"Benarkah?! tapi darah tadi cukup banyak"
"Benar Maria ini cuma mimisan biasa, oke kalau memang kamu mau ceritain ke yang lain gapapa kok terserah kamu" ucap Sarah pura pura merajuk.
Maria terdiam menatap lekat wajah Sarah, dengan tenang mendengar setiap kata yang keluar dari mulut Sarah, perasaannya campur aduk menatap wanita yang biasanya cantik dan bersinar terlihat pucat dan layu.
"Tante harap ini menjadi rahasia diantara kita" getar suara Sarah, los air mata jatuh menetes dipipinya.
Maria segera memeluk erat tubuh Sarah sambil gemetar, bahkan suara tangis nya tak tertahan pecah memenuhi kamar itu.
(Flash back off)
***
"Sayang, kenapa kamu belum tidur" tegur Jefry berjalan menuju tempat tidurnya.
"Tiba-tiba aku teringat ucapan tante" balas Maria yang masih memandang ke luar jendela kamarnya.
Jefry tak bergeming, matanya berubah sendu sambil menatap lekat belakang tubuh istri nya yang berdiri di depan kaca jendela.
"Padahal tante ingin aku bisa menjadi kekuatan keluarga ini, tapi kenyataannya aku menghancurkan segalanya" sesalnya sambil berbalik menatap wajah suaminya.
***
"Sayang kemeja biru dongker aku disebelah mana?" Teriak Leo tangannya sibuk menyibak gantungan gantungan baju didalam lemarinya.
"Sayang!" teriak Leo lagi menunggu jawaban istrinya.
"Cck, sayang kemana si, dipanggil gak jawab jawab" gerutu Leo sambil melepas handuk yang masih membalut tubuh bagian bawahnya, karena dia baru selesai mandi.
klak suara pintu terbuka dan langsung tertutup
"Sayang kemeja biru aku dimana sih? Dari tadi aku panggil gak jawab jawab" ucapnya masih membelakangi arah pintu, sambil menggunakan celana dalamnya.
"Mba Litanya pergi keluar tadi" ucap Indah sambil bersandar dipintu memandangi Leo yang setengah toples.
Leo sadar betul suara siapa yang barusan bicara, jantungnya berdebar kencang kaget bukan kepalang, sontak segera membalik tubuhnya menghadap indah.
"Indah! Kamu ngapain disini?!" Pekiknya pelan saking kaget, matanya gemetar sepontan menyusuri ruang kamarnya.
"Sst tenang mas, cuma kita berdua kok yang ada dirumah ini" jawab Indah santai sambil berjalan mendekat kearah Leo.
"Ibu mu dan putri kemana?" Tanya Leo lagi gugup.
"Hmm... kan tadi aku bilang cuma kita yang ada dirumah ini, ibu dan putri ikut mba Lita beli sarapan" Jawab Indah yang kini sudah sukses memeluk tubuh Leo.
"Ndah.. nanti kalo mereka tiba-tiba dateng gimana? Jangan begini disini" ucap Leo lagi dengan suara pelan sambil mencoba melepas pelukan Indah.
"Kamu gak suka ya aku begini? padahal aku seneng banget pas tau cuma kita yang ada dirumah" rajuk Indah melepas pelukannya, membuang muka kesal.
"Bukan gitu Ndah, kamu tau kan kita lagi ada dimana?" Ucap Leo menenangkan Indah seraya memeluk Indah "jangan ngambek gitu dong sayang, ini kan demi kebaikan kita".
"Iya, aku tau kok, tapi kan aku juga gak mungkin bertindak gini kalau memang ada orang lain dirumah, aku kira kamu bakal seneng" rajuknya lagi dengan muka masam.
"Okey, iya aku seneng kita bisa berduaan gini, maaf ya, aku cuma kaget banget pas kamu yang masuk ke kamar, jadi reflex dan panik" ucap Leo sambil mengecup kening Indah.
"Cuma kening?!" Goda Indah.
Melihat tingkah manja Indah, Leo langsung melumat bibir wanita yang sedari tadi memprovokasinya, Indah menyambut dengan lumatan yang penuh gairah.
"Shh aaah...Ndah.. udah Ndah.. jangan begini, kita dah telat loh, nanti bisa ke gep kalo terus begini...hmm..aaah" desah Leo menikmati kuluman Indah yang sekarang sedang jongkok tepat di bawahnya.
"Mmnh...siapa suruh jam segini kamu masih bugil gini, bikin aku gemes kan" ucap Indah melepas kuluman mulutnya dari milik Leo, sambil menggerakkan tangannya naik turun dikemaluan Leo, matanya sayu penuh birahi yang menginginkan lebih.
Cklek klap drap drap! suara pintu terbuka dan langkah kaki beriringan masuk.
"Wah putri doyan banget sama donat ya!" ucap Lita yang baru saja menutup pintu depan rumah sambil berjalan masuk beriringan dengan ibu Melati.
Disambut tawa renyah dari ibu Melati yang lucu melihat tingkah cucunya makan donat dari dua tangan cucunya.
"Kamu laper atau doyan put?!" Goda ibu melati keputri.
"enak nek" jawab putri terbata dengan mulut penuh makanan.
Pecah lagi tawa ibu Melati dan Lita mendengar jawaban polos Putri.
Leo dan Indah yang kalang kabut kagetnya bukan kepalang, panik menyergap mereka yang masih didalam kamar, tanpa fikir panjang Indah menarik Leo masuk kedalam kamar mandi lagi dan menguncinya.
"kenapa malah masuk kesini?" Bisik Leo panik.
"Yah, terus mau kemana lagi coba?, jendela kamu ada tralisnya gitu, gak mungkin juga aku keluar dari kamar kamu tiba tiba" ucap Indah setengah berbisik juga.
Leo langsung memutar keran kamar mandinya. Suara air keran memenuhi ruang yang tidak terlalu luas itu.
"Sayang kamu masih belum selesai mandinya?" Teriak Lita berdiri didepan pintu kamar mandi.
"I-iya sayang, perut aku mules banget" balas Leo teriak dari dalam kamar mandi.
"Udah siang banget loh sayang nanti kamu telat"
"Iya sayang dikit lagi"
"Sarapannya dah siap loh sayang, langsung ke meja makan ya" ucap Lita sambil keluar kamarnya.
"Iya" jawab Leo
"Indah dimana bu?" Tanya Lita sambil mengeluarkan kue kue yang tadi dibelinya ke piring.
"Mungkin masih siap-siap dikamar nak Lita" jawab Melati yang masih menggendong cucunya.
"Hmm... udah siang gini masih belum pada rapih ya bu, suruh cepet sarapan bu, nanti telat loh" ucap Lita
"Iya, ibu coba lihat kekamar dulu ya nak" pamit Melati menuju kamar dengan perasaan sediki khawatir dan curiga.
Melati segera membuka pintu kamar tamu yang tertutup, tak ada sosok yang dicarinya didalam ruangan itu.
Jantung Melati tiba tiba berdebar cepat, matanya langsung mengarah kepintu yang bersebrangan dengan pintu kamarnya.
Yah Melati sadar betul apa yang sedang terjadi, fikirannya tak henti menerka nerka hal yang tidak dia inginkan.
Cklak!
Pintu kamar Leo terbuka.
Leo kaget mendapati Ibu melati tengah berdiri diam didepannya. Sambil memandanginya penuh tanda tanya.
Mulutnya terkunci rapat tak mampu berucap, jakunnya naik turun gugup.
"Tadi istrimu minta kalian buru-buru berangkat kerja karena sudah siang, istrimu sedang kedapur membuat jus" ketus Ibu Melati segera pergi meninggalkan Leo.
"Iya bu" jawab Leo kikuk.
Leo segera membuka pintu dan memberi kode kepada Indah untuk keluar kamar setelahnya.
"Sarapan pagi ini kamu beli diluar sayang?" Tanya Leo segera duduk dibangku meja makan tempat biasanya.
"iya sayang, udah lama enggak makan nasi uduk encing Muneh, tiba tiba tadi habis mandi mau makan itu, yaudah sekalian aku ajak aja ibu Melati dan putri" jelas Lita sambil menyiapkan jus kiwi buatannya.
"Pak kita sarapan dulu? Tapi ini udah hampir jam setengah delapan" tanya Indah yang berdiri disamping ibu Melati.
"Iya enggak apa apa ndah, kita sarapan dulu, nanti kita berangkat naik motor aja biar enggak telat" jawab Leo.
"Iya ndah sarapan dulu aja, ini putri dan ibu loh tadi bangun pagi buat beli sarapan ke Gang sebelah, cobain deh rasanya enak banget" sambung Lita sambil duduk disebelah Leo.
***
"Kak hari ini aku gak masuk dulu" ucap Alex pelan sambil tidur meringkuk dibalik selimutnya.
"Kamu baik-baik aja kan lex?" Tanya Angel sedikit khawatir sambil menyetir mobilnya.
"Hmm.. iya, aku hanya sedang malas" jawab Alex pelan.
"Alasan apa itu, mana ada orang kerja izin masuk karena malas, kamu kira kakak bakal izinin kamu, gak ada pengecualian, kamu wajib masuk, titik" omel Angel menekankan suaranya.
"Yaampun dasar manusia gak peka, tega banget sama adik sendiri, ya ya aku masuk, tapi langsung stay di PI enggak ke office, titik" rajuk Alex langsung memutus teleponnya.
"Cckk, Haaah" decak Alex menarik nafas dalam, duduk bersandar ditempat tidurnya, matanya nanar menatap ke jendela yang masih tertutup gorden.
***
Tut tut tut!
Bunyi telepon terputus.
"Huft...Yah it's ok, yang penting kamu enggak sendirian dirumah lex" ucap pelan Angel dengan suara sedikit parau.
***
"Ah yesh shhh ah, iyaah yang kenceng sayang, ouch aah" desah Indah kenikmatan bersandar di tembok membelakangi Leo dengan tubuh sedikit menungging.
"Ashh aah, kamu makin sempit Ndah aah, makin berisi pantat kamu" desah Leo sambil memompa batang miliknya didalam lubang Indah.
"Shhaaah remesnya pelan-pelan sayang aahsh" ucap Indah.
"Ini karena provokasi kamu tadi pagi, aku jadi gemes sama kamu aahhsh sampe dari tadi kerja gak konsen ahh ahh" desah Leo.
"Ashh aaah aku mau klimax, oh aahhh hmmsshh aaaaahhh" desah Indah panjang sambil menggigit bibir bawahnya, menahan suaranya.
Tubuhnya gemeter kenikmatan.
"Sshh aaahhh ooohhh aaahh" susul desahan Leo yang ikut sampai.
Leo memeluk erat dan mendorong tubuh indah rapat ketembok dengan batang yang masih didalam milik Indah segera melumat bibir Indah yang masih gemetaran merasakan nikmat.
"Hmnsh, sayang hari ini chek up ke dokter, waktunya periksa si dede" ucap Indah masih dengan nafas yang tersenggal.
"Iya sayang" sahut Leo sambil melihat arloji dipergelangan tangannya. "Yuk kita pulang, lift pasti udah sepi" ajak Leo.
Segera mereka merapikan pakaiannya, dan keluar dari tangga darurat tempat biasa mereka bercinta.
***
Ruang luas yang penuh dengan tumpukan barang terasa seperti kosong, sampai suara keyboard komputer yang sedang ditekan lembut terdengar jelas bersahutan.
Mata Lita tak absen melirik sosok lelaki yang sedang duduk disampingnya.
"Ni orang pingsan apa tidur ya, dari tadi posisinya gak berubah" batin Lita yang penasaran melihat Alex yang duduk sambil membenamkan wajahnya di tumpuan tangan diatas meja.
"Ehem" dehem Lita sengaja memecah keheningan.
"Pak, itu tangan enggak pegel? Kalo ngantuk pulang aja pak, udah sore juga, udah jam lima lewat tuh.." ucap Lita mengawali percakapan.
Namun tubuh Alex tetap tidak bergeming.
Merasa tidak ada jawaban Lita sedikit penasaran, akhirnya Lita menghentikan pekerjaannya. Perlahan Lita mendekat dan berdiri disamping Alex.
"Pak! kalo ngantuk tidur di dal-" ucapa Lita terpotong, setelah tangannya menyentuh pundak Alex, Lita merasakan pundak Lelaki yang sedari tadi tidak bergerak sedikitpun itu bersuhu panas.
"Pak, badan bapak panas banget, bapak sakit?" Ucap Lita panik sambil mendekatkan wajahnya disamping pala Alex yang masih terbenam diantara tumpukan tangannya.
"Kamu..." ucap Alex sambil menggeser kepalanya hingga sebagian wajahnya terlihat sedikit. Matanya menatap wajah Lita yang penuh kekhawatiran padanya. "...Berisik banget" lanjutnya dingin, kemudian membenamkan wajahnya lagi diantara tangannya.
Mata Lita membelalak terkejut dengan jawaban dingin atasannya itu.
"maaf kalau suaraku membuatmu kesal, aku hanya terkejut karena badan kamu panas, sepertinya kamu sakit, aku akan keluar dan menghubungi ka Angel," ucap Lita pelan.
Alex segera menarik tangan Lita. "Jangan! aku baik-baik saja" ucap Alex matanya sayu dan merah menahan panas tubuhnya "hanya sedikit demam" sambungnya lagi dengan suara yang sedikit pelan, tangannya semakin erat menggenggam Lita.
"Minum obat, aku akan ambilkan" ucap Lita segera meraih gagang laci meja. Dengan satu tangan, Lita sibuk mencari obat demam dikotak obat.
"Ehm, pak, sepertinya cuma ada obat pusing dan obat magh aja nih, kita gak punya obat demam" ucapnya sambil matanya terus fokus meneliti satu persatu obat yang dibutuhkan.
"Aku enggak perlu obat, nanti akan turun sendiri demamnya" ucap Alex tenang sambil mengamati tingkah Lita.
"Enggak bisa gitu, tetap harus minum obat"
Alex segera menarik tangan Lita yang satunya masih sibuk mencari obat, dan menarik kedua tangannya hingga tubuh Lita tepat berdiri didepan Alex yang masih duduk.
Alex mengangkat kepalanya memandangi Lita dengan tatapan lesu "Aku bilang aku enggak butuh obat" ucapnya, langsung melingkarkan tangannya dipinggang Lita, Alex membenamkan wajahnya diperut Lita "terimakasih, sudah perhatian"
Lita terpaku dengan sikap Alex yang tiba-tiba memeluk tubuhnya, jantungnya tiba-tiba berdebar, menatap ujung kepala lelaki yang kini sedang jatuh dipelukannya.
Tangan Lita bergerak menyentuh rambut Alex dan membelainya lembut.