Setelah Emmelyn menanggalkan pakaiannya, ia berjalan menuju ke bathtub dan melangkah masuk ke dalam. Bak itu terbuat dari kayu tebal dan diisi air hingga setengahnya. Di malam musim gugur seperti ini, airnya sengaja dibuat lebih hangat dari biasanya.
Karena suasana gelap, Emmelyn harus meraba-raba pinggiran bathtub agar kakinya tidak salah melangkah. Mars hanya tersenyum sendiri melihat tingkah gadis itu.
Ia mengulurkan tangannya hendak menyentuh tangan gadis itu dan memandunya masuk, namun ketika tangannya menyentuh kulit Emmelyn, gadis itu spontan memukulnya.
"Auww!"
"Astaga kau jangan membuatku kaget, Brengsek," omel Emmelyn. "Bagaimana kalau jantungku lemah?"
Mars terhenyak mendengarnya. "Jantungmu lemah?"
"Tidak, tapi bisa saja, kan? Lain kali jangan membuatku kaget," tukas Emmelyn. Ia berpegangan pada pinggiran bathtub dan kemudian menaruh kakinya satu persatu ke dalam bathtub.
Untunglah bak mandi itu cukup besar untuk berdua, sehingga ia dapat segera mencari posisi di paling ujung sejauh mungkin dari si Pangeran Mars.
Emmelyn menyanggul rambutnya di atas kepala agar tidak basah. Kalau rambutnya basah sebelum tidur rasanya sangat tidak mengenakkan. Bisa-bisa ia akan jatuh sakit besok karena kepalanya kedinginan.
Heran, pangeran sinting ini senang sekali mandi sebelum tidur. Mentang-mentang bukan dia yang mengisi airnya, pikir Emmelyn dalam hati.
Ia ingat hari-hari berat saat ia harus mengangkat air dari bawah demi mengisi bak untuk mandi pangeran sialan ini.
"Kau suka panasnya?" tanya Mars tiba-tiba, mengagetkan Emmelyn.
Ia sedari tadi memperhatikan gadis itu dengan matanya yang tajam, sementara Emmelyn sepertinya tidak sadar bahwa Mars dapat melihat semua gerak-geriknya dengan jelas. Sejak masuk ke bathtub, gadis itu tampak melamun dan cemberut sendiri, membuat Mars menjadi tambah terpesona.
Entah kenapa, biasanya perempuan kalau cemberut terlihat jelek dan menyebalkan, tetapi anehnya, gadis di depannya ini saat cemberut justru terlihat lebih menarik. Dari tadi Mars melihat Emmelyn seperti memikirkan sesuatu. Ia ingin tahu apa yang ada dalam pikiran gadis itu.
Apakah ia sedang memikirkan kegiatan yang akan segera mereka lakukan di tempat tidur nanti?
Ahh... saat ia membayangkan ini, rasanya wajah Mars memerah di dalam gelap. Ia pun sangat menanti-nantikan seperti apa rasanya tidur dengan gadis itu.
Ia belum pernah melakukannya dengan wanita mana pun karena kutukan brengsek yang menimpanya.
Mars sering mendengar dari sepupu-sepupunya dan berbagai prajurit yang berlatih bersamanya bagaimana rasanya berhubungan seks dengan perempuan, tetapi hanya sebatas itu... ia tidak akan pernah tahu seperti apa rasanya. Ia hanya bisa mendengarkan.
Untunglah Emmelyn tiba-tiba datang ke dalam hidupnya.
Malam ini... ia akan tahu, bagaimana rasanya tidur dengan perempuan.
Tanpa sadar lagi-lagi Pangeran Mars menelan ludah. Ia selalu berendam dengan air hangat sebelum tidur karena ia memiliki masalah tidur yang cukup parah dan karenanya harus selalu membuat dirinya senyaman mungkin.
Kegiatannya sepanjang siang yang sangat aktif di lapangan dalam mengendalikan pasukan atau melaksanakan tugas-tugas resmi sebagai pangeran putra mahkota membuat tubuhnya kotor atau berkeringat, sehingga biasanya untuk membuat tubuhnya relaks, ia membersihkan diri, lalu tidur setelah meminum ramuan obat tidur dari tabib istana.
Tetapi entah kenapa malam ini, tubuhnya bukannya merasa nyaman, malah terasa tegang.
Apalagi tubuh bagian bawahnya.
"Airnya lumayan," kata Emmelyn dengan suara datar. Ia tidak tahu apa yang harus dilakukan dalam kondisi mandi berdua seperti ini. Apakah mereka harus saling menggosok punggung... atau?
"Hmm... biasanya aku meminta airnya sedikit lebih panas karena aku membutuhkannya untuk melemaskan otot-ototku setelah berlatih sepanjang hari," Mars menjelaskan tanpa diminta. "Tetapi karena ada kau, aku rasa perempuan yang kulitnya lebih halus tidak akan tahan kalau airnya terlalu panas. Karena itulah aku minta mereka menurunkan suhu airnya, agar tidak sepanas biasa."
"Oh..." Hanya itu yang dapat dikatakan Emmelyn.
Teryata pangeran menyebalkan ini perhatian juga kepadanya, pikir gadis itu
Suasana menjadi hening kembali.
Emmelyn yang pada dasarnya banyak bicara, mulai merasa tidak nyaman berbagi bak mandi dengan seorang laki-laki dalam suasana yang begitu hening.
Akhrnya, ia memutuskan untuk memulai pembicaraan.
"Kau ini.. kenapa selalu mandi sebelum tidur?" tanya Emmelyn akhirnya. "Setahuku bangsawan lain hanya mandi kalau mereka sudah benar-benar kotor. Baru kau saja laki-laki yang kukenal mandi setiap hari."
Mars mengerutkan keningnya mendengar pertanyaan yang tidak biasa ini. Ia baru tahu bahwa Emmelyn memperhatikan hal kecil seperti itu.
"Hmm.. benar juga," kata Mars akhirnya. "Aku hanya merasa bahwa setiap hari aku terlalu sibuk dan kelelahan akibat berbagai kegiatan fisik yang kulakukan. Tubuhku perlu relaks agar aku dapat tidur. Karena itulah, sejak kecil aku sudah biasa mandi sebelum tidur."
Emmelyn mengangguk paham. Ia kini mengerti kenapa Mars memiliki kebiasaan seperti itu. Hmm... Ia mengakui bahwa berendam di air hangat seperti ini sebelum tidur memang membuat tubuh dan pikirannya menjadi lebih tenang dan nyaman.
Mungkin nanti kalau ia sudah pulang ke Wintermere dan memiliki kembali kerajaannya dan istananya, ia akan berbuat seperti Mars yang mandi sebelum tidur.
"Ahh.. tubuhku sudah relaks," kata Mars setelah beberapa lama.
Ia lalu menggosok tubuhnya dan setelah merasa puas ia lalu bangkit dari bathtub dan melangkah keluar. Ia lalu mengeringkan tubuhnya dan menunggu Emmelyn keluar mengikutinya.
"Kau belum selesai? Jangan lupa tugas kita malam ini apa," kata Mars sambil menatap Emmelyn lekat-lekat.
Emmelyn yang merasa terbuai oleh kenyamanan di dalam bak mandi berisi air hangat itu hampir saja memejamkan matanya dan tidur. Ia segera tersentak bangun.
"Astaga... benar juga."
Membuat bayi.
Ia sudah setuju dan membuat perjanjian tertulis dengan Mars. Berarti, ia harus secepatnya menyelesaikan urusannya di sini agar ia dapat pergi.
Mars mengulurkan lengannya dan membantu Emmelyn berdiri. Ketika gadis itu melangkah keluar dari bak mandi dan tanpa sengaja menyentuh Mars, barulah Emmelyn menyadari bahwa sejak keluar dari bak mandi, pangeran mesum ini ternyata tidak mengenakan pakaiannya.
Seketika wajah gadis itu memerah seperti kepiting rebus.
"Dasar mesum," gerutunya.
"Apa katamu barusan?" tanya Mars sambil menyampirkan kain pengering ke punggung Emmelyn dan membantu menggosoknya hingga kering.
"Uhmm... aku bisa sendiri," kata Emmelyn yang tiba-tiba merasa ia diperlakukan seperti anak kecil.
"Kau terlalu lambat," kata si mesum dengan suara serak. Ia telah menyelesaikan tugasnya dengan secepat kilat mengeringkan tubuh Emmelyn dan kemudian mengangkat tubuh indah itu dengan kedua tangannya.
"Aaahhh..." Emmelyn yang kaget karena digendong tiba-tiba tanpa sadar segera mengalungkan lengannya di leher pria itu.
Mars tersenyum simpul melihat gadis itu merangkul lehernya. Ia lalu dengan penuh semangat segera berjalan membopong Emmelyn ke tempat tidurnya yang besar.
Awww..!!