------------
Madam Yu hampir saja menggores kulit wajah LeNing yang mulus dengan ujung pisau saat beberapa pria berseragam masuk.
"Salam Yang Mulia putra mahkota" langsung menurunkan tubuh mereka memberi hormat pada TangYi.
TangYi mengibaskan tangannya pada aYao yang segera mengambil kembali pisaunya dari tangan madam Yu.
LeNing bisa menurunkan tubuhnya dengan lega, beruntung karena putra mahkota itu hanya menggertaknya, ia terengah-engah.
"Nona" pelayan muda LeNing berusaha menenangkan nonanya yang takut hingga mengeluarkan air mata, walau matanya masih menatap dengan garang.
TangYi menunjuk pada LeNing.
"Kepala Kuan, tolong bawa nona SangGuan LeNing ke tempat anda, ia menculik anak di bawah umur dan mengumpankannya pada pria hidung belang di brothel, aku ingat negara sudah membuat peraturan untuk menghukum pelaku kejahatan itu, kalian bisa membawanya pergi"
Dua pria yang tak lain adalah kepala Kuan, dan ajudannya Lie mengepalkan tangannya di depan dada dan memberi hormat kembali.
"Siap Yang Mulia, kami akan laksanakan"
TangYi masih melirik tajam pada LeNing saat dua petugas itu membawa ia dan pelayannya pergi.
"Jangan khawatir, aku akan sampaikan pada kakekmu soal masalah ini"
LeNing membalas tatapan dengan tajam, penuh dendam, ia tidak mungkin membiarkan orang lain mempermalukannya seperti ini, walau orang itu putra mahkota sekalipun, tapi, apa yang bisa ia lakukan kini?
Keringat dingin membasahi kening HongEr, ia masih tak sadarkan diri di atas ranjangnya dengan dahi berkerut dalam tidak tenang.
"Jangan ...ekh jangan"
BaiHu menggelengkan kepalanya, sementara FeiEr tak beranjak sedikitpun dari ranjang menggenggam tangan adiknya.
"Ayahanda adik.." Fei cemas, tapi ia tidak bisa melakukan apa-apa, tabib sudah memeriksanya tadi dan walau demam tinggi tapi kondisi Hong tidak begitu berbahaya, ia hanya mimpi buruk saat ini.
"Adik, tenanglah ada kak Fei di sini" bisik Fei membasuh keringat di dahi Hong lembut.
Dari arah pintu SangGuan JiuYe masuk, bersama dengan putra sulungnya orang tua dari LeNing SangGuan LuYi.
Pria itu langsung menurunkan tubuh di depan BaiHu yang duduk di depan meja bundarnya.
"Maafkan putri hamba tuan Jie, hamba, tidak menyangka LeNing, akan heh ini, tidak bisa dimaafkan" pria itu menundukkan kepalanya sangat dalam, rasa malu dan takut semua bercampur menjadi satu, menyinggung keluarga besar Jie bukan hal yang baik, apalagi sampai melukai putra bungsunya, ini sangat buruk, belum lagi kalau putri TangYuan mengetahuinya, ia sekeluarga bisa dihukum pancung.
JiuYe hanya menggelengkan kepalanya, sebagai kakek ia juga tak bisa menyembunyikan rasa malu dan bersalahnya, di saat penting seperti ini, kenapa masalah sebesar ini muncul? Teriaknya dalam hati.
BaiHu hanya menarik napas panjang, ia tahu tidak bisa mengalahkan dua orang tua di depannya, tapi, apa istrinya akan mengerti?
"Hong, bangunlah, kakak di sini menemanimu, Hong" Fei menurunkan kepalanya menempel pada kening panas HongEr, setidaknya berusaha menenangkannya, ia pasti sangat takut, Fei sampai tak kuasa menahan hingga tanpa ia sadari air matanya mengalir, ia bisa merasakan tangan adiknya yang gemetar, Hong tidak pernah terluka seperti ini sebelumnya, semua orang begitu melindunginya, tapi tubuh pria itu, menahannya hingga ia tidak punya kuasa, ia pasti sangat takut.
"Kak, heh heh kak Fei"
Hong membuka matanya, walau sayu menatap kakaknya, Fei menggeser duduknya dan membelai pipi adiknya lembut.
"Hong maafkan kakak yah, maafkan kak Fei tidak ada di sana untuk melindungimu, Hong jangan sakit yah, kakak sungguh tidak berguna"
BaiHu mendekat, ia tersenyum melihat HongEr membuka matanya.
"Hei anak manis, kau sudah sadar, he syukurlah, jangan banyak berpikir aneh yah, ada Ayahanda dan kakak Fei dan semua orang di sini, Hong akan baik-baik saja"
HongEr menatap Ayahanda dan kakaknya bergantian, entah karena demamnya tapi ia sangat lemah, ia bahkan tidak bisa mengangkat kepalanya, tapi rasa sakit di dadanya yang lebih parah.
"Ayahanda, kakak"
FeiEr tersenyum, ditepuk tangan HongEr pelan
"He Hong"
Tak lama kemudian terdengar suara keras di luar kamar.
"Yang Mulia Tuan Putri tiba!"
BaiHu menoleh, secepat itu? Waktu sudah malam dan TangYuan tiba, secepat itu sudah ada di sana.
JiuYe dan putranya LuYi langsung menundukkan kepala memberi hormat saat tuan putri itu tiba di depan kamar.
"Hormat Yang Mulia!"
TangYuan tidak memperdulikan mereka, ia hanya mengibaskan tangannya dengan mata melirik ke sekeliling kamar, ia melengking saat melihat BaiHu dan FeiEr yang duduk di pinggir ranjang di mana HongEr berbaring.
"Oh HongEr!"
Tanpa pikir panjang ia mendekat,
"Hong! Ibunda datang apa yang terjadi padamu?" Wanita cantik itu langsung memeluk HongEr, sementara BaiHu dan FeiEr menjauh dari ranjang.
BaiHu melirik pada JiuYe dan putranya, memberi kode dengan mata dan tangannya agar dua orang itu keluar meninggalkan kamar, masalah akan sangat besar dengan datangnya TangYuan dan melihat kondisi HongEr demikian.
"Ibunda"
"HongEr -ku, kau kenapa makin kurus, lalu, ini aduuuh siapa yang berani melukai wajah putraku, dan ini.." TangYuan yang memeluk HongEr memeriksa tubuh anaknya setiap jengkal, membelalakkan mata lebar melihat luka sepanjang dagu kanan HongEr, juga tangan kanannya yang dibalut perban.
"Ini juga, ErNiang, mana salep yang kita bawa dari rumah, oh jangan sampai luka ini membekas di wajah tampan putraku, aku akan bunuh orang yang melakukan hal ini!"
BaiHu dan FeiEr saling melirik, mereka marah dengan kondisi HongEr saat ini, tapi marah saja bukan apa-apa dibandingkan TangYuan yang murka, ia tak segan-segan menghukum siapapun yang melukai HongEr, siapapun itu.
** Sepuluh tahun lalu, saat HongEr tanpa sengaja jatuh saat bermain layangan dan melukai lututnya hingga mengeluarkan darah, TangYuan yang murka menghukum anak-anak yang bermain bersama HongEr, menyuruh anak-anak itu berlutut siang dan malam di depan pohon hingga ia puas, hal itu membuat HongEr tidak memiliki teman sejak kecil karena Ibundanya yang terlalu melindunginya.
............