Gina tersenyum tipis, dia mulai tertarik pada Erza, namun dia tahu jarak dia dan Erza sangat jauh.
Toh itu juga bisa dilihat dari kejadian barusan, ternyata Erza ini tidak sesederhana pemilik restoran, kalau benar Erza pasti punya background yang lebih besar.
"Baiklah kalau begitu."
Erza bisa melihat pikiran Gina, dan pada saat yang sama, dia memang sedikit lapar.
"Kalau begitu aku akan pergi berbelanja bahan makanan, Sani, tolong temani Tuan Erza."
Wajah Gina tiba-tiba memiliki ekspresi bahagia, dapat dikatakan bahwa saat ini, dia sangat bahagia di dalam hatinya. Bagaimanapun, dia bisa mengajak Erza untuk makan di rumahnya hari ini. Faktanya Erza bukan orang biasa namun, dia masih dengan senang hati mau makan di rumah Gina.
Hanya ketika dia mendengar ini, Erza merasa sedikit malu di dalam hatinya, tetapi Gina, dan sebelum Erza dapat berbicara, Gina berlari keluar.