"Tidak. Aku tidak suka bubur." Spider melengos demi memerankan karakter lelaki jual mahal di depan Luci. Semua itu Spider lakukan atas saran dari Hans, si anak kecil berusia dua belas tahun.
"Apa? Ta – tapi bukannya kau suka bubur ayam?" Wajah Luci sudah ditekuk. Ada ekspresi kecewa di raut mukanya yang cantik itu. Bahkan matanya juga berkaca-kaca. 'Padahal demi bubur ini aku harus bertengkar dengan Tuan Evan terlebih dahulu,' bisik Luci di dalam hati dengan sangat sedih.
Spider memasang wajah dingin ala bad boy. Matanya pun dibuat seolah-olah tidak peduli dengan Luci sama sekali. "Itu dulu. Sekarang aku sangat membenci bubur ayam." Spider melengos. Kemudian lelaki itu mengeluarkan ponsel dan bersikap sok sibuk dengan ponsel miliknya padahal biasanya Spider tidak pernah satu pun mengesampingkan Luci. Lelaki itu selalu menempatkan Luci pada urutan pertama prioritas hidupnya.