Gia menggerutu kesal sambil mengumpat kasar dengan apa yang baru saja di alami olehnya. Ingin sekali rasanya Gia memusnahkan Arley dari muka bumi ini. Ia benar-benar terasa sangat hina, bahkan lebih hina dari pada malam itu dimana menjadi moment pertemuan mereka berdua untuk pertama kalinya.
Dan sekarang, namanya sudah benar-benar jelek di mata keluarga terhormat dan juga terpandang itu. Gia tertawa sinis, apalagi yang Gia pikirkan? Bukankah Gia memang hina? Sedari ia masih berusia sangat muda, bahkan Gia sudah tidak memiliki harga diri lagi. Ia sering mendapat kekerasan fisik yang di dapatkannya dari sang ayah. Hidup di pinggiran jalan sampai sekujur badannya membeku bukanlah hal yang mudah. Gia sudah melewati masa sulit itu, tapi sekarang ia kembali mendapatkan penghinaan itu. Sudah seharusnya Gia tidak memikirkan tentang harga dirinya karena memang ia sudah kehilangannya sedari dulu.