Alin mengambil tas, sepatu, celana pendek, baju piyama, kosmetik, dan cemilan impor yang harganya selangit. Ia membuka salah satu bungkus keripik kentang merk luar negeri. Saat ia mengunyahnya, wajahnya mengernyit.
"Ih, apaan ini? Gak ada rasanya," komentar Pralinka. Ia mengunyah-ngunyah dengan terpaksa. "Nih, Mama cobain."
Farah pun mencoba keripik itu dan memang benar kalau rasanya hambar. "Kamu kok pilih keripik yang kayak gitu sih? Udah biasa juga makannya keripik Khitato, kenapa jadi merk bule begini. Kan aneh rasanya."
Pralinka terkekeh. "Ah, udah buang aja. Gak enak."
"Eh!" seru Farah.
Terlambat. Pralinka sudah terlanjur membuangnya ke tong sampah. Padahal keripik itu masih banyak dan harganya sangat mahal. Farah menghela napas sambil menenangkan hatinya. Tenang, tenang. Semuanya baik-baik saja. Uang bukanlah masalah.