"jadi Nyonya? apakah kau masih merasa sakit? aku mau mencium bibirmu. apakah boleh?." Pertanyaan dari Zein yang tiba-tiba itu sontak saja membuatku tergagap. sejak kapan dia selalu berani padaku?.
Aku dapat melihat wajahnya yang tampan sedang tersenyum misterius, Kepalanya di dekatnya di samping telingaku dan menghembuskan nafas panas Disana. Demi Tuhan! Darahku langsung berdesir cepat dan bulu kudukku meremang hebat..
Apa ini? Kenapa sensasi ini rasanya... begitu? Begitu nikmat.. hanya sebuah nafas hangat dan helusan lembut di perutku, tapi aku merasa waktu sedang berhenti..
Aku merasa ada letupan letupan kecil di dalam pikiranku yang menginginkan sesuatu, Sesuatu yang mungkin saja selama ini sudah menunggu terlalu lama.
"Katakan Nyonya.. kau mau menciumku atau aku?." Suara Zein sudah benar-benar serak, aku yang mendengar hal itu semakin merasa ngilu..
aku hanya bisa diam, bibirku seakan Kelu namun aku malah mengangguk. aku mengangguk pada dua pernyataan yang dia ajukan..