(Voc Leo)
Lagi-lagi Pria itu, selalu orang yang sama yang berada disekitar istriku, apa pria itu menyukai istriku? tatapannya selalu mengintimidasi seolah ia tak suka dengan diriku.
Hah... jujur aku akan membencinya jika memang ia menyukai Lita, aku takkan membiarkannya merebut istriku.
Meskipun aku percaya pada istriku karena aku tahu bagaimana sikap dinginnya pada lelaki lain namun ini adalah hal yang paling tidak aku sukai jika Lita harus bekerja.
Aku tak ingin membahasnya apalagi membuat masalah ini menjadi besar, hanya saja ucapan Lita mengganggu fikiranku, bagaimana bisa dia mengucapkan kalimat akan meninggalkanku, padahal selama ini ia hanya bergantung padaku.
Jika memang karena pria itu, aku bersumpah tidak akan membiarkannya mendapatkan milikku.
***
(Author)
Leo menutup gerbang hitam rumahnya yang menjulang tinggi setelah ia selesai memarkirkan mobil putih miliknya. Selesai mengunci gerbang ia berlari kecil masuk kedalam rumah.
Ia melihat sekeliling rumah, ia masih ingat suasan rumah saat ia tinggalkan kemarin, bahkan botol air mineral yang tak sempat ia masukkan kedalam kulkas masih tergeletak diatas meja makan.
Bantal sofa bekasnya tidur kemarin masih tergeletak tak beraturan diatas sofa, sigap Leo langsung membereskan sofa dan memasukkan botol itu kedalam kulkas.
Selesai membenahi apa yang pernah ia buat berantakan, Leo langsung berjalan masuk kedalam kamar, hal yang sama yang ada dikamar ia lihat lagi, ia tahu Lita orang yang rapih dan tidak suka hal yang terlihat berantakan, bahkan biasanya Lita akan memilih bersih-bersih saat moodnya sedang tidak baik.
"kamu tidak tidur dirumah semalam?" tanya Leo saat melihat Lita keluar dari kamar mandi selesai membersihkan diri dan berganti baju tidur.
Lita diam menatap suaminya yang berdiri tepat dihadapannya, kini suaminya menatap pakaian kotor yang ia gantungkan dilengannya.
"baju siapa yang kamu pakai?" tanya Leo lagi menggerakkan dagunya seolah menunjuk kearah baju yang menggantung di lengan istrinya.
Lita enggan menjawab, ia berjalan melewati suaminya dan melempar baju kotor itu kekeranjang cucian kotor.
"kau tidak mau menjawab?!" ucap Leo, kali ini suaranya tedengar kesal.
"kau paling tahu kalau aku takut sendirian dirumah" jawab Lita setelah naik keatas ranjangnya dan duduk bersandar disana, berusaha mengabaikan suaminya sambil matanya fokus menatap layar ponsel.
"pantas saja rumah masih berantakan, jadi kau bermalam dengan orang itu!" kesal Leo meninggikan suaranya.
"jangan mencari kesalahanku, kau fikir aku sama dengan mu!" suara Lita tak kalah kencang, ia benci jika suaminya sengaja mencari kesalahannya untuk menutupi kesalahan yang diperbuat.
"kalau bukan seperti itu kenapa kau diam saja? dan kenapa selalu ada orang itu disampingmu? kenapa bisa kau pulang bersama dengannya?" tanya Leo menahan rasa kesal penuh curiga.
"aku menginap dirumah kak Angel, dan kak Angel yang memintanya untuk mengantarku jika memang kau tidak pulang lagi, dan jangan jadikan dia kambing hitam untuk menghapus perbuatan yang kau lakukan padaku" terang Lita kesal, kemudian melempar ponselnya keatas nakas samping ranjang dan menarik bad cover menutup seluruh tubuhnya sampai kekepala setelah merebahkan diri diatas ranjang.
Lita tak mau membahas hal yang berkaitan dengan Alex, meskipun sebenarnya kecurigaan suaminya hampir benar hanya saja itu terlalu berlebihan jika suaminya berkata ia bermalam dengan lelaki lain, sekalipun hatinya sudah goyah dan jatuh kepelukan lelaki yang sedang diributkan itu, Lita masih menjaga batas perbuatannya, bagaimana bisa ia tidur dengan lelaki selain suaminya.
Leo diam mendengar penjelasan Lita, baginya sudah cukup melegakan mendengar jika pria asing itu berkeliaran disekitar istrinya hanya karena perintah Angel, rasa cemburunya sedikit berkurang, walaupun ia yakin jika pria asing itu tentu punya maksud lain mendekati istrinya.
***
Angel menatap sendu layar ponselnya, setelah membaca chat yang dikirim Lita.
"chat dari siapa sayang? kenapa muka kamu jadi cemberut gitu?" tanya Robby yang duduk diseberang meja berhadapan dengan Angel, sambil tangannya sibuk membolak-balik daging diatas grill pan.
Saat ini Angel dan Robby sedang makan malam di resto BBQ kesukaan mereka.
Angel menarik nafas dalam "dari Lita" jawabnya singkat enggan menjelaskan pada sang kekasih.
"terus kenapa cemberut gitu, biasanya kamu seneng dapet chat dari Lita" sambung Robby masih penasaran.
"aku bingung harus sedih atau senang, tadi Lita bilang kalau Leo pulang kerumah jadi aku enggak perlu menginap dirumahnya" terang Angel yang sekarang sibuk mengangkat daging yang sudah terlihat matang dan memindahkan ke dalam piring miliknya.
"bagus dong kalau Leo pulang, sudah seharusnya saat ini dia minta maaf ke Lita" ucap Robby selesai sambil mengambil satu lembar daun selada.
"kalau kamu diposisi Lita, emang kamu bisa maafin Leo begitu aja hah! kalau kamu berani begitu udah langsung aku potong-potong keponakan kamu itu" kesal Angel.
"pasti Lita makin sedih kan sekarang harus melihat mukanya Leo apa lagi tidur disamping orang yang udah tidur sama wanita lain, aduuh! aku enggak bisa bayangin gimana rasanya jadi Lita" sambung Angel sambil menggelengkan kepalanya berusaha menghilangkan apa yang terlanjur ada di benaknya.
"yaudahlah kamu enggak perlu mikir sampai sejauh itu, biar mereka selesaikan masalah mereka, dan kamu cukup jadi pendengar dan sandaran Lita aja, jangan sampai kamu ngompor-ngomporin dia" ucap Robby memperingatkan calon istrinya yang selalu ikut campur masalah orang lain.
"aku enggak ngomporin sayang!" bela Angel setelah selesai mengunyah makanannya.
***
"nak... biarkan Leo bersama dengan istrinya, lebih baik kita pergi dari sini, sudah cukup Putri bersama keluarga yang bisa memberikan segalanya, jadi mari kita pergi menjauh dari keluarga yang seharusnya bahagia" ucap Melati menahan tangisnya duduk disamping Indah yang baru saja berniat tidur.
"kenapa?! kenapa harus aku yang mengalah?! kenapa aku harus seperti ibu yang mengalah begitu saja?! aku ingin mempertahankannya disampingku, aku membutuhkannya aku akan terus bertahan" ucap Indah sambil bangkit dari duduknya.
"ini bukan hal yang benar nak, ini sebuah kesalahan, jangan menyakiti dirimu lebih dari ini nak, jangan juga mengakiti orang lain, biarkan dia bahagia bersama dengan istrinya" Melati tak mau kalah, suaranya berusaha tegar meyakinkan anaknya.
"cukup bu... jangan bahas hal ini lagi, aku ngantuk mau tidur" Indah menghentikan perdebatan, dan rebah diatas kasur memunggugi Melati yang masih duduk terpaku di atas kasur.
Hati Melati sakit menatap punggung anak semata wayangnya, ia sadar kesalahan masa lalunya telah memberi luka besar didalam hati anaknya, andai ia tidak pergi begitu saja meniggalkan suaminya, mungkin Indah akan hidup lebih baik dari ini.
Melati teringat masa lalunya saat suaminya memiliki anak dari perempuan lain sebelum ia sempat memberikan keturunan untuk suaminya.
Ia ingat pertama kali mertuanya mengenalkan istri kedua untuk suaminya, betapa bahagia sang mertua yang mendapat seorang cucu dari anak dan istri keduanya, ia berusaha bertahan hidup berbagi dengan wanita lain.
Melati tahu betul rasanya berbagi kasih sayang diantara dua hati, bagaimana menahan cemburu yang tak mampu diutarakan, hidupnya tak berdaya. Bahkan ketika ia berhasil mengandung Indah didalam rahimnya, bahagia tak kunjung menghampirinya.
Istri pertama sang suami juga sedang mengandung anak kedua yang berkelamin lelaki, sedangkan anak dirahimnya perempuan, mertuanya tetap hanya memberi perhatian pada menantu keduanya dan tentu saja sang suami lebih perhatian pada istri keduanya yang akan memberikan anak lelaki yang diharapkan.
Tanpa fikir panjang dan berbalut rasa cemburu yang besar Melati pergi meninggalkan orang-orang yang bahkan tak mempedulikannya, ia fikir lebih baik hidup hanya berdua dengan anaknya.
Pipi Melati basah air mata mulai menetes dan mengalir disana, kesalahannya membuat hidup anaknya menderita sampai saat ini, tak ada sandaran seorang lelaki yang bisa dipercaya oleh anaknya, sampai anaknya harus menghancurkan hidup orang lain.