ดาวน์โหลดแอป
16.66% Hujan Di Planet Mars / Chapter 3: Suka, Tidak Cinta

บท 3: Suka, Tidak Cinta

"Ishhh jail banget si!!! Balikin pulpen gua Satria!!!"

"Ambil sini, kejer gua hahahaha."

Natasha pun mengejar, nampak begitu gemas nya raut wajah natasha ingin mendapatkan kembali pulpennya yang di curi Satria.

"Aduh, Aduh... Capek demi, hufttt ampun Nat, gua capek lari pagi-pagi."

"He eh, huh!!! Sa...sama gua juga, ca..capek!"

Mereka berdua pun duduk sejenak didepan koridor kelas tujuh C. Namun tak lama berselang, Satria pun tanpa aba-aba kembali berlari menjauh dari Natasha. Natasha yang melihatnya pun langsung reflek mengejar Satria. Di tengah pelariannya, tanpa sengaja Satria menabrak seorang wanita ketika menoleh sejenak ke belakang. Semua jajanannya jatuh dan berceceran di tangga sekolah. Ternyata, wanita yang ditabraknya ialah Mutia.

"Aduh, aduh maaf Mut! Aku, aku gak sengaja!" Ujar Satria.

"Kamu ahhh, kenapa si!? Dikejer siapa!?" Sahut Mutia memarahi.

"Itu, di kejer Nat!"

"Hayooo!!! Dapet juga akhirnya Hahahaha." Ujar Natasha menghampiri seraya menarik pulpennya dari genggaman Satria.

"Kamu ambil pulpen Natasha!?" Tanya Mutia.

"Iya mut, jail banget dia!" Jawab Natasha.

"Waaa, harus dihukum ya kamuuu!!!"

"Eh jangan!!! Aku beliin jajanan yang baru gimana? Hehe." Sahut Satria.

"Eemmmhh yaudah, mau deh ehehehe." Ujar Mutia.

Satria dan Mutia pun berjalan bersama menuju kantin. Sepanjang jalan menuju kantin, Mutia sempat menceritakan beberapa hal mengenai dirinya yang terus di goda oleh beberapa pria yang ia jumpai. Satria saat itu tak terlalu menanggapi dengan serius, ia justru berkata,

"mereka boleh godain kamu, tapi mereka gak akan bisa godain aku."

Ucapan yang dilontarkan Satria ketika itu langsung membuat Mutia tertawa dan reflek memukul bahu Satria. Sesampainya di kantin, Mutia langsung membeli semua jajanan yang di tumpahkan oleh Satria tadi, ditambah beberapa jajanan baru yang diinginkannya. Senyum manis dari bibir Mutia rasanya mampu membuat pria manapun jatuh hati kepadanya, tak terkecuali Satria. Tangan Mutia kini sudah penuh dengan jajanan, Mereka berdua pun menyantap jajanan mereka di kantin sekolah.

Waktu terus berjalan, jam pulang sekolah pun tiba. Seperti biasa, Satria akan datang ke kelas Mutia yang kebetulan satu kelas dengan Abyan. Satria dan Abyan memang selalu berangkat kesekolah dan pulang ke rumah bersama-sama, maka dari itu setiap pulang sekolah Satria dan Abyan selalu pulang bareng. Hari ini nampaknya mood Mutia sedang bagus, ia melarang Satria pulang terlebih dahulu untuk mendaftarkan diri mengikuti eskul Taekwondo. Entah apa yang ada di fikiran Mutia saat itu, namun terlihat dari perangainya bahwa ia cukup bersemangat mengikuti eskul itu. Mereka berdua pun sepakat untuk menekuni eskul bela diri tersebut hingga lulus SMP.

Beberapa bulan berlalu, Mutia dan Satria seringkali berdebat dibandingkan mengobrol bersama. Tak terbayang saat itu, bocah SMP yang sedang saling menyukai harus berdebat tentang hubungan percintaan yang bahkan sama sekali tak di mengerti oleh mereka. Satria bahkan tak tau apakah ia mencintai Mutia atau tidak, hatinya hanya berkata bahwa ia menyukainya, menyukai fisiknya, namun tidak untuk sifatnya.

"Ohhh, jadi gitu, kamu milih beliin aku permen dibanding somay? Biar gigi aku rusak gitu!? Kan kamu tau aku paling gak mau ngerasain rasanya sakit gigi, Sakit katanya!" Ujar Mutia.

"Ha!? Kamu tau dari siapa kalo itu sakit?" Tanya Satria.

"Dari Ibu ku. Bayangin, Ibu aku aja bilang sakit, apalagi kalo aku yang ngerasain!?"

"Gak akan Mut, kamu kan rajin sikat gigi. Lagipula, kamu kan gak pernah sakit gigi sebelumnya."

"Trus menurut kamu kalo aku sikat gigi, aku gak akan sakit gigi gitu!? Sat, denger ya, Zebra kalo di sikat kulitnya, dia gak bakal jadi putih polos, tapi tetep belang-belang. Apalagi gigi aku!"

*Satria Terdiam sejenak.

"Hemmm tapi kan Mut, gak ada hubungannya Zebra sama gigi kamu."

"Itulah yang cowok gak tau! Udah lah, awas ya besok kalo kamu bawain aku permen lagi!"

"Hemmm, Iya mut, iya."

Hubungan Satria dan Mutia sesungguhnya sudah berjalan lebih dari enam bulan, namun justru kekurangan Mutia yang semakin hari semakin nampak. Satria masih memaklumi beberapa sifat buruk Mutia, Ia fikir memang beginilah sifat wanita yang dirinya tak tahu sebelumnya. Intinya, Satria beranggapan bahwa memang kekurangan pasti ada dan selama memang kekurangan itu tidak membawanya kepada hal negatif, ia pasti akan memakluminya. Pilihan Mutia mengajak Satria mengikuti eskul taekwondo adalah kesalah besar baginya. Menurutnya, Satria begitu mencintai eskul itu dan lebih mementingkan urusan eskul dibanding dirinya. Mutia memang orang yang posesif, entah mungkin karna dia sudah terlalu mencintai Satria, atau memang sifatnya yang gak suka jikalau tak di prioritaskan. Satria nampaknya sudah cukup sabar menghadapi sifat buruk Mutia yang semakin hari semakin jadi, hingga akhirnya Satria pun perlahan mulai mencoba untuk memutuskan hubungan dengan Mutia.

"Kamu gak chat aku dua jam ngapain aja!?" Tanya Mutia.

"Aku main game sama Abyan Mut, maaf ya." Jawab Satria.

"Ohhh main game... Emang ya game itu utama dibandingin aku!?"

"Bukan utama Mut, tapi kan emang game online gak bisa di pause."

"Aku gak nanya, aku gak peduli, intinya kamu gak chat aku dua jam lebih!"

"Tapi kan aku udah minta maaf Mut tadi. "

"Setiap hari juga minta maaf, diulang lagi tapi."

"Justru itu, mana ada pria lain kayak aku yang mau minta maaf setiap hari. Lagipula apa gak terfikir di benak kamu kalo minta maaf mulu itu gak capek!?"

"Ya emang capek, karna itu aku kalo buat salah cuma sekali, gak berkali-kali."

"Engga Mut, main game atau eskul itu bukan sebuah kesalahan. Selama ini kamu selalu permasalahin eskul aku, Padahal kamu yang ajak. Kamu juga permasalahin aku main game, padahal itu satu-satunya hiburan aku."

"Satu-satunya hiburan kamu? Loh kalo gitu gunanya aku nemenin kamu di sini buat apa!? Sampe kamu gak ada hiburan selain game?"

"Ya gak ada lah hiburan!!! setiap chat kamu selalu marah, kita selalu debat. Aku capek Mut, aku mau rehat dari yang beginian."

"Oh, kamu mau putus!?"

*satria terdiam sejenak.

Jarinya pun seketika sulit untuk mengetik kata-kata.

"Aku fikir, kalau itu yang terbaik, Ya."

"Ohhh, oke, aku juga gak bisa pacaran sama cowok yang sok sibuk dan kerjaannya main game terus!"

"Hemmm iya mut, maafin aku, aku gak bisa jadi seperti apa yang kamu mau, mungkin gak akan pernah."

*selesai

     Mulau hari itu, Satria dan Mutia pun resmi putus. Awalnya sedih, Satria juga beberapa kali curhat tentang kondisinya yang diputusin oleh Mutia. Namun Satria sadar, bahwa sebenarnya ia sedari awal memang tak mencintai Mutia, ia hanya suka, namun tidak cinta. Setelah putus dengan Mutia, Satria sempat memiliki teman wanita yabg, bernama Amira. Satria biasa curhat kepada Amira tentang hubungannya dengan Mutia. Namun, beberapa hari setelah ia putus dengan Mutia, Amira nampak menghindar setiap kali hendak diajak mengobrol. Satria pun tak tahu mengapa, namun ternyata disitulah semuanya akan bermula.

"End Of This Part"


Load failed, please RETRY

สถานะพลังงานรายสัปดาห์

Rank -- การจัดอันดับด้วยพลัง
Stone -- หินพลัง

ป้ายปลดล็อกตอน

สารบัญ

ตัวเลือกแสดง

พื้นหลัง

แบบอักษร

ขนาด

ความคิดเห็นต่อตอน

เขียนรีวิว สถานะการอ่าน: C3
ไม่สามารถโพสต์ได้ กรุณาลองใหม่อีกครั้ง
  • คุณภาพงานเขียน
  • ความเสถียรของการอัปเดต
  • การดำเนินเรื่อง
  • กาสร้างตัวละคร
  • พื้นหลังโลก

คะแนนรวม 0.0

รีวิวโพสต์สําเร็จ! อ่านรีวิวเพิ่มเติม
โหวตด้วย Power Stone
Rank NO.-- การจัดอันดับพลัง
Stone -- หินพลัง
รายงานเนื้อหาที่ไม่เหมาะสม
เคล็ดลับข้อผิดพลาด

รายงานการล่วงละเมิด

ความคิดเห็นย่อหน้า

เข้า สู่ ระบบ