SinB langsung memasukkan botol kosongnya lalu menatap Robert yang sedang menelpon Author, "menurutmu bagaimana? Apa kau sudah menerima gambar yang ku kirimkan?" Author langsung berdehem lalu menghembuskan nafasnya, "berarti kita harus berjalan menuju kemana?" Robert langsung melihat ke sekelilingnya lalu menyipitkan matanya. "SinB" Robert langsung bersembunyi di balik bebatuan lalu mengambil binocular nya "apaan?" SinB langsung mengintip dari celah batu tersebut, "anak buahnya Limario??" Robert langusung mendengus nafasnya kesal. "Dino suka sekali berbicara, aku ingin merobek mulutnya" SinB langsung menghembuskan nafas nya kasar.
"Author" Author langsung berdehem "gue ngerti kok, ini lagi siap-siap" Robert langsung menatap SinB, "ada delapan belas orang" Robert langsung memeriksa pistol yang di berikan oleh Author, "Author hanya memberikan kita 12 peluru" SinB langsung menatap Robert bingung, "aku.. bisa membunuh semuanya.. tapi aku bukan Author yang bisa menembak menggunakan pistol untuk menembak jarak jauh" SinB langsung menggaruk rambutnya, "apa ada cara lain?" Robert langsung mengangguk. "Tapi... sangat berbahaya tingkat kita ketahuan.. sangat tinggi" SinB langsung mengangguk.
Author langsung memutuskan sambungannya lalu menatap ke arah Sowon, Wendy, Ryujin, Eunha, Pacar Author, Jihyo, dan Irene "kalian..... mau ikut?" Ryujin langsung mengangguk "gue kangen ngejalanin misi kek gini" Author langsung menatap tunangannya "jadi..... kamu ikutan juga??" Pacar Author langsung mengangguk, "kamu mau kita harus gimana?" Author langsung menenggelamkan wajahnya di meja "gapapa kan sayang?" Author langsung menghembuskan nafasnya kasar lalu mendongakkan kepala, "kalian... siap-siap sono" Author langsung bangun lalu ia mengambil hapenya, "aku.. telpon seseorang sebentar" Author langsung menelpon orang tersebut.
Robert dan SinB masih diam di tempat mereka dan masih mengamati anak buah Limario yang sedang membangun camp di situ, "kita harus melakukan sesuatu dan jangan menunggu sampai kita di temukan" SinB langsung mengangguk, "ada apa?" SinB langsung menggeleng, "gue... masih keinget waktu yang di Dubai kemaren" Robert langsung menepuk punggung SinB, "apa yang kau rasakan?" SinB langsung menatap Robert, "gue... ngerasa semuanya gak akan baik-baik aja.. gue takut berjatuhan korban kaya waktu itu" Robert langsung tersenyum tipis. "Itu adalah yang aku rasakan, SinB. Saat pertama aku memasuki Royal Navy dan aku juga merasakan gugup dan takut saat bersamaan" SinB langsung menatap wajah Robert.
"Gue...." Robert masih menatap SinB, "ingat... kau melakukan ini untuk pertahanan diri. Aku tau, kau baru membunuh satu orang saat itu kau terjepit, jika kau tidak menghentikannya Author akan mati" SinB langsung menghembuskan nafasnya lalu mengangguk, "mereka tidak menyerang kita, jangan bunuh mereka. Tapi.. aku rasa Limario akan menyisir daerah ini.. aku ingin sekali merobek mulutnya" SinB langsung mengusap punggung Robert, "inget darah tinggi" Robert langusng menghembuskan nafasnya, "terus ini gimana??" Robert langsung duduk dan menyandarkan punggungnya di bebatuan lalu SinB duduk di sebelah Robert.
"mari kita lihat isi tas" Robert langsung mengeluarkan seluruh isinya dari dalam tas, "whishky? SinB langsung mengendikkan bahunya, "Author salah masukin kali" Robert langsung mengangguk, "wait" Robert langsung menatap SinB, "gu-gue takut" Robert langsung memasukkan pistolnya "aku perlu bantuanmu" SinB langsung menatap Robert, "apa?" Robert langsung menghembuskan nafasnya lalu tersenyum.
"Apa kau pernah melihat orang lain pingsan?" SinB langsung menyergitkan keningnya, "apa ada obat alergi?" SinB langsung mengambilnya lalu memberikannya kepada Robert, "whisky" SinB langsung mengangguk, "ini" Robert langsung mengambil botol whisky nya dan membuka segelnya, "perhatikan baik-baik" Robert membuka segel obat alerginya lalu memasukkan seluruh isinya lalu menutup botol whisky nya. "Aku yang akan menjaga tas dan seluruh isinya" SinB langsung memberikan tasnya kepada Robert.
Robert langsung melemparkan segenggam pasir lalu tersenyum, "kurang" Robert langsung merobek-robek kecil baju SinB menggunakan pisau taktikal yang di bawa olehnya, "oke penyamaran sudah sempurna" Robert langsung mendorong SinB keluar dari persembunyian mereka, SinB langsung menatap Robert tajam karena anak buah Limario langsung menghampiri SinB, "ja-jangan bunuh aku ku mohon" anak buah Limario langsung menyerngitkan keningnya, "ak-aku.... tersesat tuan, aku...." SinB langsung menatap botol whisky yang sudah di camput oleh antihitamin. "Lo punya whisky mahal" Robert langsung siap-siap mengambil posisi.
"Ak-aku tidak punya ibu, aku hanya punya adikku yang sakit.. kumohon tuan" Daniel langsung menghampiri dua anak buahnya dan menatap SinB, "apa yang lo butuhin?" Robert langsung menghembuskan nafasnya, "sa-saya hanya butuh...." SinB langsung mengusap dagunya, "butuh... air dan makanan" Robert langsung mendengus kesal. "Baiklah, lagian itu kek nya whisky mahal" Daniel langsung mengambil whisky nya dan langsung melihat-lihat isinya, "bawa dia, kesian gue ngeliatnya" SinB lansgung menghembuskan nafas nya lega dan memberikan Robert kode. "Ada apa tanganmu?" SinB langsung menggeleng, "aku... pen..derita rakhitis" anak buah Limario langsung mengangguk.
"Kalian berdua jaga di sini, sampe bos dateng paham??" Kedua anak buah Limario langsung mengangguk "ayok" SinB langsung mengikuti Daniel menuju camp nya, Robert langsung memukul tengkuknya menggunakan gagang pistol dan menggeret kedua tubuhnya, dan mengambil peluru pistol mereka, "baiklah sepertinya aku harus bisa menunggu di sini" Robert langsung menghembuskan nafas nya lega dan langsung mengawasi SinB dari kejauhan.
"Kamu makan apa tadi hmm?" Author langsung menunjukkan peluru yang berada di dalam mulutnya, "ntar kalo ketelen gimana?" Author langsung menggeleng, "aku kalo gugup kaya gini" Author langsung berdiri lalu menghembuskan nafasnya saat mendengar Yeji memberinya aba-aba dari kokpit untuk turun. "Oke semua denger" Author langsung berdiri di dekat pintu kabin di dalam pesawat nya, Author langsung mengeluarkan peluru dari mulutnya lalu ia mengelap peluru tersebut dengan tisu. "Kalian inget ini misinya apa?" Mereka yang berada di dalam kabin langsung mengangguk.
"Gue harap kalian termasuk kamu juga... jangan sampe pada luka, khusus untuk Ryujin, lo masih ingetkan posisi lo dimana?" Ryujin langsung mengangguk, "kak Jen, siapin drone, dan kita langsung terjun dari sini" Yeji langsung membuka pintu kabinnya lalu memberikan Author jempol, "cek komunikasi, senjata, sama amunisi kalian" Author langsung memejamkan matanya karena ia sangat takut akan ketinggian. "Misi dimulai sekarang" seluruh penumpang yang ada di dalam kabin tersebut langsung mengikuti instruksi Author dan kini mereka sedang berada di ketinggian 4000 feet, Author langsung menggenggam tangan Pacar Author sangat erat memejamkan matanya, Eunha, Wendy, Sowon, Irene, dan Jihyo langsung menghampiri Author dan Pacar Author lalu mereka membentuk Lingkaran.
Author langsung menghembuskan nafas nya lalu melihat ketinggian di tasnya, Author langsung memegang tarikan parasutnya dan diikuti seluruh orang yang ada di situ. Author langsung menarik tuas nya dan menghembuskan nafas nya lega.
.
.
.
.
.
.
SinB langsung melihat dirinya di cermin dan merapikan rambutnya lalu menyerngitkan kening nya, "SinB?" SinB langsung menaruh kembali cermin nya lalu menatap Daniel, "ini, makan sama minumnya" SinB langsung menghembuskan nafas nya lega, "terima kasih tuan.." Daniel langsung pingsan di tempat lalu tersenyum senang, SinB langsung mengirimkan sms ke Robert lalu menghembuskan nafas nya, "mari kita rampok" SinB langsung mengambil pistol Daniel lalu memasukkannya ke dalam tas kecil yang berisi makanan dan minuman.
SinB langsung menatap sebuah meja yang penuh dengan beberapa surat tua dan langsung mengambil lalu ia menatap foto yang ada di meja tersebut, "ini kan...." SinB langsung memasukkan foto ke dalam tas tersebut lalu mendapati sebuah laptop yang menyala. "ini...." SinB langsung buru-buru memasukkan laptop nya SinB langsung mendengar suara mobil yang datang menghampiri camp tersebut.
"Ini bukan Robert pasti" SinB langsung mencabut charger laptopnya lalu bersembunyi di bawah meja, "pokonya, gue gak mau tau... lo harus cari, dan bunuh mereka! Kalo bisa jangan bunuh Author, gue perlu otaknya dia!" SinB langsung mengaktifkan mode silent di hapernya lali memasukkannya ke dalam tas kecil tersebut.
Limario langsung masuk dan melihat Daniel yang tertidur di lantai, "heh, bangun!" Limario langsung menendang pelan kaki Daniel, "Lim!" Limario langsung pergi lalu menghampiri anak buahnya, SinB langsung melihat keadaan dalam tenda tersebut langsung menghembuskan nafas nya lega, "gak ada waktu buat diem" SinB langsung mengambil tas ransel dan memasukkan barang yang ia bawa dan mengambil tazer lalu mengambil sebuah batu yang ia temukan di meja Lim. "Cari yang menyerang camp kita sampai dapat.." SinB langsung bersembunyi kembali di kolong meja lalu memeluk tas ransel nya erat dan memejamkan matanya.
Limario langsung duduk dan menggebrak mejanya, "coba kalian lihat! Aku tidak menemukan laptop ku..." terdengar suara ledakan dari luar camp, Limario langsung menggeram dan langsung keluar dari tempat persembunyiannya, "pokoknya harus cepet" SinB langsung mengambil AK-5 milik Daniel lalu keluar lewat ia masuk, Robert langsung membekap SinB dan menariknya ke belakang tenda Limario.
"Kau itu bodoh atau gimana?? Lebih baik kau keluar menyobek tendanya dari belakang!" SinB langsung menghembuskan nafas nya lega, "cepet... kita kudu kabur weh, nanti gue ceritain. Jangan lupa telpon Author, gue gak mau mati muda" Robert langsung mengangguk setuju, Robert dan SinB langsung mencuri mobil jeep milik Limario lalu menyetir mobil tersebut menuju dimana Antonio berada.
"Sayang kamu gapapa?" Pacar Author langsung menatap khawatir Author "hey-hey... tarik nafas terus keluarin pelan" Author langsung menggikuti instruksi Pacar Author, "SinB sama Robet lagi jalan ke sini, mereka bawa dua mobil" Pacar Author langsung mengangguk, "sekarang kita gimana?" Sowon langsung menghembuskan nafasnya. "Sowon?" Sowon langsung menatap Pacar Author dan mengangguk. "Sem-sementara... kita.." Sowon langsung menghembuskan nafasnya gugup. "Kit-kita istirahat dulu... terus.." Sowon langsung menaruh ranselnya dan mengambil makanan dan minuman.
"Kita kumpulin makannya dan buat ratio untuk sementara, gue.." Author langsung mengangguk setuju, Sowon langsung menghampiri Author yang sedang bersandar di pohon "lo gapapa?" Pacar Author langsung mengeluarkan obat Author dari dalam ransel nya, "kita belom bangun tenda di sini" Sowon langsung menggeleng, "ini terlalu luas, banyak blind spot" Author langsung mengangguk setuju, "beberapa hari ini gue liat kalian malah ngerti" Sowon langsung menggaruk rambutnya.
"Ya.... gitulah" Sowon langsung membuka tas Author lalu mengeluarkan seluruh makanan dan minumannya, "gue kumpulin dulu" Sowon dan Wendy langsung mengumpulkan makanannya, "hey" Author langsung menatap tunangannya dan tersenyum, "sayang, makan ya?"Author langsung ngangguk, "ud-udah waktunya minum obat kan ya?" Eunha hanya menatap Author dan Pacar Author, "lo kenapa?" Eunha langsung menatap Jihyo. "Menurut lo, Author sama dia gimana?" Jihyo langsung duduk di samping Eunha.
"Menurut gue pribadi?" Eunha langsung mengangguk, "semoga aja mereka baik-baik aja, gak ada halangan buat menjalin hubungan kembali" Eunha langsung tersenyum dan mengangguk, "iya, semoga" Irene langsung menghampiri Eunha dan Jihyo lalu menatap Author dan Pacar Author, "heh, ngapain sih ngeliat orang pacaran?" Eunha dan Jihyo langsung menatap Irene yang ada di tengah-tengah mereka. "Oh ya, Ren. Lo sama Sowon gimana?? Sehabis lulus?" Irene langsung menghembuskan nafasnya kasar dan menunduk.
"Gue sebenernya sih... bisa kesini gara-gara kalian, gue cuman ngerasa.... kalo gue itu ngerepotin" Eunha langsung menghembuskan nafasnya dan memakan jatah makannya, "kenapa lo mikir gitu Ren? Lo ada masalah?" Irene langsung mengangguk, "gue..." Sowon langsung menghampiri Eunha, Irene dan Jihyo "kalian butuh sesuattu?" Irene langsung menggeleng, "kamu makan gih, kita disini kan buat tunggu SinB" Sowon langsung mengangguk.
"Aku,,, makan sama Wendy ya? Kalian pasti lagi ngegibah" Eunha langsung melemparkan kerikil ke arah Sowon, "dah sanaaaa.... ini masalah cewek tau" Sowon hanya menyengir lalu duduk di sebelah Wendy, "cepet lo cerita Ren" Irene langsung menghembuskan nafasnya, "gue ngerasa kalo Sowon di jodohin" Irene langsung menundukkan wajahnya, "terus?" Irene langsung menatap Sowon yang bersenda gurau dengan Wendy. "Gue lebih baik mundur aja atau gimana?" Eunha langsung mengusap-usap punggung Irene.
"Perjuangin dia, Rene.. lo tunjukin ke keluarganya kalo lo sayang banget sama dia" Irene langsung menggeleng, "gue bukan dari kasta bangsawan" Author langsung menepuk pundak Irene dan memberika senyuman, "jangan karena kasta lo rendah, lo jadi patah semangat. Dia bentar lagi mau jadi Duchess, jadi... gue selalu berdoa yang terbaik buat lo sama Sowon" Irene langsung mengangguk, "makasih" Pacar Author langsung menghampiri Author.
"Kak Jess, tadi telpon lewat SCIFF" Author langsung menarik Pacar Author menjauh "semangat Rene, lo pasti bisa" Irene langsung tersenyum dan mengangguk.
*ckiiitt.....
SinB dan Robert langsung turun dari mobi jeepnya lalu Robert langsung menggeplak SinB"SinB, apa kau ingin ku penggal kepala hm?" Author langsung menghampiri Robert dan SInB yang baru sampai, "jadi bagaimana?" Author langsung menggaruk rambutnya, "dugaan lo bener" Robert langsung menghembuskan nafas nya lega, "SinB mempunyai banyak informasi, kita harus kembali ke..." Robert langsung menatap parasut- parasut yang bertebaran di tanah lalu menghembuskan nafas nya kasar, "apa kau bisa memanfaatkan sesuatu dari parasut bekas pakai?" Author langsung mengangguk.
Author langsung memberikan Robert dan SinB earbud mereka, "Jennie, back online right now" Jennie langsung menyengir bagai quda, "Ryujin" Ryujin hanya berdehem, "dimana Chaeryoung mu?" Ryujin langsung mendengus kesal, "dia lagi di rsj, sama kakaknya. Gue udah kirim orang kok" Robert langsung menghembuskan nafasnya lega, "Yeji?" Yeji langsung berdehem.
"Pandangan dari atas clear?" Yeji hanya berdehem saja, "kau sudah berjanji tidak menyeret orang lain ke masalah ini" Jennie langsung menghembuskan nafasnya kasar, "dia adek gue, kakak tiri dari Ryujin dan Author" Robert langsung tersenyum, "cucu ku juga? Mengapa dia tidak kelihatan sejak pertama?" Author langsung menggaruk rambutnya, "dia masuk Royal Navy, sekarang lagi 'liburan'" Robert langsung tersenyum senang.
"Apa kau tidak melakukan aktifitas negatif Yeji?" Yeji langsung berdehem, "gue pebisnis bersih, dan ternyata gue langsung di kirimin sama kak Jen hasil DNA" Robert langsung tersenyum bahagia, "pilih kasih nih bau-baunya" Author langsung menghembuskan nafasnya dan menatap ke sekelilingnya, "bener kata lo, jadi gue ngeliat tempat kek persembahan.. dan" SInB langsung mengeluarkan laptop nya, "ini barang ini gue temuin di camp pas tepat di mejanya Limario" Author langsung mengambil potongan batu tersebut,
"Ini... berarti, Limario punya rencana" SinB langsung mengangguk, "kita harus bagaimana? Aku khawatir akan berdampak kepada kekuatan Sam" Author langsung mengangguk setuju, "tapi kita harus gimana?" Seluruh pasang mata langsung menatap SinB dan Robert. "Antonio sama Jeepnya Limario masih ada bensin?" SinB langsung menatap Robert. "Sisa satu jiregen, tapi bensinnya udah full. Yang satunya, setengah" Author langsung mengangguk, "kita harus hemat, kalian gapapa? Laper?" SinB dan Robert langsung mengangguk.
"Good, berarti kalian masih baik-baik aja" SinB langsung menggeplak Author, "kita harus hemat bensin" Author langsung mengambil tool box dari bagasi Antonio "oke berkumpul sebentar, Ryujin.. lo tetep di posisi, Yeji lo landing kak Jen, stand by" Author langsung menghembuskan nafasnya "Sowon, Eunha, sama Jihyo kalian potong talinya dan kumpulin" Author langsung menghembuskan nafasnya.
"Jangan panik oke?? Aku minta kamu tenang" Author langsung memejamkan matanya, "kalian ngambil kain parasutnya terus lipet, mungkin nanti berguna" Author langsung menatap SinB dan Irene. "Sayang.. aku bantu kamu bongkar jeepnya Limario ya?" Author langsung mengangguk, "Ryujin kau berada di jarak berapa" Ryujin langsung memberi kilatan kaca, "2500 meter" Robert langsung menghembuskan nafasnya, "tenang, Ryujin make peluru karet" Robert langsung mengangguk.
Author langsung menatap ke sekelilingnya "Gue ngerti disini banyak blind spot, tapi kita gak punya pilihan lain" Author langsung menghembuskan nafasnya, "Jennie, kita out hemat batre" Jennie langsung berdehem, "Author apa kau tidak apa-apa?" Author langsung mengangguk, "gue ngerasa feeling gue gak enak di Sam" Robert langsung mengangguk.
Bonus scene...
London, United Kingdom 1802 AD
"ARGHHHH...." Sam langsung merasakan kepalanya sakit dan langsung mnegacak-acak meja riasnya, "BAGAIMANA ELIZABETH BISA DI CULIK?" Thomas tidak berani menatap Sam yang sedang marah "ma-maafkan saya..." Sam langsung menusuk Thomas tepat di jantungnya menggunakan belati biasa "CARI ELIZABETH DAN PANGGIL WELLS KEMARI!" Sang penjaga istanah langsung meninggalkan Sam yang sedang menatap Thomas yang sekarat, "aku sudah mengampunimu beberapa kali... tapi kau tetap saja mengecewakan ku.. Thomas" Sam langsung membiarkan awan hitam langsung menggerogoti tubuh Thomas.
"Waktu mu tidak banyak, Sam" Sam langsung menghembuskan nafasnya, "maafkan aku yang mulia" awan hitam tersebut langsung merasuki tubuh Sam dan Sam hanya berteriak kesakitan.
.
.
.
.
.
.
JANGAN LUPA VOTE DAN COMMENT YANG SIDER GUA DOAIN SEMOGA DAPAT HIDAYAH UNTUK MENEKAN TANDA BINTANG, HARGAI KAMI PARA AUTHOR YANG SUDAH BERUSAHA MENUANGKAN IDENYA DALAM BENTUK TULISAN :). Maafkan jika tidak nyambung.