ดาวน์โหลดแอป
5.45% He's My Billionaire (Te Iubesc) / Chapter 15: Part 14

บท 15: Part 14

"Apa kau masih marah padaku?" Tanya Alland ketika Marsha melewatinya begitu saja.

Sejak awal Alland memang sudah bersiap-siap untuk melakukan pertemuan penting mengenai kerja sama yang akan ia jalin bersama De Rich Hotel. Dan tepat ketika Alland baru saja keluar dari kamarnya, Marsha juga keluar dari kamarnya dengan wajah yang tidak bersahabat. Apalagi ketika wanita itu menatapnya tajam dengan tatapan yang sangat mengerikan.

"Kau mau kemana?"

"Bukan urusanmu!"

"Menjadi urusanku karena kau disini bersamaku. Ingat kita sedang dalam perjalanan bisnis, itu artinya kita seharusnya tidak perlu mencampuri urusan pribadi di dalamnya." Kata Alland dengan ketus. Tidak suka mendapati jika Marsha mengabaikannya begitu saja.

Marsha menghentikan langkahnya, kemudian berbalik menatap Alland dengan berang. "Tidak perlu mencampuri urusan pribadi kau bilang? Biar kuperjelas bagaimana kau mengerjaiku habis-habisan malam kemarin. Bagaimana kau dengan tidak profesionalnya memperlakukanku layaknya mainanmu!"

Alland menghelakan napasnya berat. Alland sadar jika kemarin malam ia terlalu berlebihan.

"Kemarin aku hanya bercanda."

"Dan kau pikir candaanmu itu menyenangkan? Kau menjadikanku korban brengsek!" Bentak Marsha.

"Bisakah kau tidak perlu mengataiku begitu? Itu cukup menggangguku." Peringat Alland tak suka.

"Itu memang cocok untukmu."

Baiklah, i'm give up!

"Fine. Terserah kau mau memanggilku apa. Tapi bisakah kau tidak marah lagi padaku? Sungguh, itu sangat menyiksaku Marsha." Lirihnya di akhir kalimatnya. Marsha menautkan kedua alisnya bingung.

Bagian mana yang menyiksa pria itu?

Yang ada Marsha yang selalu tersiksa!

"Are you joking sir? Aku korbannya disini!"

Sekali lagi, Alland mencoba bersabar. Menghadapi Marsha memang butuh ekstra kesabaran di dalamnya.

"Kita tidak memiliki banyak waktu saat ini Marsh. Sekarang kita harus turun dan menemui seseorang di bawah sana." Katanya.

"Kau saja aku tetap disini." Balas Marsha cepat sembari memalingkan wajahnya kesal.

Enak saja, Alland pikir dirinya segampang itu? Oh, tentu saja tidak.

"C'mon Marsh, dia tidak suka menunggu. Kita akan kehilangan orang itu dan juga sahamnya." Katanya sedikit memohon.

Seorang Alland memohon?!

"Aku tidak peduli. Lagipula, aku tidak terlalu dibutuhkan disana."

"Aku peduli! Kalau kau tidak dibutuhkan untuk apa aku mengajakmu kemari?" Kata Alland dengan kesal.

Marsha menggelengkan kepalanya bersikukuh menolak ajakan Alland.

"Aku tetap tidak mau."

Wanita ini!

"Mau tidak mau kau harus ikut!"

"Siapa kau bisa memaksaku begitu?!"

"Aku atasanmu Marsha!"

"Ya, memang. Tapi aku punya hak untuk menolak kalau aku memang tidak ingin." Katanya kembali menolak membuat Alland memijit pangkal hidungnya pelan. Kepalanya bahkan sudah berdenyut-denyut nyeri.

"Baiklah begini saja. Kau harus ikut denganku turun ke bawah, setelah pertemuan itu selesai aku akan membawamu jalan-jalan mengelilingi kota ini. Bagaimana?" Tawar Alland yang tentu saja membuat bola mata Marsha berbinar senang. Sudah sangat lama ia tidak mengunjungi negara ini, rasanya ia sangat merindukan setiap sudut kota yang ia datangi saat ini.

Oh Tuhan, maafkan Marsha karena ia tidak bisa menolak untuk yang satu ini.

"Apa ini bentuk permintaan maafmu?" Tanyanya sembari tersenyum geli. Alland begitu sulit hanya untuk sekedar mengatakan kata maaf, egonya terlalu tinggi.

"Terserahmu. Bagaimana?" Tanyanya lagi karena tidak juga mendapat balasan.

"Umm, tapi aku yang menentukan destinasinya!" Tegasnya.

Alland mengulumkan senyumnya. Melihat binar mata dan keceriaan Marsha kembali membuatnya begitu lega sekaligus senang. Sepertinya kebahagian Marsha menular padanya.

"As your wish, baby."

***

"Mr.Rich sudah menunggu anda, sir." Kata seorang pelayan yang langsung menghampiri Alland dan Marsha ketika pintu lift mereka terbuka.

Tanpa harus repot mengeluarkan suara, Alland menarik pinggul Marsha kemudian membawanya berjalan beriringan dengannya.

"Hei lepaskan tanganmu itu!" Protes Marsha yang membuat Alland langsung melepaskannya. Ia tidak ingin berdebat lagi, apalagi jika clientnya melihat ketidak akuran mereka. Itu bisa menjadi masalah nantinya.

"Selamat pagi, Mr.Rich. Maaf membuat anda menunggu." Sapa Alland sembari menundukkan kepalanya hormat, begitu juga dengan pria paruh baya itu yang langsung berdiri dari duduknya dan mengikuti Alland menunduk hormat.

"Tidak masalah. Saya memang sengaja datang lebih awal untuk memeriksa sesuatu di hotelku ini." Katanya memberitahu.

Alland pun menganggukkan kepalanya pelan. "Ah, kenalkan ini Marsha Charlotte. Model sekaligus sekretaris saya disini untuk membantu kita nantinya." Kata Alland memperkenalkan Marsha.

Marsha yang tadinya memang sangat terkejut mendapati pria paruh baya itu, kini semakin terkejut lagi. Mengapa Alland tidak bilang mereka akan menemui seseorang dari Rich!

Mr.Rich menatap Marsha juga sama terkejutnya. Ia juga tidak menyangka akan bertemu Marsha disini. Tapi untungnya Mr.Rich bisa menyembunyikan keterkejutannya dengan cepat, sehingga tidak ada yang menyadarinya.

"Oliver Rich. Kau bisa memanggilku apa saja." Katanya memperkenalkan diri sembari menjulurkan tangannya.

Marsha hanya menatap tangan itu datar, tidak ingin menyentuhnya sama sekali. Hal itu pun tidak luput dari pandangan Alland. Alland menyenggol lengan Marsha untuk memperingatkannya.

"Aku tidak berjabat tangan dengan sembarangan orang." Sinisnya.

Alland tertawa terpaksa untuk mencairkan suasana yang ada disana. "Apa maksudmu Marsha? Kau tidak akan berjabat tangan dengan sembarangan orang. Mr.Rich adalah pengusaha tersukses sepanjang masa, bahkan kami selalu berebut untuk mendapatkan posisi nomor satu karena banyaknya kekayaan yang kami punya. Walaupun tetap saja aku yang menang tahun lalu dan tahun ini. Karena beliau sudah terlalu tua untuk bekerja." Kata Alland sembari mengedipkan sebelah matanya pada Mr.Rich.

Mr.Rich membalas Alland dengan tawanya pula. "Kau terlalu berlebihan. Tapi tenang saja, aku sudah memiliki pengganti pak tua ini. Putraku Orios akan segera menggantikanku. Kau pasti akan kewalahan karena dia sepintar diriku." Katanya yang entah mengapa membuat dada Marsha terasa nyeri mendengarnya.

"Kau lihatkan? Dia selalu menyombongkan dirinya dan putranya itu." Kata Alland dengan nada jenaka, tapi tidak membuat Marsha tersenyum sedikit pun. Pandangan tajam nan menusuk selalu ia tunjukkan pada pria tua itu.

"Jadi apa bisa kita mulai? Waktuku tidak banyak." Kata Mr.Rich.

"Ya, anda memang selalu tidak pernah memiliki waktu. Tanpa anda sadari waktu yang anda hargai itu akan membunuh anda." Cecar Marsha.

"Ada apa denganmu Marsha?" Kata Alland menegur.

"Harusnya aku yang bertanya. Mengapa kau tidak memberitahuku kalau kita akan bertemu pak tua ini?" Katanya dengan nada tidak suka.

Alland mengernyit heran. "Kau mengatakannya seakan kau mengenal Mr.Rich. Apa kalian saling mengenal?" Tanya Alland menatap Marsha dan Mr.Rich secara bergantian.

"Ya, kami saling mengenal." Jawab Mr.Rich sebelum Marsha menjawab pertanyaan Alland.

"Apa hubungan diantara kalian berdua?" Tanya Alland lagi. Sebenarnya itu tidak sopan ia tanyakan, tetapi jika menyangkut Marsha ia selalu penasaran akan sesuatu hal.

Marsha mendesis. "He's the true devil, same like you!" Katanya dengan nada tinggi, lalu pergi dari sana. Menghiraukan panggilan Alland yang masih setia memanggilnya.

"Sebenarnya ada apa diantara kalian berdua Mr.Rich? Tidak biasanya Marsha seperti itu." Katanya bingung.

Mr.Rich menggelengkan kepalanya pelan. "Dia pernah bekerja diperusahaanku, tapi karena sesuatu hal wanita itu mengundurkan diri. Mungkin itu karena putraku selalu mengejarnya." Jawab Mr.Rich dengan santai.

"Putramu mengejarnya?"

"Sepengetahuanku seperti itu."

Alland menggeram kesal. "Tentu saja Marsha tidak nyaman bekerja disana. Tidak seharusnya putramu berlaku demikian sir." Katanya membuat Mr.Rich memandangnya aneh, tapi sedetik kemudian ia tertawa geli.

"Itu hanya masa lalu Mr.Stanford, lupakan saja. Lebih baik kita segera membicarakan tentang pekerjaan. Kau tahu aku sangat sibuk." Katanya memberitahu. Akhirnya mereka pun larut dalam percakapan pekerjaan yang hanya dimengerti oleh dua orang itu saja.

"Aku akan membalasmu Mr.Rich!" Tekad Marsha yang sudah berjalan keluar dari hotel berbintang lima itu.

Lihat saja nanti!

***


Load failed, please RETRY

ของขวัญ

ของขวัญ -- ได้รับของขวัญแล้ว

    สถานะพลังงานรายสัปดาห์

    Rank -- การจัดอันดับด้วยพลัง
    Stone -- หินพลัง

    ป้ายปลดล็อกตอน

    สารบัญ

    ตัวเลือกแสดง

    พื้นหลัง

    แบบอักษร

    ขนาด

    ความคิดเห็นต่อตอน

    เขียนรีวิว สถานะการอ่าน: C15
    ไม่สามารถโพสต์ได้ กรุณาลองใหม่อีกครั้ง
    • คุณภาพงานเขียน
    • ความเสถียรของการอัปเดต
    • การดำเนินเรื่อง
    • กาสร้างตัวละคร
    • พื้นหลังโลก

    คะแนนรวม 0.0

    รีวิวโพสต์สําเร็จ! อ่านรีวิวเพิ่มเติม
    โหวตด้วย Power Stone
    Rank NO.-- การจัดอันดับพลัง
    Stone -- หินพลัง
    รายงานเนื้อหาที่ไม่เหมาะสม
    เคล็ดลับข้อผิดพลาด

    รายงานการล่วงละเมิด

    ความคิดเห็นย่อหน้า

    เข้า สู่ ระบบ