gue babu Sat?! Bikin sendiri sono!". Sahut Jeka galak hingga membuat Jun dan Victor tersenyum kecut.

"Maung! Maung!". Gumam Victor dengan suara lirih, lirih sekali.

Setelah itu Jeka mengajak Unaya naik kelantai atas untuk menunjukan letak kamar gadis itu. Sejauh ini memang sikap Jeka terlihat cuek dimata Unaya, gadis itu sempat merasa tidak nyaman berada disituasi semacam ini. Jeka sudah banyak berubah masalahnya, bukan hanya dari segi fisik tapi pembawaan dan sifatnya juga.

"Bang Jeka! Kak Unaya kan bakal bobo sama gue, lah kenapa malah diajak ke kamar lo?! Gak beres emang ini cowok". Omel Yeri tiba-tiba yang memergoki Abang-nya hendak mengajak Unaya ke kamarnya. Kamar Jeka itu letaknya dilantai atas dan paling pojok, di loteng rumah. Unaya sempat kaget mendengar perkataan Yeri gadis itu mendadak takut dan bersembunyi dibalik punggung Yeri. Unaya takut diperkaos Jeka :')

"Eh? Gak! Gak gitu! Lo jangan berfikiran negatif dulu. Gue emang niatnya mau nyuruh Unaya tidur di kamar gue selagi kamar tamu direnovasi". Kata Jeka cepat-cepat takut jika Unaya salah paham.

"Lah kenapa harus dikamar lo? Lo tega banget nyuruh Kak Unaya tidur dikandang maung". Omel Yeri lagi.

"Hah? Kandang maung apalagi sih Yer?". Tanya Unaya yang memang sedari tadi hanya seperti keong, Hah-Heh-Hoh doang.

"Kamar Bang Jeka tuh di loteng Kak, persis banget kayak kandang hewan. Kak Unaya mau tidur di kamar kek gitu? Enakan juga dikamar gue Kak ada AC-nya". Jeka berdecak kemudian meraup wajah Yeri.

"Lah justru bagus kan Yer doi tidur-nya dikamar raja maung, jadi gak ada maung-maung lain yang berani gangguin dia. Udah lah lo gak usah ikut campur urusan gue. Sono lo belajar bahasa Indonesia aja sama Jeni". Jeka langsung menarik tangan Unaya dan membawa gadis itu ke kamarnya.

"Aduh emang susah ya kalau masih cinta. Move on itu pilihan, gagal move on itu cobaan, pura-pura move on itu pencitraan. Nah kalo lo move on nya udah nyampe mana Bang?". Teriak Yeri sengaja nyindir. Bukan nyindir lagi ini mah, melainkan langsung ngebacot di depan mata. Sukses bikin Jeka tertohok.

"Berisik lo kembaran Ayu Ting-ting!". Sahut Jeka sembari mengacungkan jari tengahnya kemudian mendorong Unaya agar berjalan lebih dulu. Sementara itu Unaya diam saja, tidak terlalu memikirkan kata-kata Yeri. Udah biasa Abang sama Adek ribut kayak gitu.

Sesampainya di kamar Jeka, Unaya menganga lebar. Kamar pemuda itu benar-benar seperti apa yang Yeri ceritakan. Kamar pemuda itu terletak di loteng rumah dengan pijakan tangga dari kayu, memang mirip kandang sih.

"Jangan liat dari luarnya, dalem-nya gak mengecewakan". Ujar Jeka yang paham jika Unaya meragukan kamarnya.

"Kok lo milih kamar dipojok kek gini? Serem tahu". Ujar Unaya sembari menatap sekitar dengan takut-takut. Pasti kalau malam hari bakal sepi dan Unaya benci itu.

"Gue sekarang jadi leader maung, dan antek-antek gue suka main kesini. Maung tetaplah maung yang suka nerkam mangsa menggiurkan kayak lo...". Kata Jeka langsung yang membuat Unaya meneguk ludahnya susah payah. Maksudnya leader maung tuh Jeka ketua UKM Taekwondo di kampus, nah nama UKM-nya Tiger Taekwondo alhasil pemuda itu dikenal dengan nama leader maung.

"Gue sengaja naruh lo disini biar mereka gak tahu kalau gue nyimpen cewek montok dirumah, Aw!". Jeka mengusap bibirnya yang tiba-tiba dicubit Unaya.

"Mulut lo kurang ajar banget sih! Itu namanya pelecehan verbal!". Omel Unaya dengan wajah memerah antara malu dan marah. Lagian Jeka daritadi ngomongnya kok kearah fisik sih, kentara banget fokus ke tubuh Unaya yang seksi.

"Yaelah pelecehan apaan sih! Gue kan orangnya jujur, kalau ngomong apa adanya". Kata Jeka membela diri.

"Auk ah! Terserah. Ini naiknya gimana?!".

"Ya udah naik tinggal naik, apa mau gue bopong?". Tawar Jeka. Unaya menatap Jeka sekilas. Awalnya gadis itu hendak menerima tawaran Jeka namun begitu melihat wajah pemuda itu yang terlihat omes, Unaya langsung menggeleng cepat.

"Gak deh, makasih tawarannya. Gue bisa naik sendiri. Jagain gue!". Peringat Unaya galak yang membuat Jeka terkekeh. Unaya tuh kek bibit macan galak gitu loh, alias mama cantik galak.

"Hem. Tutupin tuh rok-nya jangan sampai popoknya kelihatan". Unaya reflek memukul kepala Jeka dengan jengkel. Pemuda satu ini kok jadi makin kurang ajar mulutnya.

"Ihhhh... lo duluan deh yang naik". Unaya menyingkir dan memberikan ruang agar Jeka bisa naik lebih dulu keatas.

"Haha. Gemesin banget sih lo, dasar tunangan orang". Jeka meraup wajah Unaya dengan gemas sebelum menaiki tangga. Unaya mencibir kemudian mengusap-usap wajahnya yang baru saja diraup oleh Jeka. Yang tadinya Unaya kagum dengan ketampanan Jeka, mendadak ngeri begitu melihat sisi Jeka yang satu ini; mesum! Ini sih bukan masuk kandang serigala lagi, melainkan masuk kandang maung. Lebih menyeramkan dan Unaya kudu waspada.

Unaya naik perlahan keatas tangga kayu itu. Begitu masuk kedalam kamar Jeka, gadis itu menganga part dua bukan karena kamar Jeka jelek. Melainkan kamar Jeka sangat aestatic dan keren menurut Unaya. Meski minimalis dan maskulin sekali tapi suasana dikamar Jeka amat tenang, cocok sekali bagi dirinya yang memang hobi merenung.

"Wah kamar lo keren juga Jek, nyaman banget". Komentar Unaya sembari berbaring diatas ranjang. Mata gadis itu berputar dan tak sengaja menangkap potret Jeka tanpa baju alias shirtless yang dicetak besar dan terpasang ditembok kamar. Wajah Unaya memanas karenanya.

"I-itu kenapa lo foto kek gitu sih Jek?! Bikin polusi mata tahu gak?!". Omel Unaya dengan suara tergagap-gagap. Jeka yang menyadari tingkah salting Unaya hanya mampu tersenyum menyeringai. Cewek segalak apapun bakal lunak kalau dikasih roti sobek, begitulah batin Jeka.

"Keren gak badan gue? Mau lihat?". Ledek Jeka yang sudah bersiap mengangkat kaosnya.

"Hah?! Pede bener ya lo!". Unaya mengibas-ngibaskan tangannya kearah Jeka membuat pemuda itu nyengir.

"Bukan pede tapi love my self. Saking cintanya sama diri gue sendiri, gue pajang tuh tubuh paripurna gue".

"Terserah lo deh Jek! Sebahagia lo". Unaya benar-benar tak habis pikir dengan Jeka. Kok otak Jeka jadi agak error sih semenjak ia tinggal tunangan? Gadis itu beralih membuka lemari berniat menata bajunya namun kembali mendapatkan polusi mata.

"JEKA SEMPAK LO WARNA-WARNI GITU KENAPA BELUM DI AMANIN?!". Teriak Unaya histeris. Gadis itu benar-benar sawan! Keputusannya untuk tinggal satu atap dengan Jeka salah besar. Harusnya ia mencari kos-kosan saja atau kontrakan gitu.

"Yaelah gak apa-apa baju kita jadi satu. Itung-itung buat latihan". Sahut Jeka dengan santainya.

"Latihan apaan sih Jeka! Mending gue sekamar sama Yeri aja! Gak bener emang lo jadi orang". Omel Unaya yang hendak pergi namun Jeka buru-buru memepet tubuh gadis itu ke tembok. Unaya meneguk ludahnya susah payah, rona merah mulai muncul di pipi gadis itu terlihat begitu menggemaskan dimata Jeka. Jeka menelisik wajah Unaya lamat-lamat, kalau dilihat dari dekat Unaya makin cantik. Bibirnya ciumable banget, Jeka menjilat bibirnya. Duh jadi lapar tapi kudu tahan.

"Latihan membina rumah tangga, mau gak lo?". Bisik Jeka jahil yang membuat Unaya tidak bisa bernafas selama beberapa detik. Kamu siapa? Kamu seperti jelly, itu adalah Unaya saat ini :')

Kandang maung lebih berbahaya ketimbang kandang serigala kayaknya.

--Ex-Bangsat Boys--


Load failed, please RETRY

สถานะพลังงานรายสัปดาห์

Rank -- การจัดอันดับด้วยพลัง
Stone -- หินพลัง

ป้ายปลดล็อกตอน

สารบัญ

ตัวเลือกแสดง

พื้นหลัง

แบบอักษร

ขนาด

ความคิดเห็นต่อตอน

เขียนรีวิว สถานะการอ่าน: C3
ไม่สามารถโพสต์ได้ กรุณาลองใหม่อีกครั้ง
  • คุณภาพงานเขียน
  • ความเสถียรของการอัปเดต
  • การดำเนินเรื่อง
  • กาสร้างตัวละคร
  • พื้นหลังโลก

คะแนนรวม 0.0

รีวิวโพสต์สําเร็จ! อ่านรีวิวเพิ่มเติม
โหวตด้วย Power Stone
Rank NO.-- การจัดอันดับพลัง
Stone -- หินพลัง
รายงานเนื้อหาที่ไม่เหมาะสม
เคล็ดลับข้อผิดพลาด

รายงานการล่วงละเมิด

ความคิดเห็นย่อหน้า

เข้า สู่ ระบบ