Kleiomenes Salvador Douglas, Berjalan dengan langkah tegas memasuki ruangan kamar Istri pertamanya. Arsinoe Berenike Douglas, Perempuan yang sedang memakai baju tidur tipis dan memandang rembulan di depannya. tentu saja sedikit bingung kenapa suaminya masuk ke kamarnya di jam segini.
Sebab sudah hampir 5 tahun ini, Suaminya tidak pernah menginjakkan kakinya di kamar Arsinoe. Selama itu juga Wanita sekaligus seorang ibu, hanya bisa sendirian dan diam tanpa bisa mengeluh apapun.
"Ada apa Suamiku." Tanya Arsi pada suaminya.
"Anakku akan pulang, apakah kau yang menyuruhnya kembali?." Tanya Klei pada istrinya. wajahnya yang masih tampan dan tubuhnya yang gagah, membuat semua orang tidak pernah tau bahwa dia sudah berusia ratusan tahun.
"Dia kembali untuk menemui diriku, apakah kau keberatan pada kenyataan itu? Jangan berkata bahwa dia hanya anakmu saja, dia juga anakku. aku rasa tidak perlu repot-repot kemari hanya untuk bertanya hal yang tidak penting." Arsi berkata sangat lembut, matanya yang indah terlihat semakin indah saat terkena sinar rembulan malam ini.
Kleiomenes yang melihat kecantikan itu sempat terpesona beberapa saat, namun buru-buru dia memalingkan wajahnya dan memandang arah lain.
"Aku kemari hanya untuk bertanya, bukan Bertengkar denganmu. apakah kau memang senang dengan semua pertengkaran?." Tanya Klei dengan suara yang sudah bergetar.
"Aku menyukai pertengkaran? Aku rasa kau yang sudah memulai semuanya, apakah tidak cukup bertahun-tahun ini kau menyakiti diriku? Menyakiti aku luar dan dalam. jadi tidak bisakah aku menyalahkan dirimu atas semua yang terjadi? Karena aku merasa kau memang mempunyai peran penting dalam kesedihan yang aku rasakan. Kau adalah suami yang pernah aku percayai, tapi Nyatanya kau hancurkan hatiku." Kata Arsi dengan senyum yang masih terpantri di bibirnya.
"Aku sudah meminta maaf ribuan kali, aku sudah memohon pada cintamu, aku juga sudah berusaha membuat semuanya terlihat baik-baik saja. Apakah aku masih di hukum atas satu kesalahan yang tidak sengaja aku perbuat?." Kleiomenes menutup pintu di belakangnya, lalu mendekati istrinya yang masih saja terdiam di tempat.
Tidak beranjak apalagi bergeser ke arah lain, Bagi Arsi. jika dia bergerak dan berubah tempat, maka dia akan kalah.. kalah pada kenyataan bahwa hatinya masih sangat mencintai suaminya itu. kalah pada kenyataan bahwa selama lima tahun ini hatinya dan tubuhnya masih merindukan sosok yang sekarang sedang berdiri tegap menatap Mata Arsi.
"Kesalahan itu adalah kesalahan yang membunuh jiwaku, membunuh kepercayaanku dan membunuh cintaku yang telah aku berikan secara utuh padamu. Lalu apakah kesalahan itu bisa benar-benar aku lupakan? Kau sudah sangat senang dengan Keluarga barumu kan? kenapa sekarang kau mempertanyakan lagi tentang masa lalu itu. Pergilah Kleiomenes, aku bertahan di tempat ini demi tahta untuk anakku. walaupun aku tau kau tidak akan benar-benar memberikan padanya, tapi aku percaya.. aku percaya pada Leluhur yang selalu berada di sekitar kami dan membantu kami untuk mendapatkan semua tahta itu. Jadi jangan mencoba untuk membuat hatiku semakin sakit lagi, pergilah..." Kata Arsi Dengan bibir yang Sudah bergetar hebat.
Tapi Kleiomenes masih mendekati Arsi, masih mencoba memegang kedua bahu istrinya. kehangatan yang telah lama hilang dari hidupnya, karena sebuah kesalahan masa lalu.
karena Kleiomenes pernah sekali Terpesona dengan keseksian tubuh wanita lain, yang sekarang merupakan istri keduanya. Thrakia Douglas..
"Apa yang harus aku lakukan agar bisa mendapatkan semua maaf darimu? Apakah aku harus benar-benar mati di hadapan dirimu?." Tanya Kleiomenes pada istrinya.
Arsi melepaskan kedua tangan suaminya dari pundak kecilnya itu, lalu menatap mata suaminya dengan tatapan datar. tidak ada amarah di balik tatapan Arsi, karena amarah itu sudah di kalahkan dengan rasa benci dan kekecewaan yang mendalam. rasa marah itu sudah habis dan menyisahkan rasa sakit yang Tidak bisa di jelaskan dengan kata-kata biasa.
"Dunia ini memang selalu berjalan walaupun sebagian manusia sudah pergi dan meninggal dunia, kau sudah menyatakan semua itu sejak dulu. sejak pertama kali kau mengkhianati diriku, jadi kenapa kau tidak mati sejak dulu? KENAPA? KARENA KAU TIDAK MAMPU!. kau tidak mampu, sebab saat kau keluar dari ruangan ini. dirimu di kontrol lagi oleh Thrakia, sebab saat kau keluar dari ruangan ini. maka matamu akan tertutup dan hatimu berada dalam kegelapan.. seharusnya kau membunuh Thrakia lebih dulu, maka kau akan tau bagaimana caranya bunuh diri!." Arsi mengatakan semuanya dengan intonasi yang sangat pelan.
Begitu pelan hingga hanya mampu di dengar oleh Mereka berdua saja, Sebab Arsi tau.. Ada seseorang di luar sana yang mendengarkan percakapan mereka, entah apa niat Kleiomenes datang kemari. entah apa yang dia inginkan dan apa yang dia butuhkan.
Arsinoe hanya bisa menjaga dirinya saja, bahkan sudah memasang mantra di ruangan ini. berharap bahwa jika saja Arsinoe mati di tangan suaminya sendiri, anaknya akan mengetahui hal tersebut.
beberapa saat tidak ada suara dari Kleiomenes dan Arsinoe. mereka saling diam tanpa suara, Mata yang terlihat di antara mereka berdua, adalah mata yang sebenarnya saling merindu dan ingin sekali Berpelukan.
Tapi keegoisan dan rasa kekecewaan menutup semua rindu itu, semuanya tertutup pada kenyataan..
Kenyataan bahwa mereka sebenarnya tidak benar-benar bisa bersatu lagi, hidup yang mereka jalani beratus-ratus tahun. harus hancur pada kenyataan yang menampar mereka berdua..
Thrakia dan anak laki-lakinya itu adalah penyebab keretakan rumah tangga sepasang insan yang masih memiliki banyak cinta di hati mereka.
"Aku kemari benar-benar datang dengan semua penyesalan, aku selalu datang dengan semua penyesalan. aku pikir waktu bisa membuatmu memaafkan diriku, tapi nyatanya.. setiap aku kembali, kau masih tetap sama. Kau masih menjauh dariku dan menutup hatimu, seharusnya kau berikan aku sedikit kepercayaan sekali lagi. maka aku tidak akan menyia-nyiakan semuanya.. kenapa Arsi? kenapa tidak kau maafkan aku, apakah aku tidak tau bagaimana aku memejamkan mata setiap malam, dan selalu mengingat semua kenangan manis kita? apakah kau tidak tau bagaimana aku selalu bermimpi tentang masa lalu yang selalu membuatku merasa sangat terpuruk.. tidakkah kita bisa mulai semuanya dari awal lagi?." Tanya Kleiomenes dengan suara yang merendah.
Dia tidak lagi menyentuh istrinya, hanya menunduk dan memandang lantai marmer di bawah kakinya.
"Tidak ada kesempatan yang bisa aku berikan, Aku sudah terlanjur bersumpah pada diriku sendiri. aku tidak mau kau duakan, kau hanya perlu memilih membuang Thrakia dan anaknya. atau membuang diriku dan anakku.. di malam pemilihan penggantimu esok hari, aku ingin melihat apa yang akan kau lakukan.. kau tidak bisa menggenggam dua burung sekaligus, lalu berpikir dua-duanya tidak akan terbang.. kau hanya harus memilih, buatlah pilihan yang tidak akan membuatmu menyesal lagi.. Yang Mulia Raja Kleiomenes." Kata Arsi dengan suara pelan namun sangat menusuk.